KABARBURSA.COM - Bank Rakyat Indonesia (BBRI) mencatatkan penurunan signifikan pada kinerja keuangan bank only hingga April 2025. Tampak kredit mikro BRI susut hingga tiga persen.
Dalam laporan keuangannya di kuartal pertama tahun ini, laba bersih BRI selama periode 4M25 hanya mencapai Rp15 triliun. Angka itu menyusut tajam sebesar 16 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Bahkan untuk April saja, laba bersih tercatat sebesar Rp3,9 triliun, turun 3 persen persen secara tahunan (YoY) dan 13 persen dibandingkan bulan sebelumnya (MoM). Hasil ini jauh di bawah ekspektasi pasar yang menargetkan pertumbuhan laba konsolidasi FY25 hanya akan turun sekitar 2,8 persen YoY.
Dengan kata lain, performa bank only BBRI menunjukkan tekanan yang jauh lebih besar dibandingkan ekspektasi konsolidasi tahunan.
Tren pelemahan ini sejatinya sudah mulai terlihat sejak kuartal I 2025. Salah satu faktor utama yang membebani kinerja BBRI adalah stagnasi pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) serta tingginya beban pencadangan (credit cost/CoC).
Transformasi besar-besaran yang sedang dilakukan di segmen mikro, yang merupakan tulang punggung BBRI, menghasilkan dampak langsung terhadap pertumbuhan kredit dan kualitas aset.
Di sisi lain, meskipun tren kredit bank only masih tumbuh positif +4,2 persen YoY hingga April 2025, angka ini jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai +12 persen YoY.
Bahkan dibandingkan guidance manajemen untuk pertumbuhan kredit konsolidasi sepanjang 2025 yang berada di kisaran 7–9 persen YoY, realisasi sejauh ini tergolong lemah.
Segmen Mikro Tekan Penyaluran Kredit
Investment Analyst Lead Stockbit Edi Chandren, melihat pelemahan pada segmen mikro menjadi kunci dari lambatnya penyaluran kredit. Pada kuartal I 2025, kredit mikro justru mengalami kontraksi sebesar -3 persen YoY. Ini mencerminkan adanya tantangan struktural dalam proses transformasi internal BBRI.
Dampaknya, meskipun secara agregat kredit tetap tumbuh, yield yang diperoleh lebih rendah, sehingga tidak berdampak signifikan pada pendapatan bunga. Hal ini terlihat dari NII yang justru tercatat stagnan dengan penurunan -1 persen YoY hingga April.
Sementara itu, pendapatan non-bunga (Non-Interest Income) hanya mencatatkan pertumbuhan moderat sebesar +5 persen YoY, tidak cukup untuk menutupi beban operasional (opex) yang melonjak +21 persen YoY.
Kenaikan opex ini turut menekan laba operasional sebelum provisi (Pre-provision Operating Profit/PPOP) yang turun -8 persen YoY, mempersempit ruang untuk menjaga profitabilitas ketika tekanan risiko kredit masih tinggi.
Beban provisi atau pencadangan mengalami penurunan sebesar -28 persen YoY di bulan April, namun secara kumulatif masih naik tipis +2 persen YoY sepanjang 4M25 akibat lonjakan pada Januari.
Kondisi ini mencerminkan bahwa risiko kredit belum sepenuhnya mereda. Hal ini terefleksi dalam rasio CoC yang berada di level 3,52 persen per April 2025, hanya sedikit turun dari 3,61 persen di tahun sebelumnya namun masih lebih tinggi dari panduan manajemen untuk tahun penuh.
Secara keseluruhan, laporan keuangan 4M25 BBRI mencerminkan tekanan berlapis dari sisi top-line yang stagnan, bottom-line yang menyusut, serta transformasi segmen mikro yang belum sepenuhnya memberikan hasil positif.
Ini menjadi sinyal penting bahwa 2025 bisa menjadi tahun yang menantang bagi BBRI, terutama jika restrukturisasi segmen mikro belum membuahkan pemulihan signifikan dalam waktu dekat.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.