Logo
>

KAEF Rugi Rp1,48 Triliun di 2023, Mau Rampingkan Pabrik

Ditulis oleh Syahrianto
KAEF Rugi Rp1,48 Triliun di 2023, Mau Rampingkan Pabrik

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Emiten farmasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Kimia Farma Tbk (KAEF) masih mencatatkan rugi bersih sebesar Rp1,48 triliun pada tahun 2023. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, KAEF hanya mencatat rugi sebesar Rp190,4 miliar.

    Menilik laporan keuangan per 2023, KAEF mencatatkan beban pokok penjualan sebesar Rp6,86 triliun, naik 25,83 persen dari tahun 2022 yang sebesar Rp5,45 triliun. Dari sisi beban usaha tahun 2023 meningkat hingga 35,53 persen year on year (yoy) menjadi Rp4,66 triliun dibandingkan dengan tahun 2022 sebesar Rp3,44 triliun.

    “Kimia Farma berhasil menjaga pertumbuhan penjualan di tahun 2023. Hal ini menunjukkan Kimia Farma memiliki fundamental bisnis yang kuat dan memiliki potensi untuk terus tumbuh secara berkelanjutan ke depannya,” ujar David Utama, Direktur Utama KAEF, dikutip Senin, 3 Juni 2024.

    Lebih lanjut kenaikan beban usaha terjadi secara dominan pada anak usaha yaitu PT Kimia Farma Apotek (KFA), di mana kondisi ini tidak terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Beban keuangan tahun 2023 naik 18,49 persen (yoy) menjadi Rp622,82 miliar seiring dengan kebutuhan modal kerja perusahaan dan adanya kenaikan suku bunga.

    Perlu diketahui, penjualan KAEF sepanjang 2023 sejatinya mengalami peningkatan dibandingkan 2022. KAEF mencatatkan penjualan sebesar Rp9,96 triliun pada 2023. Penjualan ini naik 7,93 persen dibandingkan tahun 2022 yang sebesar Rp9,23 triliun. Penjualan ini didominasi oleh penjualan ke lokal ke pihak ketiga sebesar Rp8,79 triliun, dan pihak berelasi sebesar Rp1,05 triliun.

    Sementara itu, penjualan luar negeri KAEF adalah penjualan garam kina sebesar Rp100,6 miliar, dan penjualan obat dan alat kesehatan sebesar Rp7,56 miliar. Sementara itu, menurut lini produknya, KAEF menjual obat generik produksi KAEF sebesar Rp1,29 triliun, obat ethical, lisensi dan narkotika Rp891,4 miliar, obat bebas atau over the counter (OTC) Rp459,09 miliar, bahan baku Rp143,11 miliar, dan alat kesehatan sebesar Rp107,04 miliar. Total penjualan produksi entitas KAEF adalah sebesar Rp2,89 triliun. Namun, dengan membengkaknya beban perseroan, maka laba bruto KAEF tergerus 17,91 persen menjadi Rp3,1 triliun.

    Sebelumnya, pada 2022 KAEF mencatatkan laba bruto sebesar Rp3,77 triliun. Alhasil, KAEF mencatatkan kenaikan rugi bersih menjadi Rp1,48 triliun pada 2023. Rugi bersih ini meningkat dibandingkan 2022 yang sebesar Rp190,47 miliar.

    KAEF Efisiensi Pabrik

    Karena menghadapi beban perseroan yang terus meningkat, KAEF telah memutuskan untuk melakukan efisiensi di pabriknya. KAEF memutuskan akan melakukan efisiensi pabrik untuk menekan beban perseroan yang kian membengkak.

    Direktur Utama KAEF, David Utama mengatakan, mekanisme efisiensi pabrik tersebut nantinya dari 10 pabrik obat milik perseroan yang ada saat ini, akan dirampingkan menjadi 5 pabrik. "Efisiensi pabrik adalah keputusan yang mau tidak mau, suka tidak suka harus diambil. Sebab dari sisi komersial juga masih ada pelemahan, dan biaya non-operasional yang sangat memukul. Ini menjadi salah satu penyebab kinerja terpuruk," ujar David.

    David mengatakan, ke depannya, perseroan akan menjalankan restrukturisasi keuangan guna meringankan beban keuangan. David pun tidak menampik bahwa dengan langkah efisiensi pabrik tersebut akan ada sedikitnya ratusan karyawan pabrik Kimia Farma yang terkena dampaknya. Namun, perseroan memastikan bahwa karyawan yang terdampak akan mendapatkan hak-haknya sesuai regulasi yang berlaku.

    "Salah satu penyebab inefisiensi operasional karena kapasitas 10 pabrik yang dimiliki tidak sejalan dengan pemenuhan kebutuhan bisnis perseroan. Sebagai langkah untuk meningkatkan efisiensi, perseroan merencanakan akan melakukan optimalisasi fasilitas produksi melalui penataan 10 pabrik menjadi 5 pabrik," pungkas David.

    Harga Pokok Penjualan (HPP) tahun 2023 sebesar Rp6,86 triliun, naik 25,83 persen secara tahunan atau yoy. Kenaikan HPP sebesar 25,83 persen masih lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan penjualan yang hanya sebesar 7,93 persen.

    Kenaikan HPP berasal dari belum optimalnya portofolio produk sesuai dengan perencanaan awal, dinamika harga bahan baku, dan tren obat untuk kebutuhan terapi yang berbeda dengan sebelumnya sehingga penjualan menjadi kurang tercapai.

    Di samping itu, Manajemen KAEF menemukan dugaan pelanggaran integritas penyediaan data laporan keuangan yang terjadi di anak usaha yaitu KFA pada periode tahun 2021-2022.

    Seiring dengan Kementerian BUMN dan PT Bio Farma (Persero) yang merupakan Holding BUMN Farmasi, KAEF berjalan bersama pemegang saham untuk menjalankan ‘bersih-bersih’ di KFA.

    "Saat ini Manajemen KAEF tengah menelusuri lebih lanjut atas dugaan tersebut melalui audit investigasi yang dilakukan oleh pihak independen. Adanya faktor-faktor di atas mengakibatkan kerugian KAEF secara konsolidasi pada tahun 2023 mencapai Rp 1,82 triliun," pungkas David. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.