KABARBURSA.COM – Sekuritas asal Korea, PT Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI) membidik puluhan ribu pengguna baru melalui aplikasi terbarunya, iKISI. Aplikasi ini dirancang untuk menjawab kebutuhan investor modern di tengah dinamika fluktuatifnya pasar.
Aplikasi yang telah tersedia di iOS dan Android sejak 21 April 2025 tersebut menawarkan platform all-in-one untuk transaksi saham, reksa dana, ETF, hingga waran terstruktur—dan segera mendukung transaksi obligasi.
Direktur KISI, Kyoung Hun Nam, mengaku optimis bahwa iKISI akan membawa pengalaman berinvestasi yang lebih cepat, mudah, dan lengkap bagi para investor.
“Kami menargetkan penetrasi yang sangat tinggi. Saat ini jumlah investor di Indonesia sekitar 14 juta orang dan kami ingin seluruhnya dapat merasakan kemudahan bertransaksi lewat iKISI,” ujar Kyoung Hun Nam di Bursa Efek Indonesia pada Kamis, 8 Mei 2025 kemarin.
Menjawab pertanyaan mengenai target bisnis, Agastya memaparkan bahwa KISI memasang target ambisius membidik 10.000 hingga 20.000 pengguna baru setiap kuartal, dengan target total lebih dari 40.000 investor baru hingga akhir tahun 2025.
“Kami sangat aktif mempopulerkan aplikasi ini di pasar modal. Ini bukan sekadar aplikasi, tapi ekosistem yang akan terus kami kembangkan, termasuk menghadirkan fitur E-IPO dan instrumen keuangan baru lainnya dalam waktu dekat,” tambahnya.
Dia membeberkan aplikasi iKISI dilengkapi sejumlah fitur unggulan seperti Might Interest yang memantau saham-saham dengan pergerakan ekstrem secara real-time, Filter Live Trade untuk memudahkan analisis perdagangan, Quick Order yang mempersingkat proses jual-beli saham hanya dengan sekali swipe, serta Stock Sticker yang memungkinkan pemantauan saham favorit di semua menu aplikasi.
Terkait tren pasar, Agastya juga menyinggung dinamika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih dibayangi ketidakpastian global, namun ia optimis dengan fundamental ekonomi Indonesia.
“Kami melihat IHSG masih punya potensi untuk tumbuh. Target kami tahun ini tetap positif, meskipun tantangannya tidak kecil,” tuturnya.
Di sisi lain, KISI juga menaruh perhatian besar pada pasar obligasi yang dinilai memiliki prospek cerah. Menurut Agastya, pasar obligasi Indonesia telah berkembang pesat, dengan kontribusi investor individu yang melonjak dari hanya 1 hingga 2 persen lima tahun lalu menjadi sekitar 5 sampai 6 persen saat ini.
“Ini adalah peluang besar. Kami tidak hanya ingin fokus pada saham, tapi juga memperkuat fitur obligasi di iKISI agar investor ritel makin nyaman dan percaya diri dalam berinvestasi,” ucap dia.
Menjajaki pasar baru di Indonesia, KISI memberikan promo spesial berupa bebas biaya broker untuk nasabah baru yang mendaftar dan bertransaksi melalui iKISI hingga 31 Mei 2025.
Dengan dukungan teknologi mutakhir dan pengalaman global, KISI berkomitmen terus berinovasi menghadirkan solusi investasi yang adaptif terhadap perubahan pasar.
“Pasar modal Indonesia punya potensi besar, dan melalui iKISI, kami ingin memastikan semua investor, baik pemula maupun berpengalaman, punya akses yang aman dan nyaman untuk bertumbuh bersama,” ujar Kyoung Hun Nam.
Prediksi IHSG Terkoreksi Akibat Penurunan Saham Bank Besar
Sebelumnya, KISI memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan pelemahan, menyusul penurunan tajam saham-saham perbankan besar.
Proyeksi tersebut mengacu pada penurunan cadangan devisa Indonesia yang merosot dari USD157 miliar pada Maret 2025 menjadi USD152,5 miliar pada April 2025. Selain itu, keputusan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang tetap mempertahankan suku bunga acuannya turut menjadi tekanan tambahan terhadap kinerja pasar.
Dalam tinjauan pasar terbaru, KISI menggarisbawahi bahwa IHSG berpotensi tertekan hingga 98 poin. Koreksi ini juga sejalan dengan belum pulihnya sejumlah indikator ekonomi domestik. Kinerja Produk Domestik Bruto (PDB) yang menunjukkan perlambatan, serta cadangan devisa yang terus menurun, memperkuat tren pelemahan tersebut.
Kekhawatiran akan aksi ambil untung lanjutan turut menjadi bayang-bayang negatif yang menyelimuti sentimen pelaku pasar menjelang perdagangan akhir pekan.
Namun, di tengah tekanan tersebut, nilai tukar rupiah diperkirakan masih memiliki ruang untuk menguat. Faktor pendorong utamanya adalah optimisme pasar terhadap kelanjutan negosiasi dagang antara Amerika Serikat dan China. Selain itu, rencana lelang Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang akan digelar hari ini diyakini mampu memberikan dukungan terhadap stabilitas nilai tukar.
Sementara itu, di pasar komoditas, harga minyak mencatat kenaikan pada Kamis. Kenaikan ini didorong oleh menguatnya upaya diplomatik yang berhasil menenangkan kekhawatiran investor. Sebaliknya, harga emas terus tertekan akibat ketidakpastian arah kebijakan suku bunga The Fed, yang menurunkan minat investor terhadap aset tanpa imbal hasil tersebut.
Adapun harga batu bara menunjukkan kecenderungan melemah. Kondisi ini dipicu oleh lemahnya permintaan global serta peningkatan produksi di kawasan Asia.(*)