KABARBURSA.COM - Kinerja apik dan kombinasi yang solid yang dilakukan oleh PT Bank Central Asia Tbk (BCA), berkode saham BBCA, mencatatkan pencapaian yang luar biasa. BCA berhasil mengumpulkan. Laba bersih tembus angka Rp50 Triliun hingga November 2024 (11M24).
Mengutip laporan keuangannya, Senin, 23 Desember 2024, kinerja impresif ini tidak terlepas dari keberhasilan BCA mendorong pertumbuhan kredit dan mempertahankan efisiensi beban bunga di tengah kondisi ekonomi yang masih dipengaruhi oleh tingkat suku bunga tinggi yang bertahan lama (fenomena higher for longer).
Dari laporan keuangan BCA, tampak kredit dan pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp875,78 triliun, tumbuh 15,47 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Perkembangan ini turut mendorong total aset perusahaan yang naik 4,50 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp1.415,40 triliun. Dalam ekosistem perbankan yang semakin kompetitif, BCA mampu mengoptimalkan pengelolaan dana secara cermat untuk mendukung ekspansi kredit yang sehat.
Pertumbuhan kredit yang signifikan tersebut kemudian berimbas positif pada pendapatan bunga BCA. Dalam catatan, pendapatan bunga BCA naik 7,95 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp80,81 triliun. Menariknya, beban bunga perusahaan mampu ditekan hingga turun tipis sebesar 0,10 persen(yoy) menjadi Rp 10,65 triliun.
Dengan demikian, pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) BCA meningkat 9,28 persen (yoy) menjadi Rp70,15 triliun. Kondisi ini memperlihatkan efektivitas strategi perusahaan dalam memanfaatkan sumber dana murah (low-cost funds) secara maksimal untuk menopang margin bunga bersih di tengah tekanan ekonomi.
Selain pendapatan bunga, BCA juga memanfaatkan sumber pendapatan lainnya, seperti komisi, provisi, dan fee, yang mencapai Rp16,28 triliun atau meningkat 7,20 persen (yoy). Diversifikasi pendapatan ini menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan BCA dalam mencatatkan rekor laba bersih.
Pada saat yang sama, perusahaan berhasil mengendalikan beban operasional dengan sangat baik. Beban kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) tercatat turun 15,42 persen (yoy) menjadi Rp1,72 triliun. Sementara itu, total beban operasional lainnya bersih juga menurun signifikan sebesar 20,71 persen(yoy) menjadi Rp7,77 triliun. Pengelolaan biaya yang efisien ini mendorong laba operasional perusahaan tumbuh hingga 14,69 persen (yoy) menjadi Rp62,37 triliun.
Di tengah pencapaian gemilang tersebut, BCA juga menunjukkan performa yang solid dalam pengelolaan dana pihak ketiga (DPK). Hingga November 2024, DPK BCA tercatat tumbuh 3,48 persen (yoy) menjadi Rp1.109,45 triliun.
Meski pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan perkembangan DPK di sektor perbankan secara keseluruhan, BCA tetap menunjukkan keunggulan pada komposisi dana murah (current account savings account/CASA). Dana murah BCA mencapai Rp914,85 triliun, naik 5,60 persen (yoy), dengan rasio CASA meningkat dari 80,80 persen menjadi 82,46 persen.
Secara rinci, giro BCA tumbuh 8,55 persen (yoy) menjadi Rp363,08 triliun, sementara tabungan meningkat tipis 3,75 persen (yoy) menjadi Rp551,76 triliun. Adapun deposito mengalami penurunan sebesar 5,45 persen (yoy) menjadi Rp194,60 triliun.
Penurunan deposito ini mencerminkan langkah strategis perusahaan dalam mengalihkan fokus pada dana murah, sehingga menjaga efisiensi biaya pendanaan. Selain itu, BCA tidak banyak bergantung pada sumber pendanaan lain, seperti pinjaman dari pihak ketiga yang meskipun tumbuh signifikan 163 persen (yoy), hanya mencapai Rp251,98 miliar. Surat berharga yang diterbitkan perusahaan juga tetap stabil di angka Rp500 miliar.
Kinerja finansial yang cemerlang ini mencerminkan kemampuan BCA untuk terus berinovasi dan beradaptasi dalam menghadapi tantangan ekonomi. Kombinasi antara strategi ekspansi kredit yang sehat, efisiensi biaya operasional, dan pengelolaan dana pihak ketiga yang solid menjadikan BCA tetap berada di posisi terdepan sebagai bank swasta terbesar di Indonesia. Dengan momentum pertumbuhan yang kuat ini, BCA optimis dapat mempertahankan keunggulan kompetitifnya di masa mendatang.
Sinergi Hemat Energi
Sementara itu, beberapa waktu lalu PT Bank Central Asia Tbk (BCA) secara resmi menjalin kemitraan dengan Building and Construction Authority Singapore serta G-Energy Global Pte Ltd untuk pengembangan proyek gedung hijau di Indonesia. Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) tersebut berlangsung di Wisma BCA Foresta, BSD, Rabu 18 Desember 2024.
Kerja sama antara BCA dan kedua lembaga tersebut bertujuan untuk mendukung pengembangan teknologi ramah lingkungan dan standarisasi gedung hijau, baik dalam lingkungan internal BCA maupun proyek-proyek internasional.
Direktur BCA Frengky Chandra Kusuma, menyampaikan kebanggaan atas keberhasilan Wisma BCA Foresta yang meraih plakat Green Mark Super Low Energy, sekaligus menjadi gedung percontohan dalam pengembangan gedung hijau di Indonesia. Pencapaian ini menjadi bukti dedikasi dan kerja keras tim BCA dalam mendukung keberlanjutan dalam seluruh aspek operasional perusahaan.
Melalui MoU yang telah disepakati, BCA berkomitmen untuk terus memperkuat peranannya dalam mempromosikan praktik ramah lingkungan di Indonesia dan di luar negeri, serta memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan berkelanjutan yang memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.
Wisma BCA Foresta merupakan gedung pertama di Indonesia yang mendapatkan sertifikat Green Mark Super Low Energy Building dari Building and Construction Authority Singapura. Gedung ini juga diakui sebagai model praktik terbaik gedung hijau di Indonesia oleh Building and Construction Authority Singapore.
Building and Construction Authority (BCA) Singapura adalah lembaga yang bertanggung jawab mengembangkan regulasi terkait keselamatan, keberlanjutan, dan aksesibilitas dalam bidang konstruksi dan gedung. Sementara itu, G-Energy merupakan perusahaan layanan energi (ESCO) yang mendukung operasional entitas dengan mengutamakan efisiensi dan keberlanjutan.
Untuk mendukung pengurangan jejak karbon dan efisiensi energi, Wisma BCA Foresta dirancang dengan teknologi yang mengoptimalkan penggunaan energi. Berbagai sistem diterapkan, seperti Building Automation System, Chiller Plant Management System, dan desain material selubung bangunan yang menjaga suhu dan kelembapan secara optimal.
Gedung ini juga dilengkapi dengan sistem air minum berbasis reverse osmosis, pemanfaatan air daur ulang, dan penggunaan limpasan air hujan. Pemasangan panel surya turut berkontribusi dalam mengurangi ketergantungan pada listrik berbasis bahan bakar fosil, menjadikannya sebuah gedung hijau yang komprehensif. Semua teknologi ini dikelola oleh Tim Manajemen Energi dari Divisi Logistik dan Gedung BCA, yang berperan penting dalam menciptakan gedung hemat energi.
Wisma BCA Foresta juga menyediakan fasilitas publik, termasuk Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang dapat diakses oleh masyarakat. Sejak diresmikan tiga tahun lalu, gedung ini telah memperoleh berbagai penghargaan dan apresiasi.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.