KABARBURSA.COM - Kinerja PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) diperkirakan bakal bersinar pada kuartal II 2025 karena didorong beberapa sentimen.
PGEO memiliki kinerja kurang maksimal pada kuartal I 2025. Pada periode ini, perusahaan meraup pendapatan USD101,51 juta, turun 1,75 persen dibanding periode serupa tahun lalu.
Selain itu, anak usaha PT Pertamina ini meraih laba bersih sebesar USD 31,37 juta pada kuartal I 2025. Angka ini juga mengalami penurunan 33,97 persen dibanding peridoe yang sama tahun 2024.
Pengamat pasar modal Wahyu Tri Laksono mengatakan, kinerja PGEO sebenarnya bisa berbalik positif pada kuartal II andai perusahaan berhasil memanfaatkan potensi yang ada.
Menurut Wahyu, jika PGEO berhasil menyelesaikan proyek-proyek pengembangan atau optimasi yang sedang berjalan sesuai jadwal, maka ada potensi peningkatan volume produksi listrik dari pembangkit geothermal mereka.
"Ini akan menjadi pendorong utama pertumbuhan pendapatan," ujarnya kepada KabarBursa.com di Jakarta, Jumat, 16 Mei 2025.
Sentimen positif juga datang dari dukungan pemerintah kepada kebijakan energi baru terbarukan (EBT). Kebijakan tersebut menurut Wahyu, bisa memberikan keuntungan bagi sektor geothermal, khususnya PGEO.
"Perkembangan positif dalam industri energi terbarukan secara umum, baik di tingkat nasional maupun global, dapat memberikan sentimen positif bagi PGEO," katanya.
Gerilya di Sektor EBT
Diketahui, PGEO merupakan salah satu emiten di Indonesia yang saat ini tengah fokus dalam pengembangan EBT. Dan saat ini prospek kebutuhan EBT sangat cerah serta akan terus meningkat secara signifikan dalam jangka panjang.
Ia melihat saat ini semakin banyak negara yang menetapkan target untuk mencapai emisi nol bersih (net-zero emissions), dan energi terbarukan memainkan peran kunci dalam transisi energi ini.
"Masyarakat dan investor semakin peduli terhadap dampak lingkungan dari energi fosil, mendorong permintaan akan sumber energi yang lebih bersih," jelasnya.
Terlebih, lanjut Wahyu, Indonesia memiliki potensi sumber daya energi terbarukan yang sangat besar, termasuk geothermal, surya, angin, dan hidro.
"Pemanfaatan sumber daya ini akan mendukung ketahanan energi nasional dan pembangunan berkelanjutan," tuturnya.
Katalis positif selanjutnya yang bakal mendorong kinerja PGEO ialah xemakin meningkatnya kesadaran investor terhadap isu Environmental, Social, and Governance (ESG).
Wahyu mengatakan, hal ini dapat meningkatkan minat pada saham-saham perusahaan energi terbarukan seperti PGEO, yang pada gilirannya dapat mendukung kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Gandeng Raksasa Energi Turki
Sebelumnya diberitakan, PGEO telah menggandeng raksasa energi asal Turki, Zorlu Enerji, dalam kemitraan strategis yang berpotensi mempercepat lahirnya poros baru kekuatan energi hijau dunia.
Kedua perusahaan resmi menandatangani Joint Study Agreement (JSA) untuk pengembangan proyek panas bumi lintas negara, dalam sebuah seremoni yang berlangsung di Ankara, Turki, Kamis, 11 April 2025 lalu.
Penandatanganan ini menjadi sorotan karena turut disaksikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto dan Menteri Pertanian dan Kehutanan Turki Ibrahim Yumakli, sebagai bagian dari Turkiye-Indonesia CEO Roundtable Meeting yang difasilitasi KADIN Indonesia bersama The Foreign Economic Relations Board of Turkey (DEIK).
Corporate Secretary PT Pertamina Geothermal Energy Tbk Kitty Andhora menjelaskan, kolaborasi ini akan menjajaki pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di wilayah izin panas bumi milik Zorlu Enerji di Turki, dan menjadi batu loncatan bagi penguatan peran kedua negara sebagai pemimpin industri panas bumi global.
"Melalui kolaborasi strategis ini, PGE berharap dapat memperkuat posisi Indonesia dan Turki dalam mendorong transisi energi bersih yang berdaulat, stabil, dan berkelanjutan. Panas bumi merupakan sumber energi asli yang dimiliki kedua negara dan menjadi kunci untuk masa depan energi hijau,” ujar Kitty melalui keterangan resminya dikutip KabarBursa.com, Minggu, 13 Maret 2025.
Menurutnya, kerja sama ini juga membuka jalan bagi percepatan transfer teknologi dan pembangunan rantai pasok industri panas bumi yang kokoh di dalam negeri, sekaligus memperbesar daya tarik investasi energi terbarukan di Indonesia.
Kesepakatan ini merupakan tindak lanjut dari Memorandum of Cooperation antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam Republik Turki yang ditandatangani saat kunjungan kenegaraan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan ke Indonesia pada Februari 2025 lalu.
Bagi Indonesia, panas bumi bukan hanya sekadar sumber daya, tetapi telah menjadi aset strategis nasional. Dengan cadangan mencapai 24 GW atau sekitar 40 persen dari total potensi global, Indonesia berpeluang menjadi pemain utama dalam pasar energi bersih dunia.
Zorlu Enerji sendiri merupakan pelaku industri panas bumi terbesar di Turki, dan menyambut baik inisiatif ini sebagai bentuk komitmen dua negara untuk mendorong inovasi dan kerja sama sektor energi secara global.
PGEO yang saat ini mengelola 10 Wilayah Kerja Panas Bumi dengan kapasitas terpasang 672 MW, menargetkan peningkatan kapasitas menjadi 1 GW pada 2027 dan 1,7 GW pada 2034. Dari sisi cadangan, perusahaan telah mengidentifikasi potensi hingga 3 GW dari wilayah kerjanya.
“Penandatanganan JSA ini menegaskan keseriusan PGE dalam memperluas kerja sama internasional dan memaksimalkan potensi panas bumi, tak hanya untuk listrik, tetapi juga untuk produk turunan seperti hidrogen hijau, silika, dan kredit karbon,” ujar dia.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.