KABARBURSA.COM - Prospek dan target saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) tetap menunjukkan potensi yang positif.
Kinerja keuangan perusahaan pada semester I 2024 telah sesuai dengan ekspektasi pasar, bahkan menunjukkan hasil yang kuat meskipun ada tantangan dari penurunan rata-rata harga jual batu bara. Penurunan harga ini berdampak pada laba bersih perusahaan, namun volume produksi yang meningkat secara signifikan berhasil menutupi sebagian dari tekanan tersebut.
ADRO mencatat laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD778,77 juta, atau sekitar Rp12,76 triliun, untuk semester I 2024. Meskipun angka ini menunjukkan laba yang signifikan, tercatat mengalami penurunan sebesar 10,8 persen dibandingkan dengan laba bersih sebesar USD873,83 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Untuk kuartal kedua tahun 2024, perusahaan batu bara ini berhasil membukukan laba bersih sebesar USD404,42 juta. Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan laba kuartal pertama tahun 2024, yang tercatat sebesar USD374,34 juta.
DBS Sekuritas, dalam laporan terbarunya, merekomendasikan untuk membeli saham ADRO dengan target harga yang ditetapkan pada Rp4.000 per saham. Rekomendasi ini tidak hanya didasarkan pada kinerja semester pertama yang memadai tetapi juga pada prospek peningkatan harga batu bara yang diharapkan menjelang akhir tahun.
"Kami memperkirakan akan terjadi kenaikan pada harga jual rata-rata batu bara pada kuartal IV tahun ini, dengan angka yang lebih tinggi dibandingkan kuartal III. Hal ini dapat mendukung peningkatan laba bersih pada semester kedua tahun ini, berpotensi melebihi capaian pada paruh pertama 2024," demikian pernyataan DBS Sekuritas dalam risetnya.
Di sisi lain, Mirae Asset Sekuritas Indonesia juga melihat perkembangan positif dalam industri pertambangan batu bara nasional hingga pertengahan tahun 2024. Hingga Juli 2024, produksi batu bara Indonesia mencapai 451 juta ton, meningkat sebesar 6 persen secara tahunan. Angka ini mencerminkan pertumbuhan yang stabil dalam industri tersebut.
Menurut Research Analyst Mirae Asset, Rizkia Darmawan, produksi ini telah mencapai 52 persen dari target RKAB dan 67 persen dari target Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Darmawan juga mencatat bahwa produksi batu bara pada bulan Juli meningkat 10,5 persen dibandingkan bulan sebelumnya, mencapai 72 juta ton. Peningkatan ini menunjukkan pemulihan dari penurunan produksi sebesar 8 persen yang terjadi pada bulan Juni, sebagian besar karena kondisi cuaca yang lebih mendukung.
"Untuk kuartal III-2024, kami memperkirakan produksi akan terus meningkat sekitar 6 persen secara kuartalan, mencapai 213 juta ton," tambah Darmawan dalam risetnya.
Namun, Darmawan juga memberikan peringatan bahwa kondisi cuaca yang lebih buruk pada kuartal IV-2024, seperti musim hujan, dapat mengurangi produksi batu bara hingga 5 persen, atau menjadi sekitar 203 juta ton.
"Meski demikian, jika dilihat dari perkiraan kami hingga akhir tahun, produksi nasional bisa mencapai 820 juta ton, yang berarti 15 persen di atas target pemerintah dan mendekati 89 persen dari target RKAB. Faktor cuaca dan permintaan akan sangat berperan penting dalam pencapaian target ini," jelas Darmawan lebih lanjut.
Peningkatan produksi ini sebagian besar didorong oleh peningkatan konsumsi batu bara domestik, yang terkait erat dengan meningkatnya penggunaan energi dan pertumbuhan di sektor manufaktur. Sektor hilir, seperti pabrik peleburan nikel, menunjukkan permintaan yang kuat, mendukung tren positif ini.
Darmawan memperkirakan bahwa tren ini akan berlanjut dengan proyeksi kenaikan konsumsi domestik sebesar 12 persen secara tahunan pada tahun 2024, mencapai 387 juta ton dibandingkan 345 juta ton pada tahun 2023.
Tidak hanya di pasar domestik, permintaan ekspor batu bara juga diperkirakan akan meningkat pada semester kedua 2024. Ekspor diproyeksikan tumbuh 3 persen secara tahunan menjadi 418 juta ton, mencerminkan peningkatan permintaan global.
"Ke depan, dengan target produksi yang agresif dari Indonesia, ada kemungkinan pasokan akan melebihi permintaan, terutama dari pasar utama seperti China. Oleh karena itu, kami tidak mengharapkan adanya peningkatan harga yang signifikan," tambah Darmawan.
Dengan mempertimbangkan semua faktor ini, Mirae Asset tengah meninjau kemungkinan untuk meningkatkan rekomendasi dan target harga saham Adaro Energy (ADRO). Saham ADRO terus menjadi pilihan utama dalam sektor batu bara, didukung oleh kinerja operasional yang kuat dan efisiensi biaya yang optimal.
Ini menunjukkan bahwa meskipun ada tantangan dari sisi harga, fundamental perusahaan dan dinamika pasar tetap mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.