Logo
>

Kemenkeu: Jaga Sinergi Fiskal & Moneter, Jaga Neraca Dagang

Ditulis oleh KabarBursa.com
Kemenkeu: Jaga Sinergi Fiskal & Moneter, Jaga Neraca Dagang

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pelemahan rupiah belakangan ini menjadi perhatian karena mencatatkan posisi terlemah dalam empat tahun terakhir, dengan nilai di atas Rp16.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran terhadap keseimbangan neraca perdagangan Indonesia, karena fluktuasi nilai tukar dapat berdampak pada aktivitas impor dan ekspor.

    Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Nathan Kacaribu, menegaskan pentingnya menjaga keseimbangan neraca perdagangan. Pihaknya akan terus mengambil langkah-langkah antisipatif untuk memastikan stabilitas ekonomi.

    Sinergi antara kebijakan fiskal dan moneter dianggap sangat penting oleh Febrio. Dengan koordinasi yang baik antara kedua kebijakan tersebut, diharapkan dapat menjaga agar neraca perdagangan tetap terjaga dengan baik.

    “Ini kami selalu [jaga] dengan baik dan kita antisipasi. Ini harusnya kami bisa kerja sama yang baik antara fiskal dan moneter, harusnya bisa sinergi dengan baik,” ungkap Febrio saat ditemui wartawan di Aula Dhanapala Kantor Pusat Kemenkeu, Rabu 24 April 2024.

    Untuk diketahui, impor Indonesia mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) pada Maret, sementara neraca perdagangan kembali mencetak surplus. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan Badan Pusat Statistik pada Senin 22 April 2024.

    Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengumumkan nilai impor pada Maret sebesar USD17,96 miliar. Turun 12,76 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Sedangkan dibandingkan Februari (month-to-month/mtm), impor turun 2,6 persen.

    Selain itu, Amalia juga melaporkan nilai ekspor RI pada Maret 2024 sebesar USD22,43 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia bulan lalu mengalami surplus USD4,47 miliar.

    Neraca perdagangan Indonesia sudah mengalami surplus selama 47 bulan beruntun. Kali terakhir neraca perdagangan mengalami defisit adalah pada April 2020.

    Pada pemberitaan sebelumnya, Febrio mengakui aktivitas ekonomi sepanjang 2024 masih akan diwarnai berbagai tantangan yang akan menghambat aktivitas perdagangan global. Tantangan yang dimaksud yakni tensi geopolitik dan fragmentasi ekonomi yang akan berpengaruh terhadap rantai pasok global.

    "Selain itu, tekanan nilai tukar dan sektor keuangan, serta perlambatan ekonomi China sebagai negara mitra dagang utama Indonesia," ujar Febrio dalam keterangan tertulis, Selasa 23 April 2024.

    Menurut World Economic Outlook (WEO) yang terbit pada April 2024, pertumbuhan ekonomi global 2024 diproyeksi akan sebesar 3,2 persen, masih berada di bawah rata-rata tahunan historis (2000–2019) yang mencapai 3,8 persen.

    Kendati penuh tantangan, Febrio mengatakan pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan ekonomi global dan kondisi geopolitik, termasuk konflik Iran-Israel terhadap ekspor nasional.

    "Pemerintah juga akan menyiapkan langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi sumber daya alam, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama,” kata Febrio.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi