KABARBURSA.COM - Dalam waktu dekat, PT Astra International Tbk, dengan kode saham ASII, berencana membagikan dividen. Adapun investor yang berhak mendapatkan dividen tersebut adalah yang tercatat hingga 15 April kemarin. Dalam keterangan resmi perseroan pada 21 Februari 2025, dividen final yang diberikan sebesar Rp308 per saham.
Namun, sejak awal pekan, saham ASII sedang diborong asing. Net foreign buy pada perdagangan Senin, 21 April 2025 tercatat sebesar Rp9,9 miliar.
Lalu, seberapa menarik fundamental ASII saat ini?
Dalam analisis fundamentalnya, salah satu emiten besar dan berpengaruh di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini menunjukkan kinerja keuangan dan posisi pasar yang menarik, meskipun disertai dengan beberapa tantangan yang patut diperhatikan.
Valuasi ASII saat ini terbilang cukup menarik. Dengan Price to Earnings Ratio (PER) trailing twelve months (TTM) sebesar 5,71, jauh di bawah median IHSG sebesar 8,15, saham ASII tampak undervalued. Earnings Yield-nya sebesar 17,52 persen mengindikasikan potensi pengembalian yang tinggi bagi investor.
Rasio valuasi lainnya, seperti Price to Sales (0,59), Price to Book Value (0,91), serta Price to Free Cashflow (7,07), menunjukkan bahwa harga saham saat ini belum mencerminkan penuh nilai intrinsik perusahaan.
PEG Ratio (3 tahun) berada di angka 0,30, yang menandakan saham ini memiliki potensi pertumbuhan yang belum sepenuhnya dihargai oleh pasar. Namun, perlu diperhatikan bahwa PEG Forward bernilai negatif (-1,92), mengisyaratkan adanya ekspektasi penurunan pertumbuhan laba di masa depan.
Dalam hal profitabilitas, ASII mencatatkan Net Profit Margin kuartalan sebesar 9,69 persen, Gross Profit Margin 22,35 persen, dan Operating Profit Margin 12,33 persen.
Meskipun margin laba kotor mengalami sedikit tekanan secara tahunan (-4,15 persen), pendapatan dan laba bersih masih tumbuh, masing-masing 11,82 persen dan 0,60 persen YoY. Ini mencerminkan kekuatan bisnis inti ASII yang tetap mampu mencatatkan kinerja positif di tengah tekanan margin.
Return on Equity (ROE) sebesar 15,97 persen dan Return on Assets (ROA) 7,20 persen memperlihatkan efisiensi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari modal dan aset yang dimiliki.
Dari sisi solvabilitas dan likuiditas, ASII berada dalam kondisi yang sangat sehat. Current Ratio 1,33 dan Quick Ratio 1,04 mencerminkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) sebesar 0,47 dan Total Liabilities to Equity sebesar 0,94 menunjukkan struktur permodalan yang konservatif dan risiko keuangan yang rendah.
Interest Coverage Ratio sebesar 11,08 menandakan bahwa ASII memiliki kemampuan yang sangat baik untuk memenuhi pembayaran bunga dari laba operasionalnya. Altman Z-Score yang mencapai 3,71 menegaskan bahwa ASII jauh dari risiko kebangkrutan.
Arus kas operasi yang kuat sebesar Rp45 triliun per tahun dan free cash flow Rp27,5 triliun memberikan landasan kokoh bagi keberlangsungan bisnis dan potensi pembagian dividen.
ASII konsisten dalam memberikan dividen dengan yield sebesar 10,84 persen dan payout ratio sebesar 61,7 persen, menjadikannya salah satu saham yang menarik bagi investor yang mencari pendapatan pasif stabil.
Dividen yang baru diumumkan senilai Rp98 per lembar dengan ex-date pada 14 Oktober 2024 menegaskan komitmen manajemen terhadap pemegang saham.
Dari sisi efisiensi operasional, ASII menunjukkan kinerja yang baik. Cash Conversion Cycle hanya 26,34 hari, menandakan kecepatan rotasi kas yang efisien dalam aktivitas operasional.
