KABARBURSA.COM - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank terus mengembangkan kapasitas usaha kecil dan menengah (UKM) melalui berbagai pelatihan guna mendorong ekspor, salah satunya melalui Coaching Program for New Exporter (CPNE).
"Sejalan dengan peningkatan nilai ekspor tersebut, LPEI terus berupaya meningkatkan kapasitas UKM Indonesia agar mampu bersaing di pasar global. Salah satunya melalui program pelatihan ekspor, yakni Coaching Program for New Exporter (CPNE)," kata Direktur Pelaksana Pengembangan Bisnis LPEI, Maqin U Norhadi, dalam keterangannya di Jakarta, Rabu 17 Juli 2024.
Salah satu UKM yang berhasil meraih manfaat dari program ini adalah CV Maharani, yang menekuni kerajinan tangan dan dekorasi rumah dari kayu dan batu alam dari Pulau Bali. Sejak menjadi mitra binaan LPEI pada 2021, Maharani telah berhasil menembus pasar ekspor ke Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Belanda, Jerman, dan Rusia.
Pendampingan yang diberikan LPEI bertujuan utama meningkatkan nilai dan kualitas produk ekspor serta mengintegrasikan UKM dalam ekosistem pelaku usaha global. Melalui business matching yang dilakukan bersama Atase Perdagangan Ottawa, Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Vancouver, dan diaspora Indonesia, Maharani Craft berhasil menembus pasar ekspor Kanada untuk pertama kalinya pada April 2024.
Pemilik Maharani, Irene Setiawati, menyampaikan bahwa pendampingan LPEI sangat membantu dalam membuka pasar ekspor yang lebih luas. "Berbagai layanan dan fasilitas dari LPEI diberikan kepada UKM berorientasi ekspor seperti kami sehingga mampu melakukan ekspor," kata Irene.
Maharani telah berkembang menjadi produsen dan eksportir aksesoris serta perhiasan perak dengan desain etnik dan kontemporer, yang kemudian merambah ke handicraft dan dekorasi rumah. UKM ini bekerja sama dengan sekitar 53 perajin dari daerah Gianyar, Bali. Maharani turut hadir dalam pameran Road to G20 di Bali pada 2022, menawarkan kerajinan unik yang berfungsi sebagai dekorasi rumah.
LPEI mencatat bahwa pada 2023, Indonesia paling banyak mengekspor jenis handicraft/home décor berupa tatakan dan peralatan makan dari kayu (49,30 persen); diikuti perangkat makan dan dapur dari kayu (21,58 persen); dan perangkat dapur/meja dari logam dasar (16,63 persen). Data ini menunjukkan keahlian dan kapabilitas Indonesia dalam pengolahan kayu serta keragaman produk ekspor, mulai dari barang kecil hingga perangkat yang lebih besar dan kompleks.
Secara keseluruhan, industri handicraft dan dekorasi rumah dari kayu dan batu alam Indonesia terus menunjukkan potensi cemerlang di tengah tantangan ekonomi dan geopolitik global. Data Biro Pusat Statistik (BPS) yang diolah tim Economist LPEI menunjukkan kenaikan nilai ekspor mencapai 35,76 juta dolar AS (naik 8,15 persen) sepanjang Januari-Maret 2024.
Dari tren tersebut, peningkatan ekspor didorong oleh kenaikan harga. Peningkatan kumulatif nilai ekspor ini terutama ke pasar utama seperti Jepang (naik 6,55 juta dolar AS), Korea Selatan (naik 1,62 juta dolar AS), Jerman (naik 1,15 juta dolar AS), Belanda (naik 670,32 ribu dolar AS), dan Papua Nugini (naik 522,09 ribu dolar AS).
Lebih lanjut, Maqin menjelaskan bahwa LPEI terus menyediakan serangkaian pendampingan dan pelatihan yang dirancang khusus untuk mendukung para pelaku usaha di Indonesia. Melalui berbagai program seperti CPNE, Desa Devisa, dan Business Matching, LPEI tidak hanya memberikan bantuan finansial, tetapi juga membekali pelaku usaha dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk bersaing di pasar global.
Saat ini, LPEI tengah menyiapkan sebuah lokapasar atau marketplace yang dirancang khusus sebagai sarana edukasi ekspor, layanan informasi, inkubasi, peningkatan kapasitas, dan tempat bertemunya seller dan buyer (business matching). Marketplace ini akan menjadi ekosistem terpadu yang memfasilitasi berbagai aspek ekspor, dari pengembangan produk hingga pemasaran dan sertifikasi.
"Marketplace dari LPEI ini akan membantu UKM meningkatkan kinerja ekspor mereka dengan memanfaatkan informasi berbasis riset data dan teknologi digital dalam pengambilan keputusan mereka di bidang ekspor. Dengan akses ke data yang akurat dan analisis pasar yang mendalam, UKM dapat merumuskan strategi ekspor yang lebih efektif dan efisien," sebut Maqin.
Kinerja LPEI
Sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI secara serentak mengungkapkan keberatan mereka terhadap kinerja Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dalam Rapat Kerja Komisi XI bersama Kementerian Keuangan.
Mereka mendesak untuk membubarkan LPEI, menyebut lembaga ini tidak memberikan dampak signifikan dalam meningkatkan volume ekspor Indonesia selama 15 tahun terakhir, serta dituduh melakukan tindakan penipuan.
Fraksi PKS, yang diwakili oleh Anis Byarwati, mengkritik bahwa meskipun LPEI telah menerima tambahan penyertaan modal negara (PMN) dalam lima tahun terakhir, kinerjanya tidak menunjukkan perbaikan yang berarti. Menurutnya, pembubaran LPEI adalah solusi yang tepat mengingat masalah yang terus berlanjut.
Dari Fraksi Gerindra Kamrussamad juga menyampaikan ketidakpuasannya terhadap LPEI. Menurutnya, tidak ada hubungan yang jelas antara dukungan pembiayaan LPEI dengan peningkatan ekspor, yang menunjukkan bahwa PMN sebesar Rp5 triliun yang diajukan masih terlalu besar dan berisiko.
Eriko Sotarduga dari Fraksi PDIP mendukung suara untuk membubarkan LPEI. Menurutnya, lembaga ini telah menciptakan masalah sejak awal, dan memberikan PMN sebesar Rp5 triliun hanya akan memperburuk situasi di masa depan.
Wakil Ketua Komisi XI, Dolfie O.F.P, mengingatkan bahwa pembubaran LPEI tidak bisa dilakukan begitu saja karena lembaga ini didirikan berdasarkan Undang-Undang. Usulan untuk pembubaran perlu disertakan dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) masing-masing partai politik untuk dilakukan peninjauan dan pembahasan lebih lanjut.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.