Logo
>

Jika Trump jadi Presiden, Harga Emas Diproyeksi Terkerek

Ditulis oleh KabarBursa.com
Jika Trump jadi Presiden, Harga Emas Diproyeksi Terkerek

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Emas diyakini sebagai lindung nilai terbaik jika Donald Trump kembali menduduki kursi Presiden Amerika Serikat. Survei terbaru mengungkapkan hal ini, menarik perhatian banyak investor.

    Survei ini melibatkan 480 responden yang membandingkan dolar AS dan emas sebagai tempat berlindung yang aman. Sebanyak 60 persen responden memperkirakan dolar AS akan melemah jika Trump, kandidat presiden dari Partai Republik, kembali terpilih.

    Prediksi ini bukan tanpa dasar. Selama empat tahun kepemimpinan Trump sebelumnya, indeks untuk dolar AS turun lebih dari 10 persen, sementara harga emas spot meroket lebih dari 50 persen.

    Kebijakan Trump yang fokus pada pemotongan pajak, tarif, dan regulasi yang lebih longgar dinilai inflasi oleh Wall Street. Ini bahkan bisa memaksa bank sentral AS, Federal Reserve, untuk menaikkan suku bunga lagi.

    Apalagi jika Partai Republik berhasil menguasai Kongres pada November, memberikan Trump keleluasaan lebih besar dalam kebijakan ekonomi yang luas. Situasi ini diprediksi memicu lonjakan harga logam mulia mendekati rekor tertinggi sepanjang masa.

    Gregory Shearer, analis di JPMorgan Chase & Co., menyebutkan, “Emas berada di posisi yang tepat untuk reli.” Ketegangan geopolitik, defisit AS yang terus meningkat, diversifikasi bank sentral, dan lindung nilai inflasi telah mendorong harga emas lebih tinggi. Faktor-faktor ini kemungkinan akan bertahan, bahkan diperbesar jika Trump kembali berkuasa.

    Beberapa responden survei MLIV Pulse sependapat. “Yang saya lihat hanyalah gangguan parah pada pasar dan perdagangan, serta peningkatan cepat dalam utang nasional AS,” kata salah satu responden.

    Selama masa kepresidenan Trump, lonjakan harga emas sebagian didorong oleh investor yang mencari instrumen investasi aman saat pandemi Covid-19 melanda dan suku bunga federal turun mendekati nol. Emas, yang tidak membayar bunga, mencapai rekor tertinggi pada Agustus 2020 di tengah lockdown global.

    Namun, itu bukan lonjakan terbesar di bawah seorang presiden dalam lima puluh tahun terakhir. Kenaikan di bawah George W. Bush dan Jimmy Carter jauh lebih besar.

    Latar belakang makro ekonomi kali ini kembali menguntungkan emas. The Fed diperkirakan akan mulai menurunkan suku bunga pada bulan September. Bank sentral telah membeli emas secara agresif sejak 2022 dalam upaya untuk mendiversifikasi diri dari dolar.

    Dua pertiga responden survei memperkirakan terpilihnya kembali Trump akan merusak status dolar sebagai mata uang cadangan dunia. Kathryn Rooney Vera, kepala strategi pasar di StoneX Group, mengatakan masa jabatan kedua Trump dapat memperburuk pergeseran dari dolar karena sektor swasta bergabung dengan bank sentral dalam rotasi tersebut.

    “Portofolio klien menambahkan kepemilikan emas. Ada banyak ekspektasi akan dolar yang lebih lemah,” katanya. “Faktor teknis, struktural, dan fundamental semuanya mendukung emas.”

    Namun, pandangan bahwa dolar akan melemah di bawah Trump adalah kontroversial. Beberapa ekonom terkemuka di Wall Street percaya masa jabatan kedua Trump justru akan memperkuat mata uang tersebut. Tarif yang lebih ketat pada mitra dagang AS dan kebijakan fiskal yang meningkatkan defisit dapat mengganggu pemotongan suku bunga yang diantisipasi dari The Fed.

    Responden MLIV Pulse terpecah mengenai dampak kebijakan ekonomi Trump terhadap dolar. Salah satu responden melihat dolar yang lebih lemah bagaimana pun hasil pemilu: “Defisit tinggi yang berkelanjutan dan suku bunga yang lebih rendah akan mendorong dedolarisasi lebih lanjut dan memulai krisis utang negara. Akan sama saja jika Kamala Harris menang.”

    Dolar dan Treasury AS sering dipandang sebagai tempat berlindung global selama masa-masa tekanan geopolitik. Namun, tanggapan survei menunjukkan bahwa dolar mungkin tidak mendapat manfaat dari volatilitas politik dalam negeri.

    “Ketika AS menciptakan premi risiko sendiri karena pemilu yang berpotensi tidak teratur dan implikasi fiskal dari kepresidenan Trump, itu membuat dolar pada 2025 menjadi risiko,” kata Kathleen Brooks, direktur penelitian di XTB.

    Survei MLIV Pulse dilakukan dari 22 Juli hingga 26 Juli, melibatkan pembaca terminal di seluruh dunia, termasuk manajer portofolio, ekonom, dan investor ritel.

    Harga emas dunia pada tahun 2024 diprediksi mengalami kenaikan yang signifikan. Beberapa analis dan institusi keuangan memberikan berbagai prediksi terkait harga emas di tahun ini:

    1. Bank of America memperkirakan harga emas bisa mencapai USD2,400 per ounce pada akhir 2024, terutama jika The Fed menurunkan suku bunga sebelum kuartal kedua​.
    2. UBS Bank memproyeksikan harga emas akan berada di sekitar USD2,200 per ounce pada akhir tahun 2024, dengan asumsi bahwa kebijakan pelonggaran The Fed akan mendukung harga emas​.
    3. Goldman Sachs memprediksi harga emas rata-rata di USD2,133 per ounce sepanjang tahun, karena emas tetap menjadi aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi.
    4. World Bank memperkirakan harga emas akan rata-rata di USD1,900 per ounce pada tahun 2024​.
    5. Wells Fargo mengantisipasi bahwa harga emas bisa berada di kisaran USD2,100 hingga USD2,200 per ounce pada akhir tahun 2024​. (*)

     

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi