KABARBURSA.COM – Emiten ritel diprediksi tetap positif meski konsumsi melambat, dengan dukungan dari segmen kelas atas dan kebutuhan stimulus untuk kelas menengah dan bawah.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga masih tumbuh pada kuartal kedua 2024, meskipun dengan laju yang lebih lambat, yaitu 4,93 persen dibandingkan dengan 5,22 persen pada kuartal kedua 2023.
Selain itu, tren deflasi selama tiga bulan berturut-turut menjadi indikasi pengurangan belanja oleh masyarakat. Pada Juli 2024, BPS mencatat deflasi sebesar 0,18 persen (month to month/mtm), menyusul deflasi 0,08 persen (mtm) pada Juni dan 0,03 persen (mtm) pada Mei.
Analis BRI Danareksa Sekuritas, Natalia Sutanto, menyatakan bahwa pendapatan yang kuat, namun diiringi dengan pertumbuhan laba yang melambat, dapat mengindikasikan daya beli yang lemah. Survei ritel BRI Danareksa pada awal Juli 2024 menunjukkan bahwa merek-merek PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA) terus menawarkan promosi mingguan selama dua bulan setelah Ramadan, yang mengindikasikan potensi penurunan penjualan.
MAPA juga telah meningkatkan level inventarisnya sebagai persiapan ekspansi internasional, namun tertunda dalam membuka toko baru, dengan hanya 73 toko yang terealisasi pada kuartal pertama dari target 200 toko untuk tahun 2024. Hal ini menandakan bahwa butuh waktu lebih lama untuk melihat dampak pembukaan toko terhadap kinerja perusahaan.
"Dari sisi ekonomi makro, inflasi inti yang lebih rendah pada Juni 2024, Survei Penjualan Ritel (RSI) yang menurun, serta penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menunjukkan lemahnya daya beli masyarakat," ungkap Natalia dalam riset yang dipublikasikan, dikutip Senin, 19 Agustus 2024.
Namun, di sisi lain, Natalia menyoroti bahwa PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) diperkirakan mampu mempertahankan pertumbuhan positif Same Sales Store Growth (SSSG) hingga semester I 2024. PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) juga diprediksi mencatatkan SSSG dua digit yang berkelanjutan sepanjang Mei dan Juni 2024.
Oleh karena itu, sektor ritel diperkirakan masih akan melaporkan pertumbuhan laba inti pada kuartal kedua 2024, dengan kinerja sektor yang diperkirakan tumbuh baik secara kuartalan maupun tahunan. Pertumbuhan ini terutama akan didorong oleh kinerja solid ACES dan diikuti oleh MIDI.
Sebaliknya, PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) diperkirakan menunjukkan pertumbuhan laba inti tahunan yang negatif karena penurunan Margin Kotor (GPM) dan peningkatan biaya operasional (Opex). Meskipun demikian, ekspansi toko yang terus berlanjut dapat mendukung pertumbuhan pendapatan MAPI.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, mencatat bahwa daya beli dan konsumsi masyarakat masih cukup positif meskipun terjadi perlambatan akibat tingginya suku bunga yang menurunkan daya beli.
Namun, menurutnya, pemilihan kepala daerah (Pilkada) dapat memberikan dorongan bagi sektor ritel, seperti yang terjadi pada saat pemilu. Selain itu, potensi pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada semester kedua 2024 diharapkan dapat memberi ruang bagi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga dan menjadi katalis positif bagi sektor ritel.
"Saham-saham sektor ritel masih menarik, dengan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), MIDI, dan ACES diperkirakan menjadi penggerak utama sektor ini. MAPI juga memiliki prospek yang cukup baik berkat diversifikasi bisnis," ungkap Nico, dikutip Senin, 19 Agustus 2024.
