KABARBURSA.COM - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Tengah (Jateng) menyebutkan bahwa peluang bagi tenaga kerja Indonesia, khususnya dari Jateng, untuk bekerja di Jepang saat ini sangat terbuka lebar.
Hal ini terjadi berkat kebijakan baru Program SSW (Specified Skilled Worker) atau tenaga kerja berketrampilan spesifik yang diterapkan oleh pemerintah Jepang.
Program SSW ini mencakup 14 bidang industri yang masih memiliki kebutuhan tenaga kerja yang cukup besar.
Bidang-bidang tersebut meliputi keperawatan, konstruksi, perhotelan, penerbangan, pertanian, produksi makanan dan minuman, dan lain sebagainya.
Dengan peluang yang luas ini, tenaga kerja yang memiliki kompetensi dan keahlian spesifik dari Jateng diharapkan dapat terserap dengan baik untuk bekerja di Jepang.
Menanggapi peluang tersebut, Kadin Jateng menyatakan dukungan penuh dan berupaya untuk memaksimalkan kesempatan ini.
"Kadin Jateng berkomitmen untuk memastikan bahwa tenaga kerja dari Jateng yang memiliki kualifikasi dan keterampilan yang dibutuhkan dapat terserap secara maksimal di pasar tenaga kerja Jepang," kata Kadin Jateng dalam siaran persnya yang dikutip, Kamis, 13 Juni 2024.
Dukungan Kadin Jateng ini diwujudkan melalui penandatanganan Letter of Intent (LoI) untuk Kerjasama Rekrutmen Program SSW dengan Hinode Medical & Welfare Group.
Dalam LoI tersebut, Hinode Medical & Welfare Group menyatakan kesediaannya untuk menyerap tenaga kerja kompeten yang telah disiapkan dan dilatih oleh Kadin Jateng, untuk ditempatkan di perusahaan-perusahaan di Jepang.
Penandatanganan LoI ini dilakukan oleh Takeshi Onishi, Presiden Direktur Hinode Medical & Welfare Group, dan Harry Nuryanto Soediro, Ketua Umum Kadin Jateng.
Acara ini berlangsung dalam rangkaian kunjungan kerja delegasi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bersama Kadin Jateng pada Rabu, 13 Juni 2024, di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Osaka.
Penandatanganan tersebut disaksikan oleh Asisten Ekonomi Pembangunan Provinsi Jawa Tengah, Sujarwanto Dwiatmoko.
Kerjasama ini diharapkan tidak hanya membuka peluang kerja bagi tenaga kerja Jateng di Jepang, tetapi juga meningkatkan kualitas tenaga kerja melalui pelatihan dan persiapan yang komprehensif. Dengan demikian, tenaga kerja Jateng dapat memenuhi standar tinggi yang ditetapkan oleh industri di Jepang, sekaligus meningkatkan kesejahteraan mereka melalui kesempatan kerja di luar negeri.
Langkah strategis yang diambil oleh Kadin Jateng ini juga diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam memanfaatkan peluang kerja internasional, serta meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia di kancah global.
Peran Pemuda Jaga Ketahanan Pangan Jateng
Sementata itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Tengah (Jateng), Sumarno, menyatakan bahwa keterlibatan anak-anak muda sangat penting dalam mewujudkan ketahanan pangan di daerah tersebut. Ia mengungkapkan bahwa pembangunan Jateng ke depan akan diarahkan menjadi penopang pangan dan industri nasional.
“Mudah-mudahan ke depan, kita bisa menjaga anak-anak muda kita tetap tertarik di dunia pertanian,” kata Sumarno, Kamis, 13 Juni 2024.
Sumarno menambahkan bahwa Pemprov Jateng terus berupaya untuk mempertahankan minat anak-anak muda dalam bidang pertanian. Upaya ini juga termasuk pengembangan sumber daya manusia yang lebih mumpuni di sektor pertanian.
Minat anak-anak muda di Jateng terhadap pertanian bukanlah isapan jempol belaka. Hal ini terlihat dari semangat para pemuda di Desa Gintungan, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, yang membentuk organisasi Taruna Tani. Organisasi ini berfokus pada sektor pertanian organik dan telah memberikan kontribusi nyata.
Ketua Taruna Tani Desa Gintungan, Kholiq Rabbani, menjelaskan bahwa komunitas ini lahir dari keprihatinan tokoh-tokoh petani setempat yang melihat semakin berkurangnya minat bertani di kalangan generasi muda. Sementara itu, mayoritas petani sudah berusia lanjut.
“Kami ingin teman-teman petani muda tidak merasa gengsi untuk bertani. Di sini, mereka mendapat bimbingan dan dukungan,” ujarnya.
Kholiq menyatakan bahwa Taruna Tani memiliki empat program utama, yaitu produksi pupuk organik, penjualan beras organik, ternak, dan wisata edukasi pertanian. Dalam dua tahun terakhir, program ini telah memberikan dampak positif bagi masyarakat desa. Salah satu program andalannya adalah produksi pupuk organik dari kotoran sapi, mengingat Desa Gintungan memiliki hampir 800 ekor sapi. Peternak yang tidak memiliki lahan pertanian sangat terbantu karena dapat memasok limbahnya ke Taruna Tani.
“Kami mengolah kotoran sapi menjadi pupuk organik yang siap tabur untuk tanaman. Program ini didukung oleh dana ketahanan pangan dari pemerintah desa sebesar 20 persen, yang jugadinikmati oleh petani lainnya di desa,” jelasnya.
Pupuk yang diproduksi dijual kepada petani hanya seharga Rp17.000 per kemasan 30 kg, jauh di bawah harga pasaran yang mencapai Rp30.000. Petani mendapatkan harga murah berkat subsidi dari dana desa sebesar 43 persen.
Taruna Tani mampu memproduksi sekitar 45 ton pupuk organik setiap tiga bulan, yang cukup untuk memenuhi kebutuhan petani di Desa Gintungan. Subsidi ini berlaku untuk seluruh masyarakat Desa Gintungan. Warga desa yang ingin membeli pupuk organik hanya perlu menunjukkan fotokopi KTP atau identitas lainnya untuk mendapatkan subsidi 43 persen.
Penggunaan pupuk organik sudah dirasakan manfaatnya oleh petani, dengan tanah menjadi lebih subur dan tahan hama.
Ketua Kelompok Tani Mulya Tani 1 Desa Gintungan, Hasim Ashari, menambahkan bahwa prospek pertanian organik sangat menjanjikan di masa mendatang. Proses produksi yang efisien dengan menggunakan limbah ternak dan hasil pertanian yang mampu terjual dengan harga tinggi menjadi keunggulan utama.
Hasim juga menyebutkan bahwa proses produksi pertanian organik dari hulu hingga hilir membutuhkan banyak tenaga kerja, sehingga menghidupkan pemberdayaan masyarakat Desa Gintungan. Upaya ini diharapkan dapat menginspirasi desa-desa lain untuk meningkatkan ketahanan pangan dan memberdayakan generasi muda dalam sektor pertanian. (bay/*)