Logo
>

Laba MIND ID Tumbuh 59 Persen Kuartal I, jadi Segini

Ditulis oleh Syahrianto
Laba MIND ID Tumbuh 59 Persen Kuartal I, jadi Segini

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Holding Industri Pertambangan Indonesia (MIND ID) mencatat laba bersih sebesar Rp9,94 triliun, meningkat 59,16 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp6,25 triliun.

    Seiring dengan peningkatan laba bersih, MIND ID melaporkan pendapatan sebesar Rp25,29 triliun. Total aset MIND ID tercatat sebesar Rp269,36 triliun dengan ekuitas Rp142,07 triliun.

    Sekretaris Perusahaan MIND ID, Heri Yusuf, menyatakan bahwa capaian positif selama kuartal pertama 2024 merupakan hasil dari upaya transformasi bisnis di seluruh unit Grup MIND ID. "Perbaikan tata kelola bisnis secara menyeluruh, komitmen terhadap digitalisasi, dan program efisiensi yang aktif terus diimplementasikan oleh Grup MIND ID. Pencapaian ini mendorong kami untuk memperkuat komitmen dalam mengembangkan bisnis hilirisasi sektor pertambangan di Indonesia, sebagai bentuk kontribusi MIND ID untuk meningkatkan nilai tambah dan penerimaan negara," kata Heri.

    Heri menjelaskan, tahun ini MIND ID fokus mengawal sejumlah proyek strategis seperti implementasi proyek dragon di Aneka Tambang (ANTM) yang telah memasuki tahap joint venture dengan perusahaan baterai EV terbesar asal China, Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL).

    Proyek strategis lainnya yakni proyek PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang berfokus pada upaya mengatasi kendala angkutan logistik. PTBA akan mengembangkan solusi untuk mengatasi kendala ini dengan melakukan pengembangan kapasitas angkutan lainnya.

    Selanjutnya, MIND ID melalui PT Aneka Tambang Tbk juga melakukan Commodity Monetizing di antaranya proyek EV Battery, proyek dragon dan proyek titan yang untuk meningkatkan pemanfaatan komoditas mineral dalam produksi baterai kendaraan listrik.

    Selain itu, proyek Smelter Grade Alumina yang dioperasikan oleh PT Borneo Alumina Indonesia (PT BAI) atau mempawah proyek hasil konsorsium Antam dengan Inalum ini fokus pada pengembangan infrastruktur dan peningkatan nilai tambah komoditas mineral di wilayah Mempawah, Kalimantan Barat.

    “MIND ID juga mendorong akselerasi pembangunan transmisi 500 KV PLTU Sumsel 8 untuk memperkuat infrastruktur kelistrikan di provinsi itu. PTBA juga turut dalam proyek pengembangan bisnis turunan batu bara seperti anoda sheet, artificial graphite, dan MEG untuk meningkatkan nilai tambah dari emas hitam,” ujar Heri.

    Di sisi lain, PT Freeport Indonesia juga telah meresmikan fasilitas pemurnian Smelter Gresik yang akan meningkatkan kapasitas pengolahan konsentrat tembaga dan lumpur anoda secara bertahap hingga akhir 2024. Sementara PT Indonesia Asahan Aluminium akan menjalankan peningkatan kapasitas produksi di Kuala Tanjung.

    Terakhir, PT Timah Tbk terus didorong perbaikan pola operasi penambangan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas, pengembangan produk hilirisasi logam timah untuk memperluas pasar dan nilai tambah, dan optimasi pengelolaan mineral ikutan timah.

    MIND ID Soal Nikel

    Direktur Utama PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID) Hendi Prio Santoso mengatakan tudingan nikel kotor atau dirty nickel kepada nikel Indonesia merupakan kampanye negatif yang memiliki motif persaingan usaha.

    Hendi mengatakan kemajuan industri sektor pertambangan, khususnya nikel, telah membuat negara produsen lain merasa terancam.

    Dengan demikian, Australia –sebagai salah satu produsen terbesar nikel di dunia – melayangkan pernyataan nikel kotor yang dianggap sebagai kampanye negatif untuk membuat harga nikel Indonesia tidak kompetitif.

    "Maka negative campaign seperti dirty nickel yang diusung oleh negara lain agar produk industri nikel ini dikenakan tarif di negara tujuan ekspor sehingga tidak kompetitif," ujar Hendi.

    "Ini semua bermotifkan persaingan usaha dan berlandaskan arena geopolitiknya sendiri."

    Selain kampanye negatif tersebut, kata Hendi, Indonesia juga menghadapi gugatan terhadap nikel di Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO).

    Hendi pun mengatakan Indonesia bisa menghadapi kampanye negatif dan gugatan WTO dengan tetap menganut kebijakan politik luar negeri, yakni nonblok.

    Menurut Hendi, Indonesia bisa bersikap tidak memihak kepentingan negara mana pun, tetapi terbuka untuk kerja sama dengan mitra potensial yang mendatangkan keuntungan dalam pengolahan sumber daya di Indonesia dengan maksimal.

    "Artinya kita jangan sampai lebih berat partisan baik kekepentingan barat, kepentingan timur, maupun kepentingan China," ujarnya.

    Beberapa waktu lalu, London Metal Exchange (LME) dibanjiri desakan oleh banyak perusahaan tambang Barat untuk membedakan klasifikasi antara 'nikel hijau' dan nikel biasa dalam perdagangan komoditas logamnya.

    Penambang-penambang global menilai nikel murah yang diproduksi di Indonesia telah merusak harga pasar nikel premium, yang diproduksi dengan ongkos lebih mahal lantaran menggunakan sistem dan teknologi ramah lingkungan.

    Namun, LME sebagai pengelola pasar logam barometer dunia justru memberi sinyal bahwa pasar 'nikel hijau' atau disebut juga 'nikel premium' atau green nickel masih belum sanggup menyaingi produksi logam sejenis dari China atau Indonesia.

    Dalam catatan atau notice yang diterbitkan pada Maret, LME menegaskan pasar ‘nikel hijau’ saat ini masih terlalu kecil untuk bisa menggaransi kontrak berjangka mereka sendiri.

    “LME yakin pasar ‘nikel hijau’ belum cukup besar untuk mendukung semangat memperdagangkan kontrak berjangka hijau khusus. Pelaku pasar telah menyatakan kekhawatirannya akan hal itu dan masih terdapat perdebatan pasar yang signifikan mengenai bagaimana mendefinisikan ‘hijau’,” papar bursa logam barometer dunia itu

    Orang terkaya di Australia, Andrew Forrest, bahkan mendesak LME untuk membedakan klasifikasi antara nikel "kotor" dan "bersih" dalam perdagangan logamnya. Pernyataan tersebut dibuat setelah bisnis logam pribadinya mengumumkan penutupan tambang baru-baru ini.

    Forrest menambahkan, beberapa perusahaan menggunakan baterai dari nikel murah yang ditambang di Indonesia, yang dikenal dengan jejak emisi tinggi dan standar lingkungan yang dipertanyakan.

    "Anda ingin punya pilihan untuk membeli nikel bersih jika Anda bisa," kata Forrest. "Jadi, LME harus membedakan mana yang kotor dan yang bersih. Keduanya adalah produk yang berbeda, dan memiliki dampak yang sangat berbeda." (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.