KABARBURSA.COM - PT Green Power Group Tbk (LABA) mengumumkan rencana pelaksanaan aksi korporasi berupa rights issue atau penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD), yang dijadwalkan berlangsung pada paruh pertama tahun 2025.
Langkah ini merupakan bagian dari strategi jangka pendek Perseroan untuk memperkuat struktur permodalan dan mendukung ekspansi usaha.
Direktur Utama LABA, William Ong, menyampaikan bahwa nilai emisi rights issue diperkirakan mencapai Rp100-150 miliar.
“Saat ini, prosesnya masih dalam tahap diskusi. Namun, kami telah menjalin kerja sama dengan pihak sekuritas. Mengenai jumlah saham yang akan diterbitkan, hal tersebut masih dalam pembahasan lebih lanjut,” ujar William dalam paparan publik daring, dikutip Kamis, 26 Desember 2024.
Selain rights issue, LABA juga berkomitmen untuk memperluas cakupan bisnisnya melalui penambahan kegiatan usaha baru dan pendirian tiga anak perusahaan tambahan. Langkah ini merupakan bagian dari rencana strategis ekspansi yang lebih besar.
“Kami sedang menjajaki potensi lahan baru untuk pengembangan bisnis, meskipun detailnya belum dapat kami ungkapkan saat ini,” tambah William.
Sebagai bagian dari upaya diversifikasi dan pengembangan energi terbarukan, LABA baru-baru ini menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Presidente Da Região Administrativa Especial De Oecusse Ambeno (RAEOA), sebuah institusi pemerintah di Timor Leste.
Kerja sama ini melibatkan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya photovoltaic (PV) dengan kapasitas 5 megawatt (MW) yang dilengkapi sistem penyimpanan energi baterai (BESS).
Proyek tersebut mencakup berbagai aspek, mulai dari kepemilikan, perancangan, pembangunan, hingga pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas pembangkit listrik.
Untuk mewujudkan proyek ini, LABA berencana mendirikan perusahaan patungan dengan mitra lokal, yang akan mengelola operasional pembangkit listrik PV 5 MW pada tahap awal.
LABA dan RAEOA juga telah mencapai kesepakatan terkait harga jual energi per kilowatt-hour (kWh). Dengan proyek ini, LABA menunjukkan komitmen kuat dalam memprioritaskan energi terbarukan sebagai pilar utama pertumbuhan bisnis di masa depan.
Melalui berbagai langkah strategis ini, LABA tidak hanya berupaya memperkuat posisi bisnisnya di industri energi terbarukan, tetapi juga meningkatkan nilai tambah bagi pemegang saham serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Kinerja Keuangan LABA
Green Power Group melaporkan rugi bersih sebesar Rp5,92 miliar hingga akhir kuartal III 2024. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 51,94 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, di mana rugi tercatat sebesar Rp3,90 miliar.
Meskipun kinerja menurun, rugi per saham dasar LABA berada di angka Rp1, lebih baik dibandingkan rugi per saham Rp2 pada kuartal ketiga tahun lalu.
Penurunan ini terjadi akibat pendapatan usaha LABA yang merosot 40,40 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp4,82 miliar, dibandingkan Rp8,10 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Menurut laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), pendapatan tersebut sebagian besar berasal dari penjualan lokal produk baja dan barang sejenis lainnya.
Di sisi lain, beban pokok pendapatan juga menurun 27,21 persen yoy menjadi Rp4,77 miliar, menghasilkan laba kotor sebesar Rp54,87 juta. Namun, peningkatan beban administrasi menyebabkan kerugian operasional mencapai Rp5,72 miliar, dengan rugi sebelum pajak mencapai Rp5,92 miliar.
Pada neraca keuangan, total aset perusahaan hingga akhir September 2024 naik 11,69 persen secara year-to-date (ytd) menjadi Rp65,47 miliar. Sementara itu, liabilitas turun 26,35 persen ytd menjadi Rp2,87 miliar, dan ekuitas meningkat 14,41 persen ytd menjadi Rp62,59 miliar.
LABA juga mencatatkan kenaikan posisi kas menjadi Rp2,4 miliar per akhir September 2024, dibandingkan hanya Rp200 juta di awal tahun. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh aktivitas pendanaan.
Performa Saham LABA
Saham LABA mengalami penurunan tajam sebesar 14,86 persen atau melemah 52 poin ke level Rp298 per saham pada penutupan perdagangan Selasa, 24 Desember 2024. Penurunan ini membawa saham LABA menyentuh batas bawah harga otomatis (auto rejection bawah/ARB) di level Rp264.
Harga saham LABA dibuka pada level Rp350 per saham, sama dengan harga penutupan hari sebelumnya. Namun, tekanan jual yang masif sepanjang hari mendorong harga turun signifikan, meskipun sempat menyentuh level tertinggi harian di Rp374. Rata-rata harga perdagangan tercatat pada Rp307 per saham.
Volume perdagangan saham LABA mencapai 46,03 juta lembar, lebih tinggi dari rata-rata volume perdagangan harian sebesar 16,51 juta lembar saham. Nilai transaksi saham LABA sepanjang hari ini mencapai Rp14,1 miliar, dengan total transaksi sebanyak 460 ribu lot.
Penurunan ini terjadi di tengah kondisi pasar yang fluktuatif, dengan sejumlah investor diduga mengambil aksi ambil untung (profit-taking) setelah lonjakan harga sebelumnya. Sentimen negatif juga diperkuat oleh laporan kinerja keuangan terbaru perusahaan yang mencatatkan rugi bersih hingga kuartal III 2024 sebesar Rp5,92 miliar. (*)