KABABARBURSA.COM - Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan dua agenda yang akan dijalani di akhir tahun 2024. Salah satu fokus BEI adalah meningkatkan literasi dan edukasi kepada investor.
Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik, mengatakan hal tersebut dilakukan pihaknya mengingat jumlah investor di Indonesia terus meningkat hingga akhir tahun.
"Meningkatkan literasi dan edukasi kepada investor domestik, sekarang kira-kira sudah ada penambahan sekitar 2,17 juta investor, sampai dengan sisa akhir tahun terus akan kita dorong," ujarnya di Jakarta, dikutip Rabu, 6 November 2024.
Seperti diketahui, jumlah investor pasar modal di Indonesia telah melampaui 14 juta single investor identification (SID). Per Kamis, 3 Oktober 2024, jumlah investor pada modal sebanyak 14.001.651 SID, tumbuh 1.833.590 SID baru dibanding posisi di akhir tahun lalu sebesar 12.168.061 SID.
Direktur Utama BEI Iman Rachman, mengatakan industri pasar modal memiliki peran yang sangat penting untuk mendorong pertumbuhan perekonomian negara.
“Pasar modal Indonesia yang maju dan stabil akan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” kata Iman dalam keterangannya, dikutip Jumat, 11 Oktober 2024.
Walau demikian, hal tersebut harus tetap disertai dengan kolaborasi yang baik antara pemerintah, sektor bisnis, dan masyarakat. Karena, pertumbuhan investasi yang disertai dengan peningkatan literasi keuangan masyarakat dapat memperkuat daya tahan pasar modal Indonesia dalam menghadapi dinamika global, termasuk aliran dana investor asing.
Adapun BEI telah menyelenggarakan 19.779 kegiatan edukasi yang menjangkau lebih dari 24 juta peserta sejak awal tahun ini hingga akhir September 2024. Kegiatan tersebut di antaranya Sekolah Pasar Modal (SPM), program Duta Pasar Modal (DPM), dan berbagai webinar yang dirancang untuk meningkatkan pemahaman masyarakat di seluruh Indonesia tentang investasi.
BEI juga aktif mengampanyekan gerakan #AkuInvestorSaham, yang sukses menarik perhatian generasi muda. Saat ini, sekitar 79 persen dari total investor baru berusia di bawah 40 tahun, menunjukkan tingginya partisipasi dan ketertarikan generasi muda dalam berinvestasi di pasar modal.
Pencapaian ini berhasil diraih berkat sinergi yang erat antara BEI dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Self-Regulatory Organizations (SRO), serta para pemangku kepentingan lainnya, dan didukung oleh strategi inovasi digitalisasi edukasi yang efektif untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat yang senantiasa dilakukan oleh BEI.
Luncurkan Single Stock Futures
Selain meningkatkan literasi dan edukasi ke para investor, BEI juga berencana untuk meluncurkan produk single stock futures pada pekan depan.
"Pengembangan produk juga akan kita lakukan, termasuk indeks futures luar negeri, diskusi dengan pemegang lisensi indeks terus kita lakukan, yang feasible untuk market saat ini adalah Hong Kong dan Jepang," lanjut Jeffrey.
BEI sebelumnya telah membeberkan cara berinvestasi di produk terbarunya yakni Single Stock Futures atau biasa disebut SSF.
Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 1 BEI, Firza Rizqi Putra menjelaskan bahwa SSF adalah produk terbaru dari BEI untuk menjawab kebutuhan dari para investor.
Menurut Firza, SSF merupakan produk pelengkap dikarenakan belum ada produk di BEI yang bisa mengambil potensi keuntungan ketika market sedang turun.
“Produk SSF dapat dimanfaatkan oleh para investor baik ketika market sedang naik ataupun turun,” ujarnya kepada media pada Kamis, 22 Agustus 2024.
Firza melanjutkan, produk SSF juga bisa dimanfaatkan oleh investor dengan modal yang jauh lebih kecil dibandingkan transaksi saham. Menurutnya hal ini bisa membuat transaksi lebih efektif dan efisien.
“Dengan SSF, investor bisa memanfaatkan potensi return dari kenaikan pasar atau keturunan harga dari saham-saham dengan modal yang jauh lebih kecil karena untuk bertransaksi SSF dibutuhkan hanya sedikit modal saja,” jelas dia.
Adapun saham-saham yang menjadi underflying SSF berasal dari sektor yang beragam serta merupakan saham dengan fundamental dan likuiditas yang baik.
Dari sektor finansial, ada BBRI dan BBCA, basic materials meliputi MDKA, infrastruktur ada TLKM, dan industrial ada ASII.
Dalam kesempatan yang sama, Jeffrey turut mengatakan inisiatif ini merupakan salah satu cara pihaknya untuk melakukan pendalaman pasar.
“Dengan posisi bursa yang sudah sangat strategis, baik di level ASEAN maupun global, pendalaman pasar itu menjadi suatu keharusan dengan jumlah investor yang terus meningkat, kebutuhan investor juga akan terus meningkat khususnya untuk produk derivatif,” ujar dia.
Jeffrey pun berharap, para investor bisa segera memahami SSF serta dapat mengoptimalkan keuntungan dari keberadaan produk ini.
Namun untuk bisa mendapatkan keuntungan dari SSF, kata dia, para investor harus paham karakteristik dari produk hingga bagaimana risiko yang ada.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.