KABARBURSA.COM – Harga emas global menguat pada Sabtu, 19 Juli 2025, dini hari WIB, karena didorong oleh pelemahan dolar dan meningkatnya kecemasan geopolitik serta ekonomi.
Dilansir dari Reuters di Jakarta, Sabtu, logam mulia yang kerap dianggap aset lindung nilai ini mencatat kenaikan 0,4 persen menjadi USD3.351,18 per ons troi di pasar spot, setelah sehari sebelumnya sempat terkoreksi 1,1 persen.
Di bursa berjangka, kontrak emas AS juga ditutup naik 0,4 persen ke level USD3.358,3. Analis Marex, Edward Meir, mengatakan seluruh logam mulia mencatat kenaikan berkat tekanan pada indeks dolar AS (DXY) yang turun 0,3 persen. Pelemahan ini membuat emas menjadi lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang selain dolar.
Analis logam mulia Standard Chartered, Suki Cooper, menilai kekhawatiran terhadap utang pemerintah AS dan perkembangan kebijakan tarif global masih akan membuat emas jadi pusat perhatian. “Setidaknya, harga dasar (support) emas saat ini cukup kuat,” ujarnya.
Di tengah isu tarif, Indonesia masih merampungkan detail perjanjian dagang terbarunya dengan Amerika Serikat. Sementara itu, Menteri Keuangan AS Janet Yellen menyebut kesepakatan yang baik dengan Jepang masih mungkin dicapai.
Dari sisi kebijakan moneter, Presiden AS Donald Trump kembali mengkritik Ketua The Fed Jerome Powell karena belum memangkas suku bunga, meski ia tak berencana mencopot Powell dari jabatannya. Pasar kini mengantisipasi dua kali pemangkasan suku bunga The Fed hingga akhir tahun ini, total sebesar 50 basis poin.
Situasi ini menjadi angin segar bagi emas, yang cenderung menguat di tengah ketidakpastian ekonomi dan cenderung lebih diminati saat suku bunga rendah karena sifatnya yang tidak memberikan imbal hasil.
Namun tidak semua logam mulia senasib. Platinum justru turun 2 persen ke level USD1.428,65 per ons, setelah sempat menyentuh titik tertinggi sejak Agustus 2014. BNP Paribas memprediksi permintaan platinum dari investor dan industri perhiasan di China akan menurun pada kuartal ketiga 2025.
Adapun palladium melemah 1,6 persen menjadi USD1.259,09. Sebaliknya, perak justru naik tipis 0,3 persen ke USD38,23 per ons.
Khusus untuk palladium, meski dibayangi kekhawatiran jangka panjang akibat meningkatnya daur ulang dan pergeseran ke kendaraan listrik, sentimen dari China tetap positif. Mitsubishi Corporation memperkirakan permintaan katalis akan naik seiring persiapan menuju regulasi emisi China 7 yang akan berlaku mulai 2028.(*)
 
      