Logo
>

Laba Bersih Tumbuh 22 Persen, Saham ROTI Bisa Dikoleksi?

Ditulis oleh Syahrianto
Laba Bersih Tumbuh 22 Persen, Saham ROTI Bisa Dikoleksi?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Produsen Sari Roti, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI), melaporkan laba bersih sebesar Rp145 miliar hingga semester I 2024, mencatatkan pertumbuhan 22 persen year-on-year (yoy) dibandingkan dengan laba bersih sebesar Rp118,75 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

    Menurut manajemen ROTI, pertumbuhan laba bersih tersebut didorong oleh peningkatan kinerja penjualan yang mencapai Rp1,92 triliun, naik 5,46 persen yoy dari Rp1,82 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

    Penjualan terbesar berasal dari distributor utama, PT Indomarco Prismatama, entitas dari Grup Salim yang mengelola gerai Indomaret, dengan kontribusi penjualan sebesar Rp713,4 miliar atau 37,09 persen dari total penjualan ROTI. Sementara itu, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dari Grup Alfamart menyumbang penjualan sebesar Rp486,59 miliar atau 25,30 persen dari total penjualan ROTI.

    Berdasarkan jenis produk, roti tawar masih menjadi motor penjualan ROTI yakni sebesar Rp1,28 triliun. Selanjutnya, ada roti manis sebesar Rp800,28 miliar, disusul kue sebesar Rp166,58 miliar dan lainnya senilai Rp32,76 miliar.

    Setelah dikurangi retur penjualan dan rabat, total penjualan ROTI pada semester I 2024 tercatat sebesar Rp1,92 triliun.

    Lebih lanjut Manajemen ROTI menjelaskan, bahwa penjualan wilayah tengah masih menjadi motor berkat raihan penjualan senilai Rp1,01 triliun. Sementara, penjualan wilayah barat dan timur juga tumbuh 12,2 persen yoy yang tercatat sebesar Rp909 miliar.

    “Pertumbuhan penjualan itu sejalan dengan strategi ekspansi bisnis yang telah dicanangkan perseroan dengan membangun pabrik di Batam, Gresik, Balikpapan dan Banjarmasin,” jelas Manajemen ROTI.

    Lebih lanjut disampaikan, raihan penjualan Sari Roti juga didukung oleh perluasan distribusi pada kanal modern dan tradisional, melalui penambahan titik penjualan menjadi lebih dari 93.000 yang tersebar di seluruh Indonesia.

    “Untuk memenuhi permintaan produk-produk roti dan kue yang terus bertumbuh, perseroan akan meningkatkan kapasitas produksi dengan menyelesaikan pembangunan pabrik ke-15 di Pekanbaru yang ditargetkan beroperasi pada akhir tahun 2024,” sebut Manajemen ROTI.

    Prospek Saham ROTI

    Dari pasar saham, saat ini saham PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) masih mengalami penurunan. Pada penutupan pasar hari Senin, 22 Juli 2024, harga saham ROTI tercatat Rp1.000 per lembar, turun 13,04 persen sejak awal tahun dan 16,32 persen dalam tiga bulan terakhir.

    Dari 11 analis yang menilai saham produsen Sari Roti ini, 8 di antaranya merekomendasikan beli, sementara 3 lainnya merekomendasikan tahan. Konsensus harga target dari analis untuk saham ROTI adalah Rp1.502 per lembar dalam 12 bulan ke depan, yang menunjukkan potensi keuntungan sebesar 50,2 persen.

    Salah satu analis, Sukor Sekuritas, merekomendasikan saham ROTI dengan catatan bahwa laba bersih perusahaan sebesar Rp145 miliar telah mencapai 40 persen dari estimasi mereka untuk tahun 2024. Sukor memproyeksikan ROTI akan terus mengalami pertumbuhan positif pada semester kedua 2024, berkat meningkatnya permintaan roti dan kue seiring dengan musim sekolah.

    Perusahaan juga berencana meluncurkan produk baru yang lebih terjangkau dan tahan lama untuk meningkatkan penetrasi di luar Pulau Jawa dan mengurangi tingkat pengembalian menjadi 14 persen. Pabrik baru di Pekanbaru yang akan beroperasi akhir 2024 diperkirakan akan menambah kapasitas produksi sebesar 600.000 potong roti per hari, memperkuat kehadiran perusahaan di Sumatra.

    Sukor memperkirakan pertumbuhan pendapatan (CAGR) sebesar 12 persen dalam lima tahun ke depan, didorong oleh pemulihan penjualan dan peningkatan margin. Proyeksi pendapatan untuk 2024-2025 adalah sekitar Rp359 miliar dan Rp409 miliar, masing-masing meningkat 7,7 persen dan 13,9 persen tahun ke tahun. Mereka juga menaikkan target harga menjadi Rp1.510 per lembar, mencerminkan valuasi 2025 dengan PE 22,8 kali.

    Ada tiga alasan mengapa saham PT Nippon Indosari Corpindo Tbk menarik menurut Sukor. Pertama, keuntungan jangka pendek dari rencana pembelian kembali saham hingga 88 juta lembar, dengan permintaan persetujuan pada RUPSLB pada 6 Agustus 2024. Rencana buyback akan dilakukan dari 6 Agustus 2024 hingga 5 Agustus 2025, untuk menstabilkan harga saham dan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan modal.

    Kedua, keuntungan jangka panjang dari potensi divestasi KKR. Pada awal 2024, ada kabar bahwa Kohlberg Kravis Roberts (KKR) berencana melakukan divestasi sahamnya, namun kabar tersebut telah dibantah oleh manajemen PT Nippon Indosari Corpindo Tbk pada akhir Februari 2024.

    Ketiga, inisiatif perusahaan untuk meluncurkan produk yang lebih terjangkau dan memiliki masa simpan lebih lama, yang diharapkan dapat meningkatkan penetrasi pasar di luar Pulau Jawa dan mengurangi tingkat pengembalian. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.