Inventory Turnover sebesar 7,03 menunjukkan kemampuan yang baik dalam mengelola persediaan. Asset Turnover sebesar 0,70 memperlihatkan efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan aset untuk menghasilkan pendapatan.
Tantangan pada Performa Saham
Meskipun dari sisi fundamental ASII tergolong kuat, performa harga saham dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan tantangan tersendiri. Return dalam 1 tahun tercatat -4,48 persen, sementara dalam 3 tahun turun hingga -31,91 persen.
Dalam 10 tahun terakhir, return mencapai -39,24 persen. Ini menunjukkan bahwa meskipun kinerja keuangan solid, persepsi pasar atau faktor eksternal seperti kondisi makroekonomi, harga komoditas, dan prospek sektor otomotif turut membebani harga saham.
Dengan kapitalisasi pasar sebesar 194 triliun rupiah dan peringkat pasar berdasarkan PE TTM dan earnings yield yang cukup tinggi (masing-masing 87 persen dan 88 persen), ASII tetap menjadi salah satu emiten unggulan.
Stabilitas finansial, profitabilitas yang baik, serta valuasi yang murah menjadikan saham ini layak dipertimbangkan, khususnya bagi investor jangka panjang dengan pendekatan value investing. Namun, investor juga perlu mewaspadai proyeksi pertumbuhan ke depan dan memperhatikan dinamika eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja saham ini.
Kinerja Keuangan Solid, Awal Baik Perjalanan 2025
PT Astra International Tbk (ASII) menutup tahun 2024 dengan pencapaian keuangan yang solid dan mengawali tahun 2025 dengan performa yang menjanjikan. Sebagai konglomerasi besar dengan lini bisnis yang luas, ASII berhasil mempertahankan kestabilan pertumbuhan di tengah dinamika ekonomi yang menantang.
Sepanjang tahun fiskal 2024, ASII mencatatkan pendapatan konsolidasi sebesar Rp330,91 triliun, mengalami kenaikan sekitar 4,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang berada di angka Rp316,56 triliun.
Kinerja ini didorong oleh kontribusi kuat dari segmen alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi (HEMCE), yang menunjukkan pertumbuhan signifikan. Segmen tersebut menjadi penopang utama pertumbuhan pendapatan, mengimbangi fluktuasi yang terjadi di sektor otomotif dan lainnya.
Laba bersih ASII di tahun 2024 tercatat sebesar Rp34,05 triliun, mengalami kenaikan tipis 0,62 persen dibandingkan tahun 2023. Meskipun pertumbuhan laba tidak setinggi pendapatannya, angka ini tetap mencerminkan ketahanan bisnis dan efisiensi operasional yang dijaga oleh manajemen.
Margin keuntungan yang stabil menjadi bukti bahwa ASII mampu mengelola biaya dan risiko secara efektif dalam berbagai sektor usahanya.
Memasuki kuartal pertama tahun 2025, ASII menunjukkan awal yang kuat. Salah satu faktor pendorongnya adalah keberhasilan ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) 2025, yang memberikan dampak positif terhadap segmen otomotif.
Penjualan kendaraan mengalami peningkatan selama periode ini, memperkuat posisi ASII sebagai pemimpin pasar otomotif nasional. Meski laporan keuangan Q1 2025 secara lengkap belum dirilis, indikator awal menunjukkan bahwa perusahaan tetap berada pada jalur pertumbuhan yang sehat.
Dengan basis bisnis yang terdiversifikasi, struktur keuangan yang sehat, dan kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap kondisi pasar, ASII tetap menjadi salah satu emiten andalan di Bursa Efek Indonesia.
Kinerja positif di FY 2024 dan optimisme pada kuartal pertama 2025 menegaskan bahwa perusahaan ini memiliki fondasi yang kuat untuk terus menciptakan nilai jangka panjang bagi para pemegang sahamnya.
Rekomendasi Beli
Saham PT Astra International Tbk (ASII) diperdagangkan pada level Rp4.790 per 23 April 2025, mengalami kenaikan 50 poin atau sekitar 1,05 persen dalam satu sesi perdagangan terakhir.
Dari sisi analisis teknikal, saham ini menampilkan dinamika yang menarik, mencerminkan keseimbangan antara kekuatan beli dan tekanan jual jangka pendek, namun dengan dukungan kuat dari indikator tren jangka menengah hingga panjang.
Berdasarkan indikator moving average, saham ASII berada dalam fase yang sangat positif. Hampir seluruh moving average utama, baik sederhana maupun eksponensial—MA5, MA10, MA20, MA100, hingga MA200—menunjukkan sinyal beli yang menguatkan kepercayaan pasar terhadap tren naik jangka menengah.
Hanya MA50 sederhana yang memberikan sinyal jual, namun secara keseluruhan, sinyal beli dari 11 indikator versus hanya satu sinyal jual menciptakan kesimpulan bahwa arah jangka menengah masih condong ke atas.
Sementara itu, indikator teknikal lainnya menggambarkan situasi yang lebih netral, bahkan cenderung memperlihatkan adanya tekanan koreksi jangka pendek. Relative Strength Index (RSI) berada di level 54,8, mencerminkan bahwa saham ini belum masuk ke wilayah overbought ataupun oversold, dan masih bergerak di kisaran netral.
Indikator Stochastic (9,6) menunjukkan sinyal jual, menandakan mulai terjadinya pelambatan momentum beli. Namun sebaliknya, Stochastic RSI mencatat angka tinggi di atas 80, mengisyaratkan bahwa saham berada dalam kondisi jenuh beli (overbought), yang bisa berujung pada koreksi harga.
MACD (12,26) menunjukkan sinyal negatif dengan posisi histogram di bawah nol, menyiratkan potensi tren menurun jangka pendek. Indikator Average Directional Index (ADX) mencatat level 25,3, menandakan bahwa tren yang terbentuk cukup kuat, tetapi belum mencapai level dominan yang ekstrem.
Williams %R berada pada -41,6, menandakan ada ruang untuk pergerakan naik lebih lanjut namun sudah mulai mendekati area jenuh beli. Commodity Channel Index (CCI) berada di angka positif yang tinggi, mencerminkan momentum naik yang masih cukup kuat.
Ultimate Oscillator yang berada di angka 45,59 dan Rate of Change (ROC) di posisi netral (0) memperkuat gambaran bahwa saham ASII tengah berada dalam fase konsolidasi ringan, di mana harga mungkin berfluktuasi sebelum menentukan arah yang lebih jelas.
Namun, indikator Bull/Bear Power menunjukkan dominasi kekuatan beli dengan nilai positif 59,3.
Dari perspektif volatilitas, nilai ATR (Average True Range) di angka 30 menunjukkan pergerakan harga yang relatif stabil dengan volatilitas rendah, mendukung strategi akumulasi bertahap bagi investor yang mengincar tren jangka menengah hingga panjang.
Level pivot point juga memberikan referensi penting bagi para trader. Berdasarkan metode klasik, titik pivot berada di Rp4.783, dengan resistance pertama di Rp4.796 dan kedua di Rp4.813, yang berfungsi sebagai target harga jangka pendek. Support terlihat di kisaran Rp4.753 hingga Rp4.736, menjadi batas bawah penting jika terjadi koreksi.
Sementara itu, perhitungan Fibonacci, Woodie's, dan Camarilla semuanya menunjukkan konvergensi harga pada kisaran Rp4.772–Rp4.783, memperkuat level ini sebagai titik keseimbangan harga saat ini.
Secara keseluruhan, ASII sedang dalam fase akumulasi dengan dukungan tren menengah yang positif, meskipun tekanan jangka pendek masih mungkin muncul akibat kondisi teknikal yang mulai mendekati overbought.
Bagi investor jangka panjang, tren kenaikan ini masih menyisakan ruang, terlebih bila didukung oleh fundamental yang solid dan momentum positif dari sektor-sektor kunci yang digarap ASII.
Namun bagi pelaku pasar jangka pendek, disarankan untuk memperhatikan level resistance teknikal dan potensi konsolidasi sebelum melanjutkan kenaikan lebih lanjut.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.