Logo
>

Kilau Harga Emas Bikin Mengilap Sejumlah Saham ini

Reli emas tembus rekor USD3.500/oz mendorong saham tambang emas Indonesia seperti BRMS, ANTM, ARCI, MDKA, AMMN, UNTR, hingga INDY jadi sorotan investor.

Ditulis oleh Yunila Wati
Kilau Harga Emas Bikin Mengilap Sejumlah Saham ini
Ilustrasi - Emas perhiasan. Foto: Dok KabarBursa.

KABARBURSA.COM - Harga emas kembali menjadi primadona di pasar global, menembus rekor baru di atas USD3.500 per ons, atau naik lebih dari 30 persen sepanjang 2025. 

Reli emas ini tidak hanya mencatatkan kinerja impresif, tetapi juga menegaskan kembali status logam mulia sebagai aset lindung nilai utama di tengah ketidakpastian global. 

Kombinasi ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, sinyal pelonggaran dari Jerome Powell, pelemahan pasar tenaga kerja Amerika Serikat, serta ketegangan geopolitik membuat investor berbondong-bondong mencari perlindungan pada emas. 

Dalam tiga tahun terakhir, harga emas telah berlipat ganda, sementara perak berhasil menembus USD40 per ons. Keduanya membentuk tren komoditas paling gemilang di era ketidakpastian saat ini.

BRMS Lompat 25 Persen, ANTM Bintangnya Emas

lonjakan harga emas ini segera berimbas pada emiten-emiten tambang yang memiliki eksposur besar ke emas. Verdhana Sekuritas Indonesia mencatat, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) misalnya, mengalami kenaikan harga saham sekitar 25 persen sejak awal tahun. 

Dengan cadangan 12,4 juta ons emas dan 1,9 juta ton tembaga, serta dukungan Grup Salim, BRMS dipandang sebagai saham rerating play, apalagi biaya produksi yang menurun memberi ruang untuk margin lebih tebal. Ekspektasi masuknya arus dana pasif global juga menambah sentimen positif.

Sementara itu, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) tampil sebagai bintang di antara emiten BUMN tambang. Laba kuartalan perusahaan melonjak 95 persen secara tahunan, ditopang oleh penjualan emas dan nikel. 

Di tengah prospek bisnis nikel untuk industri kendaraan listrik yang semakin menjanjikan, emas tetap menjadi pilar utama yang memperkuat kinerja. Valuasi ANTM relatif murah di 8 kali P/E, dengan imbal hasil dividen 12 persen yang kian menarik bagi investor jangka panjang.

Performa mengesankan juga datang dari PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) yang sedang dalam fase rebound signifikan. Produksi emas tahun ini diperkirakan tumbuh 40 persen, hingga membuat laba bisa melonjak hingga sembilan kali lipat. 

Harga emas yang tinggi mempertebal margin dan mendorong return on equity ke level baru. Dengan cadangan besar dari proyek Marawuwung dan Kopra, ARCI sedang diposisikan sebagai salah satu penantang utama di industri emas domestik.

MDKA On the Track, INDY Kilau Tersembunyi

Tak ketinggalan, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) juga menjadi sorotan dengan aset kelas dunia seperti Pani Gold dan Tembaga TB. Potensi penawaran umum perdana Pani Gold di pasar modal serta pembaruan studi kelayakan Tembaga TB di paruh kedua tahun ini berpotensi membuka nilai tersembunyi dari portofolionya. 

Ditambah dengan proyek HPAL yang terus berkembang, MDKA berada di jalur untuk menjadi pemain besar emas dan tembaga Asia Tenggara.

PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menyiapkan ekspansi besar dengan smelter dan peningkatan kapasitas pengolahan yang dijadwalkan tuntas akhir 2025. Produksi emas sebagai produk sampingan diperkirakan melonjak, sehingga tidak hanya menambah output emas, tetapi juga menurunkan biaya tunai tembaga. 

Dengan potensi masuknya dana asing senilai ratusan juta dolar, AMMN menjadi kandidat baru dalam daftar saham emas yang layak diperhitungkan.

Di sisi lain, PT United Tractors Tbk (UNTR), yang selama ini dikenal sebagai raksasa alat berat, kini semakin kuat di segmen emas. Kontribusi emas terhadap laba kuartal II mencapai 23 persen, memperkokoh basis keuntungan. 

Dengan valuasi hanya 5,6 kali P/E dan imbal hasil dividen delapan persen, UNTR menawarkan kombinasi pertumbuhan dan yield yang sulit diabaikan.

PT Indika Energy Tbk (INDY) menjadi contoh lain di mana eksposur emas masih diremehkan pasar. Dengan rasio harga terhadap nilai buku hanya 0,36 kali, valuasi perusahaan seolah hanya mencerminkan bisnis batu bara.

Padahal, proyek emas yang ditargetkan beroperasi pada akhir 2026 ini menawarkan potensi besar yang belum sepenuhnya dihargai investor. Situasi ini menjadikan INDY memiliki upside tersembunyi yang menarik bagi investor yang berani menahan posisi jangka panjang.

Reli Emas Bukan Sekadar Tren

Dengan reli emas yang menembus rekor demi rekor, saham-saham emas kini bukan sekadar mengikuti tren, tetapi juga menawarkan katalis baru dalam portofolio investasi. Dari BRMS yang berpotensi rerating, ANTM dengan kombinasi emas dan nikel, hingga MDKA dan AMMN dengan ekspansi besar-besaran, investor disuguhi pilihan beragam untuk menangkap momentum. 

Selama harga emas bertahan di atas level psikologis USD 3.500, saham-saham tambang emas Indonesia berpeluang melanjutkan performa cemerlangnya, mengiringi “gold rush” modern yang kini tengah berlangsung.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79