KABARBURSA.COM – PT Astra International Tbk (ASII) melaporkan kinerja keuangan semester I 2025 dengan dinamika yang beragam. Laba bersih konsolidasian turun 4 persen menjadi Rp15,99 triliun dibanding periode sama tahun lalu Rp16,67 triliun.
Namun, investor tetap mencermati agresivitas aksi korporasi Astra dalam diversifikasi bisnis, mulai dari kendaraan bekas, properti logistik, hingga energi terbarukan, yang dipandang sebagai strategi menjaga valuasi jangka panjang.
Dari sisi segmen, penurunan laba paling dalam datang dari divisi alat berat, tambang, konstruksi, dan energi (HEMCE) yang dikelola United Tractors.
Laba bersih segmen ini merosot 15 persen menjadi Rp5 triliun. Faktor utamanya adalah turunnya harga batubara global serta tingginya curah hujan yang menekan produktivitas jasa kontraktor tambang.
Segmen otomotif juga tertekan akibat penurunan penjualan mobil nasional 9 persen menjadi 375 ribu unit, dengan pangsa pasar Astra turun dari 57 persen menjadi 54 persen.
Meski begitu, bisnis sepeda motor tetap stabil, dengan Astra Honda Motor mempertahankan pangsa pasar 77 persen, bahkan kinerja meningkat berkat ekspor dan perubahan komposisi penjualan.
Di sisi lain, agribisnis menjadi bintang pada paruh pertama tahun ini. Melalui Astra Agro Lestari, laba segmen ini melesat 40 persen menjadi Rp559 miliar berkat harga jual CPO yang lebih tinggi dan kenaikan volume penjualan.
Divisi infrastruktur juga mencatatkan kenaikan laba signifikan 38 persen menjadi Rp636 miliar, didorong kenaikan volume lalu lintas jalan tol serta penyesuaian tarif.
Sementara itu, sektor jasa keuangan menyumbang Rp4,4 triliun laba, tumbuh 6 persen yoy. Pertumbuhan kredit konsumsi terutama pada pembiayaan multipurpose menjadi motor utama.
Ekspansi Strategis Astra bakal Jadi Sorotan
Investor menilai arah transformasi Astra patut dicermati. Pada April 2025, Astra menggandeng Toyota Motor Asia (Singapore) Pte Ltd dengan investasi USD120 juta atau sekitar Rp2 triliun untuk 40 persen saham Astra Digital Mobil (ADMO), pemilik platform OLXmobbi.
Kolaborasi ini diproyeksikan memperkuat bisnis mobil bekas dengan dukungan ekosistem pembiayaan, asuransi, hingga layanan purna jual.
Selain itu, United Tractors juga memperluas portofolio energi bersih dengan mengakuisisi 30,6 persen saham Supreme Energy Sriwijaya senilai USD30,8 juta.
Transaksi ini menambah kepemilikan efektif UT di Supreme Energy Rantau Dedap, pemilik PLTP berkapasitas 91,2 MW di Sumatera Selatan, menjadi 40,4 persen.
Tidak kalah penting, anak usaha properti Astra melalui Saka Industrial Arjaya menandatangani perjanjian akuisisi 83,7 persen saham Mega Manunggal Property (MMP), pengembang kawasan industri dan logistik. Aksi korporasi ini akan dilanjutkan dengan tender offer sesuai regulasi pasar modal.
Secara konsolidasi, Astra masih menjaga neraca kuat. Aset naik 3 persen menjadi Rp487,79 triliun, dengan ekuitas Rp278,75 triliun hingga akhir Juni 2025. Posisi kas bersih (di luar anak usaha jasa keuangan) mencapai Rp12,7 triliun, naik dari Rp8 triliun pada akhir 2024.
Kondisi ini memberi ruang manuver cukup lebar bagi Astra untuk melanjutkan ekspansi, meski tekanan dari sektor tambang dan otomotif masih membayangi.
Bagi pelaku pasar modal, kombinasi pelemahan laba jangka pendek dengan strategi diversifikasi jangka panjang menjadi bahan pertimbangan penting.
Investor akan menilai apakah ekspansi ke sektor digital mobilitas, energi terbarukan, dan logistik mampu mengimbangi volatilitas sektor otomotif dan tambang yang selama ini menjadi tulang punggung Astra.
Semester I 2025 menjadi gambaran kontras bagi Astra International. Di satu sisi, laba bersih terkoreksi akibat faktor eksternal seperti harga komoditas dan cuaca.
Namun di sisi lain, langkah strategis akuisisi dan kolaborasi lintas sektor memperlihatkan arah transformasi konglomerasi ini menuju portofolio yang lebih tahan banting. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.