KABARBURSA.COM - Brian Kim, mantan penguasa teknologi Korea Selatan dan pendiri Kakao Corp, kini berada dalam penahanan setelah terlibat dalam skandal hukum yang mengguncang industri. Kim, yang sebelumnya dikenal sebagai pionir di bidang internet dengan menciptakan platform pesan dominan KakaoTalk, menghadapi tuduhan serius terkait skema pengaturan harga dalam persaingan sengit akuisisi agensi K-pop, SM Entertainment Co.
Pada Selasa dini hari, tepatnya pukul 01.00, Kim ditangkap terkait dugaan manipulasi harga saham dalam upaya akuisisi yang seharusnya memperluas dominasi Kakao di pasar musik, belanja, hingga transportasi. Alih-alih mengukuhkan posisi Kakao, skandal ini justru memicu tindakan regulasi yang keras dan menimbulkan pertanyaan tentang masa depan inovator teknologi di Korea Selatan.
Kim, yang kini berusia 58 tahun, mengalami penurunan kekayaan yang drastis. Dari puncak kekayaan sebesar USD 14,4 miliar (Rp233 triliun), kini kekayaannya merosot menjadi sekitar USD 3,6 miliar (Rp58 triliun), menurut Indeks Miliarder salah satu media per 21 Juli.
Penangkapan Kim mencerminkan pergeseran signifikan dalam sikap otoritas Korea Selatan terhadap pengusaha teknologi. Dulu, Kim dan pengusaha lainnya seperti Bom Kim dari Coupang Inc dianggap sebagai visioner yang mampu menantang dominasi raksasa Silicon Valley. Namun, dengan semakin meluasnya kekuatan mereka, muncul kekhawatiran mengenai dampak dominasi digital terhadap sektor-sektor tradisional seperti perbankan, ritel, dan hiburan.
Kakao, yang dikenal dengan ekspansi agresifnya dan memiliki lebih dari 120 afiliasi yang saling terkait, kini menghadapi kritik atas struktur manajerialnya yang dianggap tidak transparan. Saham Kakao telah anjlok sekitar 25 persen tahun ini dan turun 5,4 persen pada hari Selasa di Seoul, dengan total penurunan nilai pasar sejak puncak pada 2021 mencapai lebih dari 75 persen atau sekitar USD 40 miliar.
Kim dan juru bicaranya membantah tuduhan tersebut, menyatakan bahwa tidak ada aktivitas ilegal yang terjadi selama proses akuisisi SM Entertainment. Kakao, yang kini dipimpin oleh CEO Chung Shina, menyatakan penyesalan atas situasi ini dan berkomitmen untuk meminimalkan gangguan terhadap operasional perusahaan.
Korea Selatan telah lama dikenal dengan tradisi menghukum pemimpin perusahaan atas kasus korupsi dan kesalahan lainnya. Kim menjadi yang pertama dari generasi baru pengusaha teknologi yang terjerat dalam masalah hukum. Sebelumnya, tokoh-tokoh industri besar seperti Lee Jae-Yong dari Samsung juga mengalami masalah hukum serupa namun kembali beroperasi setelah beberapa tahun.
Perubahan besar ini menggarisbawahi transisi Korea Selatan dari ekonomi berbasis konglomerat chaebol ke sistem yang lebih mengutamakan pengawasan publik dan reformasi. Kim, yang mendirikan Kakao pada 2006 dan meluncurkan aplikasi KakaoTalk yang sukses empat tahun kemudian, kini menghadapi tantangan berat. Meskipun telah mencapai kesuksesan yang signifikan dan sempat menjadi orang terkaya di Korea, penahanannya mencerminkan perubahan lanskap industri dan kekhawatiran yang berkembang tentang dominasi digital.
Sementara Kakao berupaya meluncurkan layanan AI dan menghadapi tekanan dari investor serta pemerintah, ketidakpastian mengenai masa depan pencatatan Kakao Entertainment dan strategi perusahaannya semakin meningkat. Kim, yang dikenal dengan strategi ekspansifnya, kini harus menghadapi konsekuensi dari keputusan bisnisnya di tengah pengawasan ketat dari regulator dan publik.
Brian Kim, atau lebih dikenal dengan nama Korea Kim Beom-su, adalah pendiri dan mantan ketua Kakao, perusahaan teknologi raksasa di Korea Selatan yang memiliki aplikasi pesan populer, KakaoTalk. Skandal ini telah menyebabkan penurunan kepercayaan investor terhadap Kakao dan industri teknologi Korea Selatan secara keseluruhan. Selain itu, reputasi Brian Kim sebagai salah satu orang terkaya di Korea Selatan juga tercoreng.
Skandal yang melibatkan Brian Kim dan KakaoTalk terutama terkait dengan tuduhan manipulasi saham dan penggelapan pajak.
- Penjualan saham besar-besaran: Salah satu eksekutif tinggi Kakao menjual sejumlah besar saham sebelum pengumuman pengunduran dirinya. Hal ini memicu kecurigaan tentang adanya informasi internal yang digunakan untuk keuntungan pribadi.
- Dampak negatif pada harga saham: Penjualan saham tersebut menyebabkan penurunan harga saham Kakao secara signifikan, merugikan banyak investor.
- Manipulasi akun: Brian Kim dituduh memanipulasi akun untuk menghindari pajