KABARBURSA.COM – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk atau BMRI, berhasil mencatatkan laba bersih bank only sebesar Rp4 triliun pada Januari 2025. Angka ini meningkat 4,5 persen secara tahunan (YoY) dan 1,1 persen secara bulanan (MoM). Pencapaian ini juga relatif sejalan dengan estimasi FY25F konsensus yang memproyeksikan pertumbuhan laba bersih sekitar 5 persen YoY.
Investment Analyst Stockbit Everson Sugianto, menilai kinerja BMRI tetap solid, meskipun terdapat tekanan pada beberapa indikator.
“Secara positif, kinerja Bank Mandiri ditopang oleh credit cost (CoC) yang terjaga dan perbaikan likuiditas, meski masih menghadapi tantangan dari penurunan Net Interest Margin (NIM) serta peningkatan beban operasional,” ujar Everson dikutip Kamis, 27 Februari 2025.
CoC Relatif Terjaga
Menurut Eveesin, berdasarkan data CoC bank only, BMRI tetap berada di level 0,52 persen pada Januari 2025, lebih rendah dibandingkan Januari 2024 (0,65 persen) dan Desember 2024 yang sempat mengalami pembalikan negatif (-0,03 persen).
Hal tersebut mencerminkan penurunan beban provisi menjadi Rp568 miliar, dibandingkan dengan Rp594 miliar pada Januari 2024.
Likuiditas Mulai Membaik
Pertumbuhan kredit BMRI mengalami sedikit perlambatan ke +19,3 persen YoY pada Januari 2025, dibandingkan dengan +19,6 persen YoY di Januari 2024 dan +20,7 persen YoY pada Desember 2024. Meskipun demikian, angka ini masih lebih tinggi dari proyeksi +10–12 persen YoY yang ditetapkan manajemen untuk FY25.
Dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), pertumbuhan meningkat signifikan ke +15,1 persen YoY, setelah sebelumnya hanya tumbuh +1,5 persen YoY pada Januari 2024 dan +6,8 persen YoY pada Desember 2024.
“Kenaikan DPK yang kembali ke double digit membantu menurunkan Loan-to-Deposit Ratio (LDR) menjadi 93,7 persen, mendekati target manajemen 90–95 persen untuk tahun 2025,” lanjutnya.
NIM Kembali Tertekan
Everson lebih lanjut menyoroti NIM BMRI yang mengalami penurunan ke 4,42 persen pada Januari 2025, turun 8 basis poin (bps) secara tahunan dan 59 bps secara bulanan. Faktor utama penurunan ini adalah dominasi pertumbuhan DPK yang berasal dari deposito, sehingga cost of fund (CoF) tetap tinggi.
Selain itu, pertumbuhan earning assets lebih banyak berasal dari instrumen efek, termasuk obligasi pemerintah, yang memiliki yield lebih rendah dibandingkan kredit.
“Meskipun demikian, Net Interest Income (NII) BMRI masih mencatat pertumbuhan 11 persen YoY ke Rp6,5 triliun, meskipun mengalami penurunan 10 persen MoM,” jelas dia.
Beban Operasional Meningkat
Beban operasional BMRI mengalami lonjakan +23 persen YoY pada Januari 2025, didorong oleh peningkatan beban tenaga kerja (+26 persen YoY) dan beban lainnya (+18 persen YoY). Namun, Pre-Provision Operating Profit (PPOP) masih berhasil tumbuh +3,3 persen YoY dan +13 persen MoM, didorong oleh pertumbuhan pendapatan utama bank.
Secara keseluruhan, kinerja BMRI pada awal 2025 menunjukkan tren positif dengan perbaikan likuiditas dan stabilitas kredit, meskipun masih menghadapi tantangan dari biaya dana yang tinggi dan peningkatan beban operasional.
BMRI mencatatkan laba bersih bank only sebesar Rp4 triliunpada Januari 2025, meningkat 4,5 persen secara tahunan (YoY) dan 1,1 persen secara bulanan (MoM). Pencapaian ini relatif sejalan dengan estimasi FY25F konsensus yang memproyeksikan pertumbuhan laba bersih sekitar 5 persen YoY.
Everson Sugianto menilai kinerja BMRI tetap solid, meskipun terdapat tekanan pada beberapa indikator.
“Secara positif, kinerja Bank Mandiri ditopang oleh credit cost (CoC) yang terjaga dan perbaikan likuiditas, meski masih menghadapi tantangan dari penurunan Net Interest Margin (NIM) serta peningkatan beban operasional,” ujar Everson dikutip Kamis, 27 Februari 2025.
Secara keseluruhan, kinerja BMRI pada awal 2025 menunjukkan tren positif dengan perbaikan likuiditas dan stabilitas kredit, meskipun masih menghadapi tantangan dari biaya dana yang tinggi dan peningkatan beban operasional. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.