KABARBURSA.COM - Pengamat pasar uang Ariston Tjendra berpendapat bahwa kripto atau mata uang virtual tidak dapat dianggap sebagai aset investasi yang aman, sehingga tidak layak dikategorikan sebagai safe haven assets.
“Kripto bukanlah aset yang aman. Ini terbukti dari penurunannya saat situasi konflik (Iran-Israel) memanas," katanya kepada Kabar Bursa pada Kamis, 18 April 2024.
Menurutnya, meskipun beberapa pengamat kripto berpendapat bahwa mata uang virtual tersebut independen, namun hubungan yang semakin terlihat antara kripto dan pasar global menunjukkan sebaliknya.
“Walaupun ada pandangan bahwa kripto akan independen atau tidak terpengaruh oleh perekonomian atau pasar keuangan global, namun belakangan ini hubungannya semakin erat,” jelas Ariston.
“Ikhtisar ini mungkin disebabkan oleh masuknya banyak institusi keuangan besar ke dalam dunia kripto, seperti Blackrock,” tambahnya.
Ariston menambahkan bahwa di tengah perlambatan ekonomi dan gejolak geopolitik, nilai emas dan dolar Amerika Serikat (AS) justru menguat. Oleh karena itu, dalam konteks ini, emas dan dolar AS tetap dianggap sebagai safe haven karena sifatnya yang relatif stabil dan aman.
“Meskipun penguatan emas dan dolar AS terbatas selama kondisi ekonomi atau sentimen pasar terhadap aset berisiko memburuk,” ungkapnya.
Konsep safe haven telah menjadi topik menarik dalam dunia keuangan, yang biasanya meliputi aset-aset seperti logam mulia seperti emas, mata uang yang dianggap kuat seperti dolar AS, atau obligasi pemerintah.
Namun, konsep tersebut mulai meluas hingga ke kripto, meskipun masih menjadi subjek perdebatan di kalangan ahli keuangan.