Analis Ciptadana Sekuritas, Alif Ihsanario, mencermati bahwa masyarakat segmen kelas atas telah menjadi penopang sektor ritel. Tren belanja barang tahan lama dari kelas bawah tertinggal dibandingkan dengan kelas menengah dan atas hingga Juni 2024.
Alif memproyeksikan bahwa pengeluaran diskresioner dari kelompok berpendapatan rendah akan tertinggal tahun ini, menciptakan peluang bagi pengecer yang menargetkan kelas menengah atas seperti PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), dan ACES.
Namun, ia juga memperingatkan potensi risiko dari peningkatan biaya sewa hunian, yang dipengaruhi oleh meningkatnya tingkat okupansi sementara pasokan hunian terbatas. LPPF diperkirakan paling terpengaruh oleh kenaikan sewa, diikuti oleh ERAA, ACES, dan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS).
"Kami memberikan peringkat Overweight untuk sektor ritel berdasarkan tanda-tanda pemulihan penjualan yang berkelanjutan, meskipun sebagian besar didorong oleh kelas menengah-atas, peningkatan lalu lintas ruang ritel, dan kenaikan tingkat hunian yang diantisipasi," kata Alif dalam riset 24 Juli 2024.
Director PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk, Reza Priyambada, menilai kinerja emiten sektor ritel cukup variatif sepanjang tahun ini. Pendapatan emiten ritel mengalami kenaikan, namun pertumbuhan laba terhambat oleh peningkatan beban pokok penjualan.
Meskipun demikian, Reza melihat bahwa emiten ritel yang menyediakan barang-barang kebutuhan sehari-hari masih memiliki potensi pertumbuhan yang baik, terutama jika terdapat stimulus seperti yang biasanya terjadi menjelang Pilkada.
"Prospek emiten sektor ritel sangat bergantung pada daya beli dan konsumsi masyarakat terhadap produk yang mereka jual," ujar Reza.
Nico juga menilai bahwa saham-saham sektor ritel masih menarik saat ini. AMRT, MIDI, dan ACES diperkirakan menjadi penggerak sektor ritel, dengan MAPI yang masih memiliki prospek baik berkat diversifikasi bisnisnya.
Natalia mempertahankan rekomendasi Overweight untuk sektor ritel dan melihat potensi rotasi ke ACES dan MIDI, mengingat proyeksi pendapatan mereka yang terus kuat.
Analis Bahana Sekuritas, Christine Natasya, menyatakan bahwa transisi dari toko Lawson ke toko Alfamidi lebih menguntungkan bagi MIDI. Format Alfamidi yang lebih besar menawarkan fleksibilitas yang lebih besar untuk memperluas berbagai kategori, seperti makanan segar dan produk perawatan pribadi.
Konsumen yang terus memprioritaskan makanan segar berkualitas tinggi dan produk perawatan pribadi kemungkinan akan meningkatkan margin. MIDI berhasil membuka 75 toko Alfamidi baru selama semester I-2024, dibandingkan dengan hanya 27 toko pada semester I-2023.
Alif menambahkan bahwa dengan lalu lintas di dalam toko yang telah pulih ke tingkat sebelum pandemi dan kinerja yang memuaskan dari toko-toko baru seperti The Park Pejaten, pertumbuhan penjualan ACES diharapkan tetap solid sepanjang 2024.
Strategi kampanye promosi seperti acara penjualan BOOM, promo akhir tahun, dan promo bulanan juga akan menarik lebih banyak pelanggan dan meningkatkan tingkat konversi. ACES juga dapat mengoperasikan inventaris yang lebih ramping dan meminimalkan penghapusan inventaris, yang berpotensi menghasilkan margin kotor yang lebih optimal.
Namun, Alif juga mewaspadai risiko terhadap sektor ritel, seperti pertumbuhan PDB yang lebih rendah dari perkiraan, depresiasi rupiah yang berkelanjutan, tingkat inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan, serta pertumbuhan sewa yang lebih tinggi dari perkiraan. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.