KABARBURSA.COM - Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2022
menunjukkan indeks literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia telah mencapai 85,10 persen.
Angka ini meningkat dibanding tahun 2019 yakni sebesar 76,19 persen. Pada tahun 2024, OJK menargetkan indeks inklusi keuangan di Indonesia meningkat menjadi 90 persen.
Kendati demikian, data World Bank tahun 2021 mengungkap bahwa jumlah penduduk unbanked (individu yang cukup umur namun tidak memiliki rekening bank) di Indonesia merupakan jumlah terbesar keempat di dunia, yaitu sebanyak 97,74 juta orang dewasa. Jumlah ini setara dengan 48 persen dari populasi dewasa di dalam negeri.
Dalam era globalisasi dan digitalisasi yang kian dinamis, inklusi finansial menjadi salah satu kunci untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Inklusi finansial bukan hanya sekadar konsep, tetapi sebuah misi untuk memberdayakan semua lapisan masyarakat dengan akses yang adil dan setara terhadap layanan keuangan. Banyak pihak perlu berkontribusi untuk mencapai inklusivitas dalam
finansial Indonesia, termasuk industri perbankan.
Menanggapi hal tersebut, berikut upaya yang diambil oleh Bank DBS Indonesia:
• Menjadi motor penggerak untuk mencapai target indeks inklusi keuangan di tahun 2024. Hal ini dilakukan melalui pilar keberlanjutan Bank DBS Indonesia yang pertama dan ketiga, yakni Responsible Banking yang menitikberatkan upaya bank menghadirkan produk perbankan yang
inklusif dan bertanggung jawab serta Impact Beyond Banking di mana bank berfokus untuk berkontribusi secara positif bagi masyarakat luas.
Bank DBS Indonesia memiliki program 'Kedai Belajar' yang melibatkan karyawan sebagai sukarelawan untuk memberikan edukasi literasi finansial kepada komunitas Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah (UMKM) dan masyarakat marjinal di beberapa kota.
Memperluas akses finansial kepada segmen masyarakat unbanked yang sebelumnya terpinggirkan.
Selama beberapa tahun ke belakang, Bank DBS Indonesia telah menggandeng pemain ekosistem lain seperti platform fintech untuk menjangkau kalangan masyarakat yang lebih luas, di antaranya adalah Kredivo, Home Credit Indonesia dan baru-baru ini dengan Adapundi dan Indodana.
• Bank DBS Indonesia juga melakukan pemanfaatan teknologi untuk memperluas akses perbankan melalui digibank by DBS, sebuah aplikasi perbankan digital yang memungkinkan
nasabah menggunakan layanan perbankan dalam satu genggaman melalui telepon selular.
• Democratizing Wealth atau mendemokratisasi akses kepada layanan investasi melalui pilihan
produk yang beragam. Salah satu contohnya di mana nasabah dapat membeli produk investasi dengan nilai yang rendah mulai dari Rp100.000 untuk produk reksadana dan mulai dari Rp1.000.000, untuk produk obligasi sekunder.
Head of Investment & Insurance Product Bank DBS Indonesia Djoko Soelistyo mengatakan, inisiatif Bank DBS Indonesia dalam menghadapi permasalahan inklusi finansial tidak hanya tentang memberikan akses, tetapi juga melibatkan pendekatan terhadap literasi keuangan dan kepedulian sosial.
"Komitmen tersebut tertuang menjadi tiga pilar keberlanjutan Bank DBS Indonesia yaitu Responsible Banking, Responsible Business Practices, dan Impact Beyond Banking yang sejalan dengan visi kami untuk menjadi 'Best Bank for a Better World, " tuturnya, Sabtu 16 Maret 2024. (yog/adi)