Logo
>

Laba Bersih Melejit 364 Persen, TINS Cetak Rp1,19 Triliun

Capaian ini melesat 364 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatatkan rugi bersih Rp449,67 miliar

Ditulis oleh Syahrianto
Laba Bersih Melejit 364 Persen, TINS Cetak Rp1,19 Triliun
Seorang operator forklift tengah memindahkan batangan timah dari truk pengangkut di area gudang. (Foto: Dok. Timah)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – PT Timah Tbk (TINS) mencetak kinerja gemilang sepanjang tahun 2024 dengan membukukan laba bersih sebesar Rp1,19 triliun. Capaian ini melesat 364 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatatkan rugi bersih Rp449,67 miliar. Kinerja positif ini dicapai di tengah fluktuasi harga timah global dan ketidakpastian ekonomi makro yang membayangi industri logam dasar.

    Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian yang telah diaudit per 31 Desember 2024, perseroan mencatatkan pendapatan sebesar Rp10,86 triliun, naik 29,37 persen dari Rp8,39 triliun pada 2023. Kenaikan ini didorong oleh peningkatan volume penjualan dan harga jual rata-rata logam timah. Harga rata-rata logam timah berdasarkan Cash Settlement Price di London Metal Exchange (LME) tahun 2024 mencapai USD30.177 per ton, naik 16,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar USD25.959 per ton. Harga ini juga berada dalam proyeksi Bloomberg di kisaran USD28.000–USD31.000 per ton. Di sisi lain, persediaan timah di gudang LME menyusut 35,6 persen menjadi 4.800 ton dari posisi awal tahun sebesar 7.450 ton.

    Dari sisi operasional, produksi bijih timah TINS melonjak 31 persen menjadi 19.437 ton Sn dibandingkan tahun 2023 yang sebesar 14.855 ton Sn. Peningkatan ini merupakan hasil dari bertambahnya unit tambang darat, meningkatnya produktivitas tambang laut, serta optimalisasi arah penggalian melalui kegiatan bor pandu pada blok kerja. Produksi logam timah pun naik 23 persen menjadi 18.915 ton, sementara volume penjualan naik 22 persen menjadi 17.507 ton. Rata-rata harga jual logam timah sepanjang tahun 2024 mencapai USD31.181 per ton, meningkat 17 persen dari tahun sebelumnya. Komposisi penjualan menunjukkan 88 persen diarahkan untuk ekspor dan sisanya 12 persen untuk pasar domestik, dengan enam besar negara tujuan ekspor yaitu Korea Selatan (19 persen), Singapura (18 persen), Jepang (15 persen), Belanda (12 persen), India (10 persen), dan Tiongkok (7 persen).

    Kinerja keuangan juga mencerminkan perbaikan fundamental. EBITDA Perseroan tercatat sebesar Rp2,71 triliun, melonjak hampir empat kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Beban pokok pendapatan hanya naik tipis 1,26 persen menjadi Rp8,03 triliun, mencerminkan efisiensi biaya yang berhasil dijaga. Laba usaha tercatat Rp1,76 triliun. Sementara itu, total aset sedikit terkoreksi 0,42 persen menjadi Rp12,80 triliun, tetapi liabilitas menurun signifikan sebesar 19,08 persen menjadi Rp5,35 triliun akibat pelunasan pinjaman bank jangka pendek, obligasi, serta aksi pembelian kembali (buyback) Medium Term Notes (MTN). Di sisi lain, ekuitas Perseroan naik 19,35 persen menjadi Rp7,45 triliun, sejalan dengan perolehan laba bersih yang kuat.

    Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Timah Tbk, Fina Eliani, menyampaikan bahwa keberhasilan TINS dalam mencatatkan kinerja cemerlang tak lepas dari optimalisasi di lini produksi, pemasaran, dan keuangan. Strategi pengelolaan utang berbunga yang lebih efisien turut memperkuat posisi keuangan Perseroan. Rasio-rasio keuangan juga menunjukkan performa yang solid, seperti Quick Ratio sebesar 73,2 persen, Current Ratio sebesar 222 persen, Debt to Asset Ratio 41,8 persen, dan Debt to Equity Ratio sebesar 71,8 persen.

    Selama tahun 2024, TINS fokus menjalankan berbagai inisiatif efisiensi, termasuk selektivitas dalam pengeluaran investasi, pengendalian beban tetap, serta penguatan cashflow. Salah satu strategi utama adalah menurunkan interest bearing debt guna mengurangi beban bunga melalui aksi buyback MTN.

    Dalam menghadapi masa depan, TINS memastikan keberlanjutan operasional melalui aktivitas eksplorasi baik di darat maupun laut untuk memperkuat cadangan timah. Pada akhir 2024, Perseroan mencatat total sumber daya timah sebesar 807.234 ton dan cadangan sebesar 312.506 ton. Sejumlah strategi telah disiapkan untuk menjaga kinerja jangka panjang, antara lain optimalisasi produksi bijih timah, perbaikan tata kelola kemitraan tambang, serta efisiensi berkelanjutan di seluruh lini bisnis. Selain itu, TINS juga akan memperkuat sinergi dengan anak usaha untuk mendukung pertumbuhan berkelanjutan.

    Sebagaimana diketahui, PT Timah Tbk merupakan anak usaha dari holding BUMN pertambangan MIND ID dan merupakan produsen serta eksportir timah terbesar di dunia. Beroperasi di wilayah Bangka Belitung, Kepulauan Riau, dan Riau, Perseroan menjalankan bisnis pertimahan yang terintegrasi vertikal mulai dari eksplorasi, penambangan, peleburan hingga pemasaran. 

    Indonesia menyumbang sekitar 25 persen produksi timah dunia, dan TINS sebagai pemain dominan nasional, menguasai sekitar 40–45 persen produksi timah Indonesia.Harga timah sempat menyentuh level tertinggi USD 33.000/ton pada Agustus 2024, didorong kekhawatiran pasokan global akibat pengetatan ekspor dari Myanmar dan gangguan logistik di Afrika Barat.

    Produk logam timah TINS dengan merek “Banka Tin”, “Kundur Tin”, dan “Mentok Tin” telah terdaftar di London Metal Exchange (LME) dan dikenal secara global. Selain bisnis timah, TINS juga mengembangkan hilirisasi seperti tin chemical dan tin solder, pertambangan non-timah (batubara dan nikel), serta bisnis berbasis kompetensi seperti properti, galangan kapal, dan agrobisnis. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.