KABARBURSA.COM – Lonjakan tajam transaksi dan harga saham PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) dalam beberapa hari terakhir memantik sorotan tajam pelaku pasar modal Indonesia. Saham emiten sektor energi ini mencatat nilai transaksi harian tertinggi sejak pencatatan perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni menembus Rp1,13 triliun dengan volume perdagangan mencapai 642 juta saham per 8 Oktober 2025.
Lonjakan transaksi tersebut diiringi peningkatan jumlah investor yang signifikan. Berdasarkan data BEI, jumlah pemegang saham CBRE melonjak dari sekitar 7 ribu menjadi lebih dari 22 ribu investor hanya dalam waktu beberapa hari. Kapitalisasi pasar perusahaan pun melejit dari ratusan miliar rupiah menjadi lebih dari Rp6 triliun. Namun euforia itu tidak bertahan lama. Saham CBRE justru terkoreksi tajam hingga 14 persen ke level Rp1.465 per saham pada penutupan perdagangan Jumat, 10 Oktober 2025 dan terkena auto reject bawah. Sementara saat ini Rabu, 15 Oktober 2025, harga CBRE berada di Rp 1.065 per lembarnya.
Pergerakan harga saham CBRE yang sangat ekstrem ini menimbulkan pertanyaan besar di kalangan analis dan investor. Pasalnya, lonjakan valuasi pasar tidak sejalan dengan fundamental perusahaan. Berdasarkan laporan keuangan terakhir, CBRE masih mencatatkan rugi bersih sebesar Rp47 miliar dalam 12 bulan terakhir (TTM). Walaupun sempat membukukan laba tipis sekitar Rp1 miliar pada kuartal I-2025, jumlah tersebut belum mampu mengimbangi kerugian akumulatif tahun sebelumnya.
Sepanjang 2024, CBRE membukukan rugi Rp52 miliar dan pada 2023 kerugian mencapai Rp904 miliar. Struktur keuangan juga menunjukkan tekanan: total kewajiban mencapai Rp210 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan ekuitas yang hanya Rp118 miliar. Perusahaan memiliki utang jangka pendek sebesar Rp27 miliar, yang meningkatkan risiko likuiditas. Dengan struktur keuangan demikian, valuasi pasar di atas Rp5 triliun dinilai sangat tidak mencerminkan kekuatan fundamental.
Struktur kepemilikan saham CBRE juga relatif terkonsentrasi. Satu entitas pengendali menguasai lebih dari 60 persen saham, membuat harga saham lebih mudah dipengaruhi sentimen dan pergerakan investor besar. Dalam kondisi seperti ini, harga sering kali bergerak bukan karena kinerja bisnis, melainkan faktor spekulatif jangka pendek.
Analis Pasar Modal Traderindo, Wahyu Laksono, menilai pergerakan CBRE saat ini merupakan contoh klasik saham berisiko tinggi. “Lonjakan transaksi dalam waktu sangat singkat seperti ini umumnya tidak datang dari perbaikan fundamental. Ini lebih banyak mencerminkan aktivitas spekulasi di pasar,” ujar Wahyu kepada KabarBursa.com pada Rabu, 15 Oktober 2025.
Ia menjelaskan bahwa kenaikan ekstrem dalam waktu singkat yang diikuti koreksi tajam adalah pola klasik pasar yang digerakkan sentimen, bukan kinerja perusahaan. “Volatilitas seperti ini biasanya sangat sensitif terhadap rumor. Begitu sentimen berubah, harga bisa jatuh cepat, bahkan lebih cepat dari kenaikannya,” ujar dia.
Menurut Wahyu, jika tidak ada katalis fundamental yang jelas, harga saham CBRE sangat berpotensi kembali ke level sebelum lonjakan terjadi.
Wahyu juga mengingatkan sejumlah indikator penting bagi investor dalam menghadapi saham yang bergerak liar. Pertama, periksa laporan keuangan dengan teliti: jika harga naik tinggi sementara perusahaan merugi atau memiliki beban utang besar, itu sinyal bahaya. Kedua, lonjakan volume yang tidak wajar dalam waktu singkat sering kali merupakan tanda aktivitas spekulatif. Ketiga, waspadai rumor tanpa sumber resmi.
Saham Fundamental Lemah
Terakhir, kenaikan harga puluhan persen dalam 1–2 hari tanpa pengumuman fundamental yang kuat adalah tanda gelembung harga.
“Ketika harga saham naik terlalu cepat tanpa alasan fundamental, risiko besar sedang mengintai investor,” ujarnya. Wahyu juga menyoroti likuiditas sebagai faktor kunci dalam saham spekulatif.
“Begitu sentimen pasar membalik, likuiditas bisa mengering sangat cepat. Investor ritel biasanya kesulitan menjual sahamnya saat panic selling terjadi,” tambahnya.
Untuk investor ritel, Wahyu memberi peringatan tegas agar tidak terjebak euforia pasar.
“Jangan ikut-ikutan beli hanya karena takut ketinggalan momentum. Jika sudah terlanjur masuk, pertimbangkan untuk merealisasikan sebagian keuntungan dan pasang batas kerugian yang disiplin,” ucapnya.
Ia menyarankan fokus investasi tetap diarahkan pada saham dengan fundamental kuat dan prospek jangka panjang yang jelas.
Wahyu juga mengingatkan pentingnya disiplin strategi. “Kalau memang ingin berspekulasi, investor harus tahu risiko yang diambil. Gunakan analisis teknikal dengan manajemen risiko ketat. Jangan hanya ikut arus,” tuturnya.
Fenomena lonjakan harga CBRE diperkirakan akan terus menjadi perhatian pasar dalam beberapa pekan mendatang. Bursa Efek Indonesia disebut akan memperketat pemantauan terhadap saham ini jika volatilitas dan transaksi tidak wajar berlanjut. Regulator memiliki kewenangan untuk menerapkan pengawasan khusus apabila ditemukan indikasi pelanggaran atau praktik perdagangan tidak wajar.
Kasus CBRE mencerminkan fenomena yang kerap terjadi di pasar modal Indonesia: saham berkapitalisasi kecil hingga menengah mengalami lonjakan harga akibat spekulasi, lalu terkoreksi tajam begitu euforia mereda. Dalam banyak kasus, investor ritel menjadi pihak paling terdampak karena masuk di harga tinggi dan keluar di harga rendah.
Menurutnya penting bagi investor untuk tidak hanya melihat harga, tetapi memahami cerita di balik pergerakan harga tersebut.
Adanya nilai transaksi ekstrem, volatilitas tinggi, struktur kepemilikan terkonsentrasi, dan fundamental yang belum solid, saham CBRE kini masuk dalam radar pengawasan pasar. Para analis menilai, kehati-hatian adalah kunci utama bagi investor ritel untuk menghindari jebakan saham spekulatif.
Sebelumnya, Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI, Kristian Manullang, saat ditanya KabarBursa.com menyampaikan bahwa lonjakan transaksi saham CBRE didominasi oleh pelaku pasar ritel. “Terjadi lonjakan jumlah pihak yang bertransaksi di saham CBRE, yang secara umum didominasi oleh investor ritel,” ujarnya dikutip Selasa, 14 Oktober 2025.
BEI Beri Langkah Antisipasi
Kristian menjelaskan BEI telah melakukan langkah pengawasan terhadap saham CBRE. Bursa menilai pergerakan harga saham tersebut masuk kategori tidak biasa sehingga perlu dilakukan langkah antisipatif. “Bursa telah melakukan tindakan pengawasan yaitu penyebaran Unusual Activity, suspensi Cooling Down dan Suspensi sampai pengumuman lebih lanjut untuk memberikan awareness kepada investor bahwa pergerakan harga dari saham CBRE adalah tidak biasa,” kata Kristian.
Langkah pengawasan ini diambil sebagai bentuk perlindungan terhadap investor dan untuk memastikan aktivitas perdagangan berjalan secara teratur, wajar, dan efisien. Bursa berharap investor mendapatkan informasi yang cukup sebelum mengambil keputusan investasi atas saham terkait.
Kristian menambahkan, pemantauan terhadap saham CBRE dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku. “PT Bursa Efek Indonesia senantiasa melakukan pemantauan terhadap saham-saham yang tercatat sesuai dengan Peraturan Bursa Nomor II-A tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas,” ujarnya.
Saham CBRE menjadi salah satu emiten yang paling aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dalam sepekan terakhir, dengan nilai transaksi yang melonjak tajam di tengah fluktuasi harga yang signifikan. Lonjakan ini terjadi di tengah meningkatnya minat investor ritel terhadap saham-saham berkapitalisasi menengah dan kecil, yang dalam beberapa bulan terakhir mengalami pergerakan ekstrem di pasar.
BEI mengimbau para investor untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi, khususnya terhadap saham yang mengalami lonjakan harga dan volume secara tidak lazim. Pengawasan yang dilakukan bursa diharapkan dapat menjaga integritas pasar modal dan mencegah potensi praktik perdagangan yang tidak wajar.
Dari sisi distribusi transaksi, data broker summary periode 6 sampai 10 Oktober 2025 memperlihatkan aktivitas besar pada beberapa broker utama. Broker DR mencatatkan nilai beli bersih terbesar sebesar Rp190,3 miliar. Broker BY membukukan transaksi Rp84,3 miliar untuk 508,53 ribu lot dengan harga rata-rata Rp1.694 per saham.
Pembeli berkode CP mencatat Rp65,6 miliar untuk 1,15 juta lot dengan harga rata-rata Rp987, XC sebesar Rp27,5 miliar (164,73 ribu lot), AZ Rp25,5 miliar, CC Rp26,5 miliar, MG Rp23,8 miliar, DP Rp17,2 miliar (100 ribu lot, rata-rata Rp1.715), KK Rp17,1 miliar, SQ Rp13,2 miliar, YP Rp9,9 miliar, PD Rp6 miliar, AG Rp3 miliar, XA Rp2,9 miliar, dan BQ sekitar Rp912 juta.
Lonjakan transaksi ini terjadi di tengah komposisi kepemilikan saham CBRE yang relatif terkonsentrasi. Berdasarkan laporan registrasi pemegang efek terbarunya, PT Omudas Investment menjadi pemegang saham pengendali dengan porsi 61,13 persen atau sebanyak 2.774.000.000 saham. Sementara porsi pemegang saham non-pengendali tercatat 38,87 persen atau 1.764.067.441 saham. Struktur kepemilikan ini tidak mengalami perubahan dari bulan sebelumnya.
Seluruh Alamat Korespondesi Utama Satu
Selain itu, ada beberapa pemegang saham individu dan institusi dengan kepemilikan di atas 5 persen. PT Republik Capital tercatat memiliki 11,3 persen atau 513 juta saham, Bes Trust Pte. Ltd memiliki 7,54 persen atau 342 juta saham, serta nama-nama individu seperti Suminto Husin (Direktur Utama), Amanda Octania, Suganto Gunawan, Suwito, dan H.R. Agung Laksono yang tercatat dalam struktur pengendali dan afiliasi. Seluruh alamat korespondensi utama para pemegang saham pengendali berada di kawasan Sona Topas Tower, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 26, Jakarta Selatan.
Free float saham CBRE tercatat sebesar 20,03 persen atau sebanyak 909.067.441 saham dari total 4.538.067.441 saham tercatat. Jumlah pemegang saham publik mengalami peningkatan dari 7.431 menjadi 22.428 investor dalam satu bulan terakhir, menunjukkan peningkatan minat investor ritel terhadap saham CBRE.
BEI juga memastikan proses pemantauan mengacu pada regulasi bursa. “PT Bursa Efek Indonesia senantiasa melakukan pemantauan terhadap saham-saham yang tercatat sesuai dengan Peraturan Bursa Nomor II-A tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas,” ujarnya.
CBRE kini menjadi salah satu saham dengan aktivitas perdagangan tertinggi dalam sepekan terakhir. Lonjakan transaksi dan pergerakan harga ekstrem ini terjadi di tengah meningkatnya minat investor ritel pada saham berkapitalisasi menengah dan kecil. BEI mengimbau investor untuk berhati-hati dan memastikan memiliki informasi memadai sebelum mengambil keputusan investasi atas saham tersebut. Langkah pengawasan bursa diharapkan menjaga integritas pasar modal dan mencegah praktik perdagangan yang tidak wajar. Kendati demikian, jika menilik market kode UMA belum disematkan dalam perdagangan saham CBRE hingga saat ini.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.