KABARBURSA.COM - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong diversifikasi produk manufaktur berteknologi tinggi guna meningkatkan ekspor barang dan jasa ke pasar nontradisional seperti Asia Tengah dan Eurasia.
Direktur Industri Elektronika dan Telematika Kemenperin, Priyadi Arie Nugroho, menyatakan bahwa langkah ini bertujuan untuk memacu ekspor produk nonkomoditas, terutama dari sektor industri manufaktur yang berteknologi tinggi .
Salah satu strategi yang diimplementasikan adalah partisipasi perusahaan industri elektronika dan telematika nasional dalam ajang POWER Uzbekistan 2024 yang berlangsung dari 14 hingga 16 Mei. Partisipasi ini diharapkan dapat membuka akses pasar baru di Asia Tengah dan meningkatkan diversifikasi produk manufaktur Indonesia. Seperti keterangannya di Jakarta, Sabtu 18 Mei 2024.
PT Sharp Electronics Indonesia, sebagai salah satu peserta pameran, berhasil menarik perhatian perusahaan peralatan rumah tangga dari Uzbekistan. Penawaran ini akan ditindaklanjuti melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tashkent, Uzbekistan .
Priyadi menilai POWER Uzbekistan 2024 sebagai platform strategis untuk memperluas pasar produk elektronika dan telematika Indonesia di wilayah Asia Tengah. Pameran ini merupakan acara tahunan terbesar di industri energi dan dihadiri oleh sekitar 400 pelaku usaha dari 34 negara, dengan target lebih dari 15.000 pengunjung .
Dalam ajang ini, Kemenperin melibatkan tujuh perusahaan dari berbagai sektor industri, termasuk PT Sharp Electronics Indonesia, PT Communication Cable Systems Indonesia, PT Sinar Baja Elektrik, Bandung Techno Park, PT Rainbow Tubulars Manufacture, PT 3S International, dan PT Indonesia Pomalaa Industry Park .
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan bahwa kontribusi sektor manufaktur Indonesia berada di atas rata-rata global. Berdasarkan data UNStats, nilai Manufacturing Value Added (MVA) Indonesia pada tahun 2021 mencapai 228 miliar dolar AS, menempatkan Indonesia di atas negara-negara seperti Kanada, Turki, Irlandia, Brazil, Spanyol, Swiss, Thailand, dan Polandia .
Agus menegaskan bahwa kontribusi MVA Indonesia sebesar 1,46 persen terhadap total MVA dunia menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu powerhouse manufaktur di dunia.
Industri Manufaktur Indonesia
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut industri manufaktur tanah air masih mencatat fase ekspansi. Ini berarti memperpanjang periode selama 32 bulan berturut-turut.
Catatan tersebut menurut laporan S&P Global, yang menunjukkan Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada bulan April 2024 berada di level 52,9.
“Kondisi pertumbuhan industri manufaktur masih tergolong sehat dan solid. Sejumlah perusahaan kembali menaikkan aktivitas pembelian dan menaikkan stok untuk siap menghadapi pertumbuhan pada bulan-bulan selanjutnya,” kata Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang di Jakarta, Kamis, 2 Mei 2024.
Agus menjelaskan, angka PMI manufaktur Indonesia pada April 2024 cukup menggembirakan, mengingat pada bulan lalu terdapat libur nasional 10 hari yang tidak dialami oleh negara-negara lain.
Meski begitu, aktivitas industri manufaktur di dalam negeri masih bergeliat. Menurut Agus, ini menjadi kabar gembira, karena produktivitas tetap berjalan untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.
Yang juga menggembirakan, lanjut Menperin, bahwa PMI manufaktur Indonesia solid dan sehat di tengah-tengah dinamika geopolitik yang menjadi tantangan bagi semua pihak.
PMI Manufaktur Indonesia pada April 2024 mampu melampaui PMI Manufaktur ASEAN (51,0). Selain itu juga mengungguli PMI Manufaktur Thailand (48,6), Malaysia (49,0), Myanmar (49,9), Taiwan (50,2), Vietnam (50,3), Filipina (52,2), China (51,4), Jepang (49,6), Korea Selatan (49,4), Inggris (49,1), dan Amerika Serikat (50,0).
“Beberapa negara yang menjadi kompetitor kita pada sektor manufaktur masih mengalami kontraksi seperti Thailand, Malaysia, Jepang dan Korsel. Poin 52,9 ini juga masih di atas rata-rata PMI ASEAN yang tercatat di angka 51,0,” ungkap Menperin.
Fase Ekspansi PMI
Fase ekspansi PMI Manufaktur pada bulan keempat ini sejalan dengan capaian Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan April 2024 yang berada di angka 52,3.
Berdasarkan laporan IKI, subsektor yang paling optimis dalam enam bulan ke depan adalah industri kertas dan barang kertas, diikuti industri pencetakan dan reproduksi media rekaman, serta industri makanan.
Tingkat optimisme yang tinggi ini dikarenakan kepercayaan pelaku usaha terhadap kebijakan pemerintah pusat, dan perbaikan kondisi ekonomi global ke depan.
Pertumbuhan Permintaan Baru
Menurut data dari S&P Global, Indeks Pembelian Manajer (PMI) Manufaktur Indonesia pada bulan Maret 2024 mencapai level 54,2. Ini menunjukkan peningkatan sebesar 1,5 poin dibandingkan dengan bulan Februari 2024 yang berada pada level 52,7.
Peningkatan ini didorong oleh pertumbuhan permintaan baru, di mana perusahaan juga meningkatkan volume produksinya. Tingkat ekspansi tergolong tajam dan merupakan yang terkuat dalam 27 bulan terakhir.
Direktur Asosiasi Ekonomi S&P Global Market Intelligence Pollyanna De Lima menuturkan data laporan menunjukkan bahwa peningkatan total pesanan didorong oleh pasar domestik, sementara permintaan dari luar negeri mengalami kontraksi setelah stagnan pada bulan Februari.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.