KABARBURSA.COM - Pergerakan saham PT Petrosea Tbk atau PTRO sedang tidak baik-baik saja. Pada perdagangan Selasa, 4 Maret 2025 hingga pukul 11.00 WIB, saham yang mengalami koreksi signifikan.
Mengutip data Stockbit, harga saham turun 7,14 persen atau 240 poin ke level 3.120. Saham sempat dibuka menguat pada level 3.300 dan menyentuh level tertinggi Rp3.350 sebelum akhirnya turun ke level terendah 3.080 dalam sesi perdagangan tersebut.
Dengan total volume perdagangan mencapai 565,9 ribu lot dan nilai transaksi sebesar Rp180,2 miliar, pergerakan saham ini menunjukkan volatilitas yang cukup tinggi.
Dalam satu minggu terakhir, harga saham PTRO mengalami pelemahan sebesar 4,00%, sementara dalam satu bulan terakhir mengalami penurunan lebih dalam, yaitu sebesar 19,59 persen.
Namun, jika melihat kinerja dalam enam bulan terakhir, saham ini justru mengalami lonjakan signifikan sebesar 122,86 persen, dan dalam satu tahun terakhir mencatatkan kenaikan spektakuler sebesar 552,72 persen.
Tren positif juga terlihat dalam jangka panjang, di mana dalam tiga tahun terakhir saham PTRO meningkat 1.014,29 persen, dalam lima tahun mencapai 2.185,71 persen, dan dalam sepuluh tahun terakhir meroket hingga 3.704,88 persen.
Meskipun mengalami penurunan dalam perdagangan terakhir, secara keseluruhan saham PTRO masih menunjukkan tren positif sepanjang tahun ini dengan kenaikan sebesar 12,94 persen sejak awal tahun.
Saham ini juga memiliki kisaran pergerakan yang cukup luas dalam satu tahun terakhir, dengan level tertinggi mencapai 4.560 dan level terendah berada di 394. Kenaikan yang luar biasa ini mengindikasikan adanya sentimen positif dari investor terhadap prospek bisnis perusahaan.
Laba Bersih Tergolong Tipis
Melihat kinerja keuangannya melalui pendekatan Warren Buffett, yang menitikberatkan pada fundamental bisnis yang kuat, valuasi yang wajar, serta kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas bebas yang stabil, laba bersih PTRO masih tergolong tipis.
PTRO mencatat pendapatan tahunan sebesar Rp11,161 triliun dengan laba bersih sebesar Rp157 miliar dalam 12 bulan terakhir (TTM). Margin laba bersih perusahaan sebesar 3,29 persen ini masih tergolong tipis dan menunjukkan bahwa efisiensi operasional perlu ditingkatkan.
Return on Equity (ROE) sebesar 3,90 persen dan Return on Invested Capital (ROIC) sebesar 9,55 persen menunjukkan tingkat pengembalian investasi yang relatif rendah dibandingkan dengan standar yang biasanya dicari oleh Buffett (ROE di atas 15 persen). Artinya, PTRO belum memiliki keunggulan kompetitif yang cukup kuat untuk mencetak laba tinggi secara konsisten.
Valuasi Sahamnya juga masih terbilang mahal dibandingkan dengan rata-rata pasar. Hal ini terlihat dari Price-to-Earnings (P/E) ratio PTRO saat ini berada di angka 200,81, jauh lebih tinggi dibandingkan median P/E IHSG sebesar 7,64.
Price-to-Book (P/B) ratio juga cukup tinggi di 7,83, yang mengindikasikan bahwa investor membayar harga premium terhadap nilai aset bersih perusahaan. Sementara, Buffett cenderung mencari saham dengan valuasi yang masuk akal, yaitu perusahaan dengan P/E rendah yang memiliki fundamental kuat.
Dari segi struktur keuangan, rasio utang terhadap ekuitas (Debt-to-Equity Ratio) sebesar 1,34 mengindikasikan bahwa MEDC memiliki tingkat leverage yang cukup tinggi. Total utang mencapai Rp5,372 triliun dengan net debt sebesar Rp3,515 triliun.
Warren Buffett biasanya lebih menyukai perusahaan dengan tingkat utang yang rendah, karena perusahaan dengan beban utang besar cenderung memiliki risiko finansial yang lebih tinggi, terutama dalam industri yang memiliki volatilitas harga komoditas seperti energi.
Untuk Cash flow dari operasi tercatat sebesar Rp451 miliar, sementara free cash flow (FCF) sebesar Rp428 miliar. Meskipun masih positif, angka ini belum mencerminkan kemampuan luar biasa dalam mencetak kas yang berlimpah. Buffett biasanya mencari perusahaan dengan arus kas yang kuat dan stabil.
Dari sisi dividen, PTRO memberikan yield sebesar 0,16 persen dengan payout ratio 31,86 persen, yang berarti perusahaan masih mempertahankan sebagian besar laba untuk ekspansi.
PTRO berada dalam industri energi yang sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga minyak dan gas. Meskipun perusahaan mencatat pertumbuhan pendapatan tahunan 41,42 persen dan pertumbuhan laba bersih 361,70 persen, volatilitas bisnisnya cukup tinggi.
Buffett lebih menyukai perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dan model bisnis yang stabil dalam jangka panjang.
Secara keseluruhan, berdasarkan prinsip investasi Buffett, PTRO masih memiliki beberapa kelemahan utama, yaitu valuasi yang mahal, profitabilitas yang relatif rendah, serta tingkat utang yang tinggi.
Bagi investor yang mengadopsi gaya investasi Buffett, mungkin akan lebih bijaksana untuk menunggu hingga valuasi lebih menarik dan fundamental keuangan perusahaan membaik sebelum mempertimbangkan investasi di saham ini.
Terbitkan Obligasi dan Sukuk
Perusahaan tambang yang berada di bawah kendali konglomerat Prajogo Pangestu, tengah bersiap untuk menggalang dana dalam skala besar melalui penerbitan obligasi dan sukuk dengan total nilai mencapai Rp1,5 triliun.
Langkah ini menjadi strategi utama perseroan dalam memperkuat modal kerja untuk mendukung berbagai proyek pertambangan serta rekayasa dan konstruksi yang menjadi inti bisnisnya.
Berdasarkan prospektus yang dirilis pada Selasa, 4 Maret 2025, Petrosea akan meluncurkan Obligasi Berkelanjutan I Petrosea Tahap II Tahun 2025 dengan jumlah pokok sebesar Rp1 triliun.
Obligasi ini dibagi dalam tiga seri dengan tingkat bunga dan tenor yang bervariasi. Seri A memiliki nilai Rp39,2 miliar dengan tingkat bunga 7,75 persen per tahun dan tenor tiga tahun.
Seri B bernilai Rp476,2 miliar dengan bunga 8,75 persen per tahun dan tenor lima tahun. Sementara itu, Seri C mencapai Rp484,6 miliar dengan tingkat bunga 9,30 persen per tahun dan tenor tujuh tahun.
Di samping obligasi, Petrosea juga akan menerbitkan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Petrosea Tahap II Tahun 2025 dengan total nilai Rp500 miliar. Sukuk ini juga terdiri dari tiga seri, yakni Seri A senilai Rp59,1 miliar dengan tenor tiga tahun, Seri B senilai Rp223,9 miliar dengan tenor lima tahun, serta Seri C senilai Rp217 miliar dengan tenor tujuh tahun.
Instrumen keuangan berbasis syariah ini diharapkan menarik minat investor yang lebih luas, termasuk dari kalangan yang mengedepankan prinsip investasi halal.
Dana yang diperoleh dari penerbitan obligasi dan sukuk ini akan sepenuhnya digunakan untuk modal kerja perseroan. Sebagian besar, sekitar 67 persen, akan dialokasikan untuk pembelian material serta jasa terkait, termasuk kebutuhan material yang bersifat beli putus sesuai dengan ketersediaan dari pihak yang tidak terafiliasi dengan perusahaan.
Selain itu, dana ini juga akan digunakan untuk menutupi biaya operasional alat berat dan peralatan. Sekitar 25 persen dari dana tersebut akan dialokasikan untuk biaya tenaga kerja, sedangkan sisanya akan dipergunakan untuk berbagai beban usaha lainnya yang diperlukan dalam operasional perusahaan.
Untuk memastikan kelancaran penerbitan surat utang ini, Petrosea telah menunjuk enam penjamin pelaksana emisi dan penjamin emisi obligasi serta sukuk ijarah. Keenam perusahaan sekuritas tersebut adalah PT Aldiracita Sekuritas Indonesia, PT BCA Sekuritas, PT BRI Danareksa Sekuritas, PT Henan Putihrai Sekuritas, PT Sucor Sekuritas, dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk.
Keterlibatan sejumlah penjamin dengan reputasi kuat di industri keuangan menunjukkan keseriusan dan kesiapan Petrosea dalam menggalang dana dari pasar modal.
Proses penerbitan obligasi dan sukuk ini akan berlangsung dalam beberapa tahap, dengan masa penawaran umum dijadwalkan pada 13 hingga 17 Maret 2025. Selanjutnya, proses penjatahan akan dilakukan pada 19 Maret 2025, disusul dengan pengembalian uang pemesanan pada 21 Maret 2025.
Distribusi obligasi dan sukuk secara elektronik juga akan dilakukan pada hari yang sama, sebelum akhirnya resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 24 Maret 2025.
Langkah strategis yang diambil Petrosea melalui penerbitan obligasi dan sukuk ini mencerminkan optimisme perusahaan terhadap prospek bisnisnya ke depan.
Dengan memanfaatkan dana yang diperoleh untuk memperkuat modal kerja, Petrosea berupaya menjaga keberlanjutan operasional serta meningkatkan daya saingnya di industri pertambangan dan konstruksi yang terus berkembang.
Keputusan untuk menerbitkan obligasi konvensional dan sukuk ijarah juga menunjukkan fleksibilitas perusahaan dalam menarik minat investor dari berbagai segmen, baik yang berorientasi pada instrumen keuangan konvensional maupun berbasis syariah.
Dengan strategi ini, Petrosea tampaknya semakin memperkokoh posisinya sebagai salah satu pemain utama dalam industri yang digelutinya.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.