Logo
>

Kakao Terganggu Cuaca-Permintaan: Harga Cokelat Naik?

Ditulis oleh Syahrianto
Kakao Terganggu Cuaca-Permintaan: Harga Cokelat Naik?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Kontrak berjangka kakao di New York dan London mengalami penurunan harga terbesar. Akhir bulan lalu kakao anjlok 26 persen, sedangkan pada Senin, 13 Mei 2024, kontrak teraktif di New York dan London masing-masing turun sebanyak 19 persen dan 18 persen.

    Donald Keeney, ahli meteorologi senior di Maxar Technologies Inc, mengatakan, curah hujan meningkatkan prospek panen dan rendahnya minat terbuka di pasar kakao memperkuat pergerakan harga.

    "Hujan seharusnya sedikit memperbaiki kondisi di Ghana, produsen kakao terbesar kedua di dunia, dan Indonesia. Produsen kakao lainnya, Pantai Gading juga akan diuntungkan oleh cuaca basah, meski demikian Pantai Gading masih membutuhkan lebih banyak curah hujan untuk mengakhiri kekeringan yang menekan tanaman," ujar Keeney.

    Michael Acheampong, kepala petani di kota Kwarbeng, sekitar 100 kilometer di sebelah utara Accra, Ghana, mengatakan bahwa negaranya menghadapi kombinasi hujan dan sinar matahari sangat bagus untuk kakao, dan para petani ingin agar pola ini terus berlanjut.

    Namun, analis komoditas senior di ArrowStream Inc, John Goodwin, menyebut, minat beli yang rendah berarti bahwa perubahan sekecil apapun pada prakiraan cuaca di Afrika Barat atau tanda-tanda penurunan permintaan akan menyebabkan perubahan harga yang besar.

    Kurangnya kelembaban di produsen-produsen kakao utama Afrika Barat telah membebani pasokan di pasar yang sudah terpukul oleh pohon-pohon yang menua, serta penyakit.

    Harga mengalami pemulihan 9 persen minggu lalu, dengan para manajer keuangan meningkatkan taruhan bullish mereka ke level tertinggi dalam tiga minggu. Namun, beberapa orang memperkirakan bahwa rekor harga yang ditetapkan pada pertengahan April akan menandai puncak reli bersejarah ini.

    Pada saat bersamaan, BMI, unit riset Fitch Solutions, mengestimasikan produksi kakao global akan turun 11,7 persen yoy pada 2024, atau dari 5 juta ton tahun lalu menjadi 4,4 juta ton tahun ini. Penurunan produksi sebagian besar dipicu oleh kekhawatiran sisi dari pasokan di Afrika Barat.

    “Kami memperkirakan ini akan menjadi musim defisit ketiga berturut-turut pada pasar kakao,  dengan produksi yang tertinggal dari konsumsi sebesar 0,4 juta ton,” papar laporan tersebut.

    Proyeksi defisit pasok kakao global juga dipicu oleh kondisi cuaca yang tidak mendukung, dengan curah hujan di bawah rata-rata yang terkait dengan peristiwa El Niño yang dialami di Afrika Barat, tempat sekitar 70 persen kakao dunia diproduksi.

    Kondisi tersebut kian diperburuk oleh angin musiman Harmattan yang intens dan tingginya insiden penyakit tanaman.

    “Akibat sekitar 80 persen hingga 85 persen dari total produksi Afrika Barat untuk musim 2023-2024 telah dipanen, kami yakin kecil kemungkinannya bahwa pertengahan panen antara April dan September dapat memperbaiki defisit di pasar kakao,” kata BMI.

    Belum lagi, sejumlah faktor struktural membebani produksi di kawasan Afrika Barat, dan tren negatif jangka panjang ini terutama terlihat di Ghana.

    Potensi Kenaikan Harga

    Menurut laporan BMI, perkiraan rerata harga 2024 untuk kontrak berjangka kakao bulan kedua yang tercatat di ICE naik dari USS6.000/ton menjadi USD6.500/ton. Hal ini terjadi seiring dengan estimasi penurunan produksi global sebesar 11,7 persen secara year on year (yoy) tahun ini.

    “Kami menyoroti adanya gejolak pasar kakao yang signifikan selama beberapa bulan terakhir, dan hal ini terutama terlihat sejak April 2024,” papar mereka dalam sebuah laporan.

    Pada 7 Mei, kakao berjangka mengakhiri sesi di level USD8.610 per ton, meningkat 13,5 persen dari hari sebelumnya. Angka ini setara dengan peningkatan yoy sebesar 191,5 persen, tetapi sekaligus menandai penurunan secara month to month (mtm) sebesar 9,2 persen.

    Kakao berjangka mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada 19 April 2024, ditutup di level USD11.461/ton, 33,1 persen lebih tinggi dari harga terkini. Pada 30 April, harga mengalami penurunan yang signifikan, dengan kontrak berjangka kakao turun sebesar 15,7 persen dari hari sebelumnya, atau dari USD10.594/ton menjadi USD8.931/ton.

    “Kami mencatat bahwa perubahan harga baru-baru ini tidak didorong oleh fundamental pasar, karena prospek produksi tanaman belum membaik, tetapi sebagian besar disebabkan oleh manuver perdagangan,” tulis BMI.

    Permintaan terhadap Kakao

    Dari sisi permintaan, BMI memperkirakan konsumsi kakao akan turun dari 5,02 juta ton tahun lalu menjadi 4,81 juta ton pada tahun ini, penurunan sebesar 4,14 persen yoy.

    Menurut data yang dirilis oleh asosiasi kakao regional untuk kuartal I-2024, penggilingan kakao secara keseluruhan di Eropa, Asia, dan Amerika Utara pada kuartal I-2024 turun 0,7 persen yoy.

    Meskipun demikian, penggilingan global secara keseluruhan meningkat sebesar 5,5 persen dari kuartal IV-2023, menunjukkan bahwa permintaan tetap bertahan meskipun harga biji kakao terus meningkat.

    “Hal ini makin memperkuat sentimen bullish di pasar dan ekspektasi kami terhadap harga yang akan tetap berada di atas rata-rata historis sepanjang 2024,” papar laporan tersebut.

    Terbatasnya penurunan produksi penggilingan di Asia dan Eropa, serta peningkatan di Amerika Utara, menunjukkan bahwa harga tidak terlalu membebani permintaan prosesor.

    “Kami memperkirakan volume pengolahan biji kakao akan menurun pada kuartal-kuartal mendatang dan kami akan memantau data penggilingan pada kuartal II-2024, yang akan diterbitkan pada Juli, di mana kami memperkirakan konsumsi akan berada di bawah tekanan karena hal ini akan menjadi tanda melemahnya momentum pasar.”

    Permintaan kakao juga menunjukkan adanya dampak bullish dari Peraturan Deforestasi UE (EUDR), yang diterbitkan pada Juni 2023 dan akan berlaku mulai Januari 2025.

    Undang-undang tersebut akan melarang penjualan komoditas tercakup di Uni Eropa yang tidak bebas deforestasi.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.