Logo
>

Laba UNTR Drop 15 Persen meski Volume Penjualan Batu Bara dan Emas Naik

UNTR catat penurunan laba Rp8,13 triliun di paruh pertama 2025, meski penjualan batubara naik 12 persen dan emas 12 persen.

Ditulis oleh Syahrianto
Laba UNTR Drop 15 Persen meski Volume Penjualan Batu Bara dan Emas Naik
Perusahaan alat berat dan kontraktor tambang ini justru mencatat penurunan laba bersih 15 persen menjadi Rp8,13 triliun pada semester I 2025. (Foto: Dok. United Tractors)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Aktivitas tambang di sejumlah daerah tetap bergeliat sepanjang paruh pertama tahun ini. Produksi batubara masih berjalan stabil, bahkan penjualan emas ikut mencatat kenaikan. Namun, kondisi tersebut tidak serta-merta membuat kinerja PT United Tractors Tbk (UNTR) melesat.

    Perusahaan alat berat dan kontraktor tambang ini justru mencatat penurunan laba bersih 15 persen menjadi Rp8,13 triliun pada semester I 2025, dari sebelumnya Rp9,53 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

    Dalam materi public expose, manajemen UNTR melaporkan pendapatan konsolidasi sebesar Rp61,5 triliun di enam bulan pertama 2025. Angka ini turun tipis dibanding Rp64,5 triliun pada semester I 2024.

    Segmen mesin konstruksi dan kontraktor penambangan mencatat pertumbuhan, tetapi segmen batubara dan mineral lain mengalami tekanan harga. Hal itu membuat margin laba perusahaan tergerus, meski volume produksi naik.

    Data penjualan menunjukkan batubara masih menjadi tulang punggung. Hingga Juli 2025, penjualan batubara UNTR naik 12 persen menjadi 9,5 juta ton. Kenaikan terjadi baik pada batubara termal maupun metalurgi.

    Di saat bersamaan, tambang emas melalui PT Agincourt Resources juga mencatat peningkatan. Produksi emas naik 12 persen menjadi 143 ribu ons setara emas hingga Juli 2025.

    Namun, penguatan volume ini belum cukup menutup tekanan dari penurunan harga komoditas dan tingginya biaya operasional.

    Segmen mesin konstruksi yang diwakili Komatsu mencatat penjualan 2.515 unit hingga Juli 2025, turun dibanding tahun sebelumnya. Sebanyak 84 persen unit yang terjual terserap oleh sektor pertambangan.

    Di sisi lain, bisnis nikel melalui PT Stargate Pasific Resources dan Nickel Industries Limited menunjukkan hasil campuran. Penjualan bijih nikel naik 18 persen, tetapi produksi nikel metal justru terkoreksi 4 persen.

    Manajemen UNTR menegaskan akan terus memperkuat diversifikasi usaha untuk menjaga ketahanan kinerja. Fokus diarahkan ke energi baru terbarukan (EBT) melalui investasi di pembangkit listrik tenaga air, panas bumi, hingga proyek waste-to-energy.

    Selain itu, anak usaha kontraktor tambang PT Pamapersada Nusantara (PAMA) masih menjadi andalan dalam menopang kontribusi pendapatan.

    Dengan kapitalisasi pasar Rp78 triliun per Juni 2025, UNTR berharap langkah diversifikasi bisa memperkuat daya tahan bisnis di tengah dinamika harga komoditas. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.