KABARBURSA.COM - Investor saat ini masih mencermati data-data ekonomi yang dirilis, baik dari dalam maupun luar negeri. Mulai dari suku bunga The Fed, pertumbuhan ekonomi negara lain, hingga laju inflasi di Indonesia yang disebabkan kenaikan harga beras. Head of Research Panin Sekuritas, Nico Laurens mengungkapkan, rilis minutes of meeting dari The Fed menginformasikan akan sangat berhati-hati untuk menurunkan suku bunga terlalu cepat. "The Fed akan fokus terhadap rilis data ekonomi dalam proses pengambilan keputusannya. The Fed juga menginformasikan bahwa suku bunga saat ini sudah mencapai puncaknya," kata dia dalam risetnya, Senin 26 Februari 2024.
Sementara itu, sambung Nico, China memangkas suku bunga 5 tahun sebanyak 25 bps ke level 3,95 persen. Pemangkasan suku bunga ini adalah pertama kalinya sejak Juni 2023. "Namun patut dicermati pertumbuhan ekonomi yang kurang positif di beberapa negara, di mana pertumbuhan ekonomi di Thailand terkontraksi -0,6 persen QoQ di kuartal IV-2023 (estimasi: tumbuh 0,1 persen QoQ)," jelas Nico. Sementara itu, diakuinya, ada ketidakpastian politik dalam negeri. Investor, lanjut Nico, masih akan mencermati tensi politik dalam negeri, setelah beberapa partai memutuskan untuk menjalankan Hak Angket DPR.
"Hal ini berarti DPR akan membentuk tim khusus untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan undang-undang maupun kebijakan pemerintah, khususnya terkait dengan Pemilu 2024," terang dia.
Hak angket ini diketahui pernah digunakan sebelumnya ketika, Hak Angket KPK di 2017, Hak Angket Century di 2009 dan Hak Angket Pemilu Legislatif 2009. Selain itu, menurut Nico, investor mencermati data inflasi di dalam negeri. "Saat ini, investor juga masih mencermati inflasi dalam negeri, khususnya setelah harga beras premium yang sempat menyentuh rekor di Rp18 ribu per kg, disebabkan oleh produksi yang terbatas di 2023," paparnya.
Sebagai informasi, produksi beras nasional 2023 turun ke 30,9 juta (-2,1 persen YoY) setelah luas panen yang menyusut ke 10,2 juta hektare (-2,45 persen YoY).
27 Februari 2024, pemerintah Indonesia akan menggelar lelang Surat Utang Negara (SUN) dengan indikasi target sebesar Rp24 miliar, maksimal Rp26 miliar. SUN yang akan dilelang termasuk SPN12240529 (Reopening) jatuh tempo 29 Mei 2024, SPN12250213 jatuh tempo 13 Februari 2025, FR0101 (Reopening) jatuh tempo 15 April 2029, FR0100 (Reopening) jatuh tempo 15 Februari 2034, FR0098 (Reopening) jatuh tempo 15 Juni 2038, FR0097 (Reopening) jatuh tempo 15 Juni 2043, dan FR0102 (Reopening) jatuh tempo 15 Juli 2054.
Selain itu, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) telah mendapatkan restu dari pemegang obligasi atas usulan skema penyelesaian pokok dan bunga Obligasi non-penjaminan dalam Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) yang digelar di Jakarta pada 21-22 Februari 2024. PT Bank Panin Tbk (PNBN) juga menyampaikan kesiapan untuk melunasi pokok dan bunga Obligasi Suboordinasi berkelanjutan II tahap II tahun 2017 dengan dana sebesar Rp2,4 triliun. PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) telah menyiapkan anggaran untuk melunasi Obligasi dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Sampoerna Agro Tahap II Tahun 2021 Seri A, jatuh tempo pada 17 Maret 2024, dengan dana sebesar Rp128 miliar.
Terakhir, International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) menerbitkan obligasi terkait pengurangan limbah plastik senilai USD100 juta (~Rp1,5 triliun) dengan masa jatuh tempo 7 tahun, memberi investor imbal hasil yang berkaitan dengan proyek pengelolaan limbah plastik di Ghana dan Indonesia.