KABARBURSA.COM - PT Bank Central Asia Tbk atau BCA (BBCA) diprediksi memiliki kinerja positif pada kuartal II 2025 karena ditopang oleh beberapa sentimen.
Senior Analyst Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta mengatakan kunci sukses BCA pada kuartal II ialah keberlanjutan untuk menjawab tantangan di tengah keterbatasan global liquidity.
"Untung saja secara domestik, Liquidity kita (Indonesia) bagus. Karena fundamental perbankan kita kuat, buktinya NPL (Non-Performing Loan) bisa ditekan serendah mungkin," ungkap dia kepada KabarBursa.com, Selasa, 6 Mei 2025.
Nafan menyatakan performa BCA pada kuartal I 2025 lebih baik ketimbang Himpunan Bank Milik Negara (Himbara). Dia pun melihat kinerja solid BCA akan berlanjut pada kuartal II 2025.
"Apalagi jika BI (Bank Indonesia) sudah mulai melaksanakan kebijakan pelonggaran monitor mengikuti The Fed," katanya.
Ia menjelaskan jika suku bunga acuan atau BI Rate dipangkas, pertumbuhan kredit bisa relatif terjaga dengan baik. Sehingga, kondisi seperti ini bisa berpotensi membuat laba BCA positif pada kuartal II ini.
Dari segi saham, Nafan menjelaskan pergerakan saham BBCA secara teknikal sudah cukup bullish consolidation dan terus mengalami fase akumulasi di kuartal II 2025.
"Jadi, dari fase down trend ke fase akumulasi, baru ke fase up trend," pungkasnya.
Adapun mengutip Stockbit, Rabu, 7 Mei 2025 pukul 10:00 WIB, saham BBCA berada di zona hijau dengan penguatan 28 persen ke level 9.050. Adapun dalam sepekan terakhir, saham BBCA mencatatkan kinerja positif dengan performa 2,55 persen.
BCA Catat Kinerja Positif, Raup Laba Rp14,1 Triliun di Kuartal I 2025
Seperti diketahui, BCA sukses membukukan kinerja positif pada kuartal I-2025. Catatan apik ini ditopang sejumlah momentum.
Total kredit BCA per Maret 2025 mencapai Rp941 triliun, naik sebesar 12,6 persen secara tahunan (YoY). Pertumbuhan kredit ini ditopang ekspansi pembiayaan di berbagai sektor, disertai pertumbuhan pendanaan berkelanjutan.
Pendanaan inti giro & tabungan (CASA) BCA tumbuh 8,3 persen YoY senilai Rp979 triliun, atau sekitar 82 persen total dana pihak ketiga (DPK).
Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja mengatakan, momentum Ramadan dan Idul Fitri tahun ini berdampak positif bagi penyaluran kredit BCA hingga Maret 2025.
“Pelaksanaan BCA Expoversary 2025 turut menopang pertumbuhan kredit perusahaan. Seiring tingginya antusiasme masyarakat pada BCA Expoversary 2025, kami memperpanjang pelaksanaan event ini hingga 30 April 2025,” ujar dia dalam keterangannya, Rabu, 23 April 2025.
Pertumbuhan pembiayaan BCA ditopang kredit korporasi mencatat kenaikan 13,9 persen YoY menjadi Rp443,4 triliun. Kredit komersial turut tumbuh 9,9 persen YoY mencapai Rp137,4 triliun.
Penyaluran kredit UKM BCA pun naik sebesar 12,9 persen hingga Rp124,5 triliun. Adapun kredit konsumer turut naik 11,3 persen YoY menjadi Rp225,7 triliun, ditopang KPR BCA yang tumbuh 10,5 persen YoY hingga Rp135,3 triliun,
Kredit kendaraan bermotor (KKB) juga mengalami pertumbuhan 12,3 persen YoY menjadi Rp67,1 triliun, serta outstanding pinjaman konsumer lainnya (sebagian besar kartu kredit) meningkat 13,9 persen YoY hingga Rp23,3 triliun.
Penyaluran kredit ke sektor-sektor berkelanjutan BCA ikut tumbuh 19 persen YoY menyentuh Rp235 triliun. Nilai ini sekitar 25 persen total portofolio pembiayaan.
Sementara itu, total DPK BCA naik 6,5 persen YoY mencapai Rp1.193 triliun. Dana CASA menjadi kontributor utama pendanaan BCA seiring dengan meningkatnya volume transaksi.
Frekuensi transaksi BCA secara menyeluruh tumbuh sebesar 19 persen YoY mencapai 9,9 miliar. Frekuensi transaksi mobile dan internet banking BCA mencapai 8,8 miliar, naik 22,2 persen YoY.
Dari segi penerimaan, pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) BCA mengalami kenaikan sebesar 7,1 persen YoY menjadi Rp21,1 triliun.
Pendapatan selain bunga naik 8,1 persen YoY mencapai Rp6,8 triliun, sehingga total pendapatan operasional Rp27,9 triliun tumbuh 7,4 persen YoY.
Rasio cost to income terkelola baik di level 28,5 persen. Rasio loan at risk (LAR) dan NPL berada pada tingkat terjaga, masing-masing 6 persen dan 2 persen.
Rasio pencadangan NPL dan LAR ada pada level apik, masing-masing 180,5 persen dan 66,5 persen. Terakhir, laba BCA dan entitas anak tumbuh 9,8 persen, mencapai Rp14,1 triliun.
Buyback oleh BCA Dilaksanakan Dengan Nilai Maksimal Rp1 triliun
Sebelumnya diberitakan, BCA resmi mengumumkan rencana pembelian kembali saham (buyback) dalam rangka merespons kondisi pasar. Rencana buyback ini diumumkan pada Selasa, 25 Maret 2025, sebagai bentuk dukungan terhadap kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam menjaga stabilitas pasar saham nasional.
Dikutip kabarbursa.com dari keterbukaan informasi Selasa, 25 Maret 2025, rencana buyback oleh BCA ini akan dilaksanakan dengan nilai maksimal Rp1 triliun dan tidak akan melebihi 20 persen dari modal disetor perseroan. Perseroan juga memastikan bahwa saham yang beredar di publik (free float) tidak akan jatuh di bawah 7,5 persen setelah aksi korporasi ini.
Lebih lanjut, dalam keterangan tersebut disampaikan bahwa rencana buyback tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap aktivitas operasional, keuangan, ataupun keberlanjutan bisnis perusahaan.
Dana yang digunakan dalam pembelian saham kembali berasal dari kas internal perusahaan, tanpa melibatkan pembiayaan eksternal. Dampak terhadap laporan keuangan diproyeksikan minimal.
BCA menyampaikan bahwa buyback dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk menjaga kepercayaan investor dan mendukung stabilitas perdagangan saham BBCA di Bursa Efek Indonesia (BEI). Langkah ini juga merespons kondisi pasar yang mengalami fluktuasi signifikan sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan POJK No. 13/2023 dan Surat Edaran OJK No. S-17/D.04/2025.
Buyback akan berlangsung selama tiga bulan, dimulai pada 26 Maret hingga 24 Juni 2025. Pembelian saham akan dilakukan melalui pasar reguler BEI dan hanya dilaksanakan oleh PT BCA Sekuritas. Harga maksimal pembelian saham ditetapkan sebesar Rp9.200 per lembar. (*)