KABARBURSA.COM - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mampu membukukan pertumbuhan laba sebesar 21,6 persen year on year (yoy) pada kuartal III-2024.
Laba bersih perusahaan dengan kode saham BRIS ini mencapai Rp5,11 triliun, naik dibandingkan periode serupa tahun lalu sebesar Rp4,20 triliun.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi, bersyukur kinerja BSI terus tumbuh solid, sehat dan sustain hingga kuartal III-2024.
"Kami tetap tumbuh dobel digit sampai triwulan ketiga di tengah makro ekonomi yang cukup menantang dengan tingginya reference rate. Namun, BI mulai menurunkan suku bunga acuannya.,’’ kata dia dalam keterangan resmi, dikutip Kamis, 31 Oktober 2024.
Menurut Hery, BSI masih terus menumbuhkan segmen-segmen bisnis yang potensial dengan kualitas terjaga sembari terus meningkatkan kualitas layanan kepada nasabah, terutama dari sisi digital.
Di sisi lain, BSI juga berhasil meningkatkan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 14,92 persen menjadi Rp301,22 triliun pada kuartal III 2024.
Adapun komposisi DPK didominasi produk tabungan yang pada periode yang sama tumbuh 13,40 persen (yoy) menjadi Rp130,18 triliun. Adapun rasio dana murah (CASA) berada pada posisi 61,69 persen.
Kenaikan tabungan tersebut tidak lepas dari meningkatnya customer base yang sejak merger rata-rata bertambah 2,5 juta nasabah pertahun.
Sementara itu Hery menyebut, dari disiplin pada fokus bisnis meningkatkan Pendapatan Margin Bagi Hasil bank sebesar Rp18,41 Triliun tumbuh 11,98 persen (YoY), sementara di sisi lain Fee Based Income juga tumbuh 30,14 persen (YoY) menjadi Rp3,94 Triliun, menjadikan PPOP BSI sebesar Rp8,52 triliun tumbuh 7,61 persen (YoY).
Di sisi lain dengan kualitas terjaga ditandai dengan menurunnya NPF gross ke level 1,97 persen dan cost of credit ke level 0,97 persen. Aset BSI per posisi September mencapai Rp371 triliun tumbuh 15,91 persen (YoY) dengan Return of Equity (ROE) berada pada posisi 17,59 persen.
Transformasi Digital Penopang Kinerja Positif
Sebelumnya diberitakan, BSI menyatakan transformasi digital menjadi pilar yang berkontribusi dalam menopang kinerja positif perusahaan.
Menurut Hery, transformasi digital menjadi salah satu pilar utama strategi BSI merealisasikan visi dan misi menjadi bank syariah yang universal, modern, dan digital.
“Sejumlah inisiatif dalam kerangka transformasi digital telah dihadirkan oleh BSI, mulai dari penguatan digitalisasi layanan, peningkatan keamanan siber hingga merealisasikan pengembangan mobile banking BSI menjadi sebuah super app,” kata Hery dalam keterangannya, dikutip Senin, 28 Oktober 2024.
Hery menuturkan, saat ini dunia telah masuk dalam era ‘banking everywhere‘. Karenanya, dengan transformasi digital, BSI bisa memanfaatkan penggunaan teknologi sehingga layanan perbankan syariah dapat menjangkau masyarakat secara lebih luas lagi, terutama bagi masyarakat yang belum terlayani perbankan.
Transformasi digital yang dilakukan secara konsisten dan terarah akan mendorong percepatan pertumbuhan untuk merealisasikan aspirasi Perseroan.
BSI, menurut dia, berkomitmen untuk terus berinovasi, memperkuat transformasi agar tumbuh berkelanjutan, dan memberi manfaat sebagai beyond digital sharia banking dan berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi.
“Transformasi ini memperkuat posisi BSI sebagai motor kemajuan dalam industri keuangan syariah Indonesia, mendorong kami untuk terus menjadi energi baru bagi Indonesia,” kata Herry.
Adapun pertumbuhan jumlah nasabah BSI meningkat signifikan, mencapai lebih dari 20 juta hingga Juni 2024. Sementara rata-rata pertumbuhan sekitar 2 juta nasabah setiap tahunnya.
Untuk BSI Mobile, sudah memiliki 7,12 juta nasabah per Juni 2024. Jumlah itu tumbuh 33,9 persen secara tahunan.
BSI melaporkan sekitar 97,9 persen nasabah perseroan telah menggunakan layanan digital untuk melakukan transaksi keuangan. Dalam hal pembukaan rekening, sebanyak 94,4 persen calon nasabah melakukannya secara online melalui BSI Mobile.
Untuk transaksi digital lewat QRIS, BSI mencatatkan kenaikan 212 persen secara tahunan (yoy) dengan jumlah 14,13 juta transaksi per Juni 2024. Sedangkan untuk transaksi QRIS Masjid mengalami kenaikan sebesar 165 persen (yoy), dengan jumlah 14,42 juta transaksi.
Bisnis Emas kian Kinclong
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau Bank BSI mencatatkan bisnis emas yang berkilau pada Agustus 2024. Kinerja omzet gadai emas mencapai sebesar Rp13,3 triliun atau naik 22,1 persen (yoy) sedangkan cicil emas menjadi Rp3,8 triliun, tumbuh 169,4 persen (yoy).
Direktur Sales & Distribution BRIS Anton Sukarna menuturkan, bisnis sangat menjanjikan secara jangka panjang. Sebab, logam mulia sejak lama dipandang sebagai safe haven atau aset yang aman untuk berinvestasi.
Menurut Anton, investasi emas adalah salah satu cara efektif dalam mendorong inklusi keuangan syariah di dalam negeri. Oleh karena itu, bank dengan kode saham BRIS ini memfasilitasi masyarakat sehingga dapat memiliki emas secara mudah melalui produk BSI Cicil Emas.
Anton menambahkan, perseroan berharap tingginya volume transaksi yang sudah dibukukan melalui BSI Agen dapat menggerakkan ekonomi masyarakat hingga ke akar rumput di masa depan. Apalagi di tengah kondisi ekonomi yang dinamis.
“BSI berharap bisa membuat ekosistem syariah ini menjadi hidup dan berdampak baik dari sosial dan ekonomi bagi masyarakat ke depannya. Melalui BSI Agen ini, BSI terus berupaya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah ke seluruh Indonesia termasuk melalui produk Gadai Emas,” ungkap Anton dalam keterangan resmi BSI dikutip, Sabtu, 19 Oktober 2024.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.