KABARBURSA.COM – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 6,0 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) hingga akhir semester I 2025. Total kredit dan pembiayaan yang disalurkan perseroan mencapai Rp1.416,6 triliun, naik dari Rp1.336,8 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Merujuk laporan analyst meeting BRI, fari seluruh portofolio tersebut, segmen mikro tetap menjadi penyumbang terbesar dengan komposisi mencapai 44,67 persen terhadap total kredit. Hal ini menunjukkan bahwa pilar utama bisnis BRI sebagai bank dengan fokus pada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masih konsisten menopang pertumbuhan kredit perseroan.
Namun, pertumbuhan segmen mikro menunjukkan tren perlambatan. Hingga akhir Juni 2025, kredit mikro hanya tumbuh 1,6 persen yoy. Pada periode yang sama tahun lalu, segmen ini mencatat pertumbuhan yang jauh lebih tinggi. Perlambatan ini terjadi di tengah strategi BRI yang fokus menjaga kualitas aset dan menata ulang model bisnis mikro, termasuk melalui revisi peran petugas kredit dan penguatan sistem praskrin pinjaman.
Sementara itu, segmen komersial justru mencatatkan pertumbuhan tertinggi, yakni 15,6 persen yoy. Nilai kredit di segmen ini naik dari Rp241,1 triliun menjadi Rp278,8 triliun. Pertumbuhan tersebut didorong oleh upaya BRI memperkuat pembiayaan pada korporasi skala menengah, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan kelayakan usaha.
Segmen konsumer mencatat kenaikan sebesar 9,4 persen yoy menjadi Rp217,5 triliun, sedangkan kredit untuk usaha kecil dan menengah (SME) naik 2,0 persen yoy menjadi Rp236,8 triliun. Di sisi lain, segmen korporasi tumbuh 3,6 persen menjadi Rp50,7 triliun.
Secara komposisi, dominasi UMKM di portofolio kredit BRI tetap kuat. Jika digabungkan, kontribusi segmen mikro, konsumer, dan SME mencakup lebih dari 75 persen total kredit. Hal ini menunjukkan bahwa strategi BRI untuk fokus pada sektor produktif yang menyentuh pelaku usaha kecil dan rumah tangga masih menjadi landasan utama dalam penyaluran pembiayaan.
Dari sisi kualitas kredit, BRI mencatat rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) secara konsolidasi di angka 3,04 persen, nyaris tidak berubah dibandingkan 3,05 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya. Rasio loan at risk (LAR) tercatat sebesar 10,8 persen, dengan cakupan cadangan kerugian (LAR coverage) tetap kuat di atas 53 persen.
Sementara itu, total aset BRI per akhir Juni 2025 mencapai Rp2.106 triliun, tumbuh 6,5 persen dibandingkan semester I tahun lalu. Dana pihak ketiga (DPK) juga naik 6,7 persen YoY menjadi Rp1.482 triliun, dengan rasio dana murah (CASA) mencapai 65,5 persen terhadap total DPK. Komposisi dana murah ini turut menjaga efisiensi biaya dana BRI, yang tercermin dari cost of deposit (CoD) sebesar 3,0 persen.
Pertumbuhan kredit BRI juga didukung oleh ekosistem ultra mikro yang terintegrasi. Hingga semester I 2025, total outstanding kredit dari ekosistem ultra mikro yang mencakup BRI Mikro, Pegadaian, dan PNM mencapai Rp631,9 triliun, naik dari Rp622,4 triliun pada akhir 2024. Namun, jumlah peminjam (borrower) mengalami penurunan 4,6 persen secara tahunan, menjadi 34,7 juta nasabah.
BRI menyatakan akan terus memperkuat peran segmen UMKM sebagai fondasi bisnis. Dalam pemaparannya, perseroan menekankan pentingnya kolaborasi antarsegmen, penguatan sumber daya manusia, serta peningkatan pemanfaatan digitalisasi untuk mempertahankan kinerja di tengah tantangan daya beli dan dinamika ekonomi domestik. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.