KABARBURSA.COM - Pada Rabu, 5 Februari 2025, PT Kalbe Farma Tbk atau KLBF mengadakan analyst gathering. Dalam kesempatan itu, perseroan memberikan paparan mengenai kinerja tahun fiskal 2024 (FY24) serta proyeksi bisnis untuk tahun 2025 (FY25).
Secara keseluruhan, kinerja KLBF di tahun 2024 menunjukkan pertumbuhan yang solid dengan pencapaian laba bersih yang sesuai ekspektasi pasar. Namun, tantangan seperti fluktuasi nilai tukar rupiah tetap menjadi perhatian utama bagi investor.
Laba Bersih Melampaui Guidance Manajemen
Pada kuartal keempat 2024 (4Q24), KLBF mencatatkan laba bersih sebesar Rp861 miliar, meningkat signifikan sebesar 23 persen secara tahunan (YoY) dan 50 persen secara kuartalan (QoQ). Dengan hasil ini, total laba bersih selama FY24 mencapai Rp3,24 triliun, naik 17,1 persen YoY.
Capaian ini sedikit melampaui ekspektasi pasar, setara dengan 102 persen dari estimasi konsensus untuk FY24. Bahkan, angka ini lebih tinggi dibandingkan panduan awal manajemen yang memperkirakan pertumbuhan laba bersih hanya berkisar 13–15 persen YoY.
Kinerja positif KLBF pada 4Q24 didorong oleh dua faktor utama. Pertama, pertumbuhan pendapatan yang mencapai 7 persen YoY dan 6 persen QoQ. Kedua, perbaikan margin laba kotor yang naik ke level 41,3 persen, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (37 persen ) maupun kuartal sebelumnya (38,6 persen).
Pertumbuhan Moderat di Tengah Tantangan Eksternal
Untuk tahun 2025, KLBF menargetkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih sebesar 8–10 persen YoY, dengan margin laba diproyeksikan tetap stabil dibandingkan FY24. Salah satu langkah strategis yang diambil perusahaan dalam menghadapi tantangan nilai tukar rupiah adalah meningkatkan penggunaan yuan China dalam transaksi pembelian bahan baku dari China.
Saat ini, sekitar 80 persen pembelian bahan baku farmasi dan bahan aktif farmasi (API) telah menggunakan yuan sebagai acuan mata uang, yang diharapkan dapat mengurangi dampak fluktuasi rupiah terhadap dolar AS.
Dari sisi segmen bisnis, pertumbuhan KLBF di FY25 diproyeksikan akan lebih banyak didorong oleh segmen 'Pharma' yang diperkirakan tumbuh 10–12 persen YoY, serta 'Distribution & Logistics' dengan pertumbuhan 9–12 persen YoY. Sementara itu, segmen 'Consumer Health' diperkirakan tumbuh lebih moderat di kisaran 8–10 persen YoY, sedangkan segmen 'Nutritionals' diproyeksikan mencatatkan pertumbuhan di kisaran mid–single digit.
Pada segmen farmasi, KLBF menaruh perhatian lebih pada produk-produk specialty seperti obat onkologi, biosimilar, dan layanan terapi sel. Produk-produk ini memiliki potensi pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan produk farmasi konvensional, seiring dengan meningkatnya kebutuhan pasar terhadap perawatan kesehatan yang lebih spesifik dan inovatif.
Agresivitas Marketing dan Brand Awareness
Di tengah persaingan industri farmasi dan kesehatan yang semakin ketat, KLBF kembali meningkatkan belanja pemasaran sebagai strategi untuk memperkuat daya saing merek. Pada 4Q24, belanja pemasaran perusahaan mencapai Rp1,8 triliun, naik 19 persen YoY, meskipun sedikit menurun 1 persen QoQ dari kuartal sebelumnya.
Manajemen KLBF menilai bahwa peningkatan anggaran pemasaran mulai menunjukkan hasil positif, terutama bagi beberapa merek unggulan seperti Bejo. Meski tidak disebutkan secara spesifik, efek dari strategi pemasaran yang lebih agresif ini mulai terlihat pada awal 2025. Namun, efektivitas jangka panjang dari pengeluaran pemasaran ini masih perlu dievaluasi lebih lanjut oleh investor.
Evaluasi Valuasi dan Potensi Saham
Mengutip riset Edi Chandren dari Stockbit Sekuritas, dalam tiga bulan terakhir, harga saham KLBF mengalami koreksi tajam hingga 24 persen, mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap valuasi dan pertumbuhan perusahaan ke depan. Saat ini, KLBF diperdagangkan pada valuasi 18,4x Price-to-Earnings (P/E) Forward satu tahun, yang masih dianggap belum cukup atraktif oleh sebagian analis.
Meskipun prospek pertumbuhan KLBF tetap solid, potensi kenaikan harga saham (upside) dinilai terbatas. Di sisi lain, risiko penurunan harga saham lebih lanjut juga relatif kecil.
Dengan perkiraan dividend yield sekitar 3 persen, prospek dividen KLBF pun tidak terlalu tinggi dibandingkan beberapa emiten sektor lain yang menawarkan imbal hasil lebih menarik.
Keberhasilan KLBF dalam meningkatkan efektivitas strategi pemasaran, mempertahankan margin laba, dan menghadapi tantangan nilai tukar akan menjadi faktor penentu bagi kinerja sahamnya di tahun mendatang. Investor disarankan untuk mencermati perkembangan strategi bisnis KLBF sebelum mengambil keputusan investasi.
Gandeng Universitas Ternama
PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) melalui anak usahanya, PT Pharma Metric Labs (PML) berkolaborasi dengan tiga universitas ternama dalam negeri yakni Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjadjaran (Unpad), dan Universitas Gadjah Mada atau UGM.
Direktur Utama Pharma Metric Labs, Anton Hidayat, menyatakan bahwa kolaborasi ini merupakan salah satu upaya untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan berbagai industri terkait pengujian dan pengembangan produk.
"Terkait formula dan metode analisis yang berkualitas dan dapat dipercaya,” ujar dia dalam keterangan resmi dikutip, Sabtu, 18 Januari 2025.
Harapannya, kolaborasi antara PML dan instansi akademik dapat meningkatkan kapasitas dalam mempercepat pemenuhan pengujian dan pengembangan sesuai kebutuhan industri farmasi, pangan, kosmetik, dan alat kesehatan.
Selain itu, kolaborasi ini juga diharapakan mendukung inisiatif pemerintah dalam peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), yakni pengujian dan pengembangan tersebut dapat dilakukan di dalam negeri.(*)