Logo
>

Laba Astra Turun Tujuh Persen, Saham ASII Ikut Tertekan

Kinerja kuartal I 2025 Astra International ditekan oleh segmen tambang dan otomotif, sementara valuasi saham masih menarik secara historis.

Ditulis oleh Syahrianto
Laba Astra Turun Tujuh Persen, Saham ASII Ikut Tertekan
Layar utama Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG yang menampilkan beberapa nama saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). (Foto: KabarBursa/Abbas Sandji)

KABARBURSA.COM - PT Astra International Tbk (ASII) membukukan laba bersih sebesar Rp6,92 triliun pada kuartal I 2025, atau turun 7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy), dan terkoreksi 16 persen dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-on-quarter/qoq). 

Angka tersebut berada sedikit di bawah ekspektasi konsensus analis yang memperkirakan laba kuartalan ASII menyumbang 21 persen dari estimasi total laba bersih tahun penuh 2025. Pelemahan kinerja terutama disebabkan oleh tekanan pada segmen alat berat, pertambangan, dan energi yang dijalankan melalui anak usaha utama, PT United Tractors Tbk (UNTR).

Menurut Edi Chandren, Lead Investment Analyst Stockbit Sekuritas, segmen alat berat dan pertambangan ASII hanya mampu menyumbang laba bersih sebesar Rp1,96 triliun, atau merosot 30 persen secara tahunan dan turun 19 persen secara kuartalan. 

“Kinerja ini menurun karena volume overburden removal Pamapersada Nusantara turun 12 persen YoY akibat musim hujan, serta penurunan harga batu bara yang berdampak pada margin sektor tambang,” jelas Edi. Penurunan ini mengikis kontribusi dari salah satu lini bisnis terbesar ASII, yang selama ini menjadi penopang stabilitas profit perusahaan.

Di sisi lain, segmen otomotif ASII juga menunjukkan penurunan dengan laba bersih sebesar Rp2,73 triliun, melemah 4 persen secara tahunan. Turunnya penjualan mobil domestik sebesar 5 persen dan motor sebesar 3 persen turut membebani pendapatan lini otomotif, yang anjlok 6 persen YoY. 

Meski demikian, dua anak usaha utama, yakni PT Astra Honda Motor dan PT Astra Otoparts Tbk (AUTO), masih mencatatkan pertumbuhan laba masing-masing sebesar 4 persen dan 7 persen YoY. “Meskipun pasar otomotif mengalami perlambatan, kontribusi dari AHM dan AUTO tetap menopang kinerja otomotif secara keseluruhan,” tambah Edi.

Segmen jasa keuangan menjadi satu-satunya penopang pertumbuhan laba ASII, dengan catatan laba bersih sebesar Rp2,14 triliun atau naik 3 persen YoY. Kinerja ini didorong oleh kenaikan pangsa pasar pada pembiayaan kendaraan bermotor. 

Laba bersih dari pembiayaan mobil dan motor naik masing-masing 2 persen dan 3 persen, sementara pembiayaan alat berat tumbuh signifikan sebesar 17 persen. Edi menilai, diversifikasi portofolio pembiayaan menjadi strategi penting ASII untuk menjaga profitabilitas di tengah tekanan di sektor riil.

Saham ASII Tertekan, Sinyal Teknis Masih Negatif

Seiring dengan pelemahan kinerja keuangan, saham ASII juga menunjukkan tekanan di pasar modal. Pada penutupan perdagangan Jumat, 2 Mei 2025 pukul 16.14 WIB, harga saham ASII ditutup turun tipis sebesar 0,21 persen ke level Rp4.790 per saham. Saham diperdagangkan dalam rentang harga harian Rp4.760 hingga Rp4.860 dengan volume transaksi mencapai 61,3 juta saham, lebih tinggi dari rata-rata volume 40,91 juta saham. Nilai transaksi harian tercatat sebesar Rp294 miliar.

Dari sisi teknikal, mayoritas indikator memberikan sinyal negatif. Berdasarkan ringkasan teknikal Stockbit, rekomendasi keseluruhan berada dalam kategori “Strong Sell” dengan 9 sinyal jual dan hanya 2 sinyal netral. Indikator RSI (14) berada di level 44, mengindikasikan belum terjadi oversold tetapi tekanan jual masih dominan. Sinyal jual juga muncul dari indikator MACD, Williams %R, dan CCI. Dari sisi rata-rata pergerakan (moving averages), MA10, MA20, MA50, dan MA100 seluruhnya berada di atas harga pasar saat ini, memperkuat sinyal bearish jangka pendek.

Tekanan juga tercermin dari pola candlestick dengan munculnya formasi “Three Outside Down” dalam timeframe 5 jam terakhir. Sebelumnya, pola negatif lainnya seperti “Three Black Crows” dan “Dark Cloud Cover” juga teridentifikasi, menunjukkan sinyal distribusi. Secara teknikal, titik support utama berada di Rp4.760, sementara resistance jangka pendek di area Rp4.860–Rp4.900.

Meski demikian, dari sisi valuasi, saham ASII relatif berada dalam posisi murah dibanding rerata pasar. Saat ini, price-to-earnings (P/E) ratio ASII berdasarkan data trailing twelve months (TTM) berada di level 5,79, jauh di bawah median P/E indeks IHSG yang berada di kisaran 8,21. Forward P/E ASII juga hanya 5,91, menunjukkan potensi undervaluasi. Selain itu, price-to-book value ASII sebesar 0,88 dan price-to-sales ratio sebesar 0,58 menunjukkan valuasi yang atraktif dari perspektif aset dan pendapatan. 

Earnings yield ASII saat ini mencapai 17,29 persen, jauh di atas imbal hasil obligasi pemerintah, memperlihatkan potensi menarik bagi investor value. Dari sisi efisiensi arus kas, rasio price-to-cashflow dan price-to-free-cashflow keduanya berada di level 4,29. Sementara itu, rasio EV/EBITDA sebesar 3,42 dan EV/EBIT sebesar 4,80 juga menunjukkan valuasi yang rendah secara historis.

Dari sisi per saham, laba per saham (EPS) ASII dalam 12 bulan terakhir tercatat sebesar Rp827,97, dengan EPS tahunan sebesar Rp684,92. Nilai buku per saham mencapai Rp5.467, sementara arus kas bebas per saham sebesar Rp1.116,92. Hal ini mencerminkan fundamental perusahaan yang masih solid meski sedang menghadapi tekanan jangka pendek.

Namun demikian, performa harga saham dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan tren negatif. Secara mingguan, ASII turun 1,44 persen; secara bulanan, melemah 2,64 persen; sementara dalam tiga bulan terakhir turun 0,21 persen. Sejak awal tahun (year-to-date), saham ASII telah turun 2,24 persen, menandakan bahwa sentimen pasar masih berhati-hati terhadap saham konglomerasi ini.

Dengan kombinasi tekanan fundamental jangka pendek dan valuasi yang relatif atraktif, saham ASII saat ini berada dalam posisi campuran. Bagi investor jangka panjang yang mencari valuasi murah dengan potensi rebound sektor otomotif dan energi, saham ini tetap layak diperhatikan. Namun, untuk jangka pendek, pelaku pasar disarankan menunggu sinyal teknikal yang lebih positif sebelum masuk lebih agresif. (*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Syahrianto

Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.