Logo
>

Limbah B3 Vale (INCO) Naik 44 Persen, Tembus 934 Ton

Laporan keberlanjutan Vale mencatat kenaikan limbah B3 menjadi 2.696,6 ton pada 2024, termasuk lonjakan limbah logam berat menjadi 934,96 ton.

Ditulis oleh Syahrianto
Limbah B3 Vale (INCO) Naik 44 Persen, Tembus 934 Ton
Lonjakan volume limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dalam tiga tahun terakhir. (Foto: Dok. Vale Indonesia)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Lonjakan volume limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dalam tiga tahun terakhir mulai tercermin nyata pada struktur biaya produksi perusahaan. 

    Data dalam Laporan Keberlanjutan 2023 dan 2024 menunjukkan peningkatan signifikan pada timbulan limbah B3, yang kemudian terhubung erat dengan kenaikan beban pokok pendapatan, biaya pemeliharaan, serta liabilitas lingkungan dalam laporan keuangan perseroan.

    Laporan Keberlanjutan 2024 mencatat total produksi limbah B3 mencapai 2.696,6 ton, naik tajam 32,1 persen dibanding 2.041 ton pada 2023. Jika dibandingkan 2022 yang berjumlah 1.865,3 ton, akumulasi kenaikan tiga tahun mencapai lebih dari 44 persen. 

    Rincian limbah B3 2024 terdiri dari 1.135,5 ton oli dan gemuk bekas, 934,96 ton limbah mengandung logam berat, 525,27 ton limbah terkontaminasi oli, 30,38 ton baterai bekas, 10,21 ton limbah medis, 3,79 ton abu insinerator, 2,04 ton asbes, dan 54,48 ton limbah khusus lainnya.

    Peningkatan terbesar berasal dari limbah mengandung logam berat yang melonjak menjadi 934,96 ton, hampir dua kali lipat dari posisi 2023 sebesar 488,4 ton. Limbah terkontaminasi oli dan gemuk juga naik signifikan dari 295,9 ton menjadi 525,27 ton pada 2024.

    Kenaikan volume ini tidak bersifat acak. Laporan keberlanjutan menjelaskan bahwa peningkatan produksi, kualitas bijih yang menurun, serta aktivitas pemeliharaan besar seperti reline dinding converter, menjadi penyebab utama lonjakan timbulan limbah padat. 

    Pemeliharaan tersebut menghasilkan residu refraktori yang tergolong limbah logam berat, sehingga menambah volume limbah yang harus dikelola melalui pihak ketiga berizin.

    Di sisi keuangan, tren ini bersinggungan langsung dengan beban produksi Vale. Laporan Keuangan Konsolidasian 2023 menunjukkan Beban Pokok Pendapatan naik menjadi USD885,24 juta, meningkat sekitar USD19,36 juta dari posisi 2022. Kenaikan ini diikuti peningkatan biaya material, jasa, perawatan fasilitas, serta biaya pengelolaan limbah yang melekat pada operasi harian perusahaan.

    Selain COGS, pos liabilitas lingkungan juga ikut meningkat. Provisi penghentian pengoperasian aset (asset retirement obligation) naik dari USD71,03 juta pada 2022 menjadi USD77,48 juta pada 2023. 

    Kenaikan lebih dari USD6,45 juta tersebut menggambarkan kebutuhan jangka panjang atas pengelolaan limbah dan rehabilitasi area operasi yang meningkat seiring tingginya volume limbah B3. 

    Komponen accruals dalam laporan keuangan juga meningkat signifikan dari USD27,77 juta menjadi USD33,84 juta, yang di dalamnya termasuk kewajiban waste-handling dan biaya pembersihan area produksi.

    Data operasional kuartalan, yakni kuartal I tahun 2025 menegaskan tekanan tersebut. Vale mencatat kebutuhan biaya tunai (cash cost) sebesar USD8.501 per ton, dipengaruhi oleh tingginya konsumsi batu bara, bahan bakar minyak, serta kegiatan pemeliharaan. 

    Di tengah tantangan ini, Vale memanfaatkan kembali 1.453 ton oli dan gemuk bekas sebagai substitusi bahan bakar pada dryer dan reduction kiln sepanjang 2024. Selain itu, 1.107 ton limbah B3 berhasil diolah sesuai ketentuan, sementara 1.589,6 ton lainnya dibuang ke landfill berizin. 

    Meskipun demikian, tingkat pemanfaatan limbah tidak sebanding dengan laju pertumbuhan total produksinya, sehingga volume limbah yang memerlukan biaya pengelolaan terus meningkat.

    Kenaikan limbah B3 menjadi indikator bahwa kompleksitas operasional Vale semakin besar. Dengan kadar bijih yang cenderung turun dan curah hujan yang tinggi pada 2024, perusahaan harus menangani lebih banyak residu produksi dan limbah padat. 

    Situasi ini secara langsung memperbesar beban biaya, baik melalui COGS, biaya lingkungan, maupun provisi jangka panjang. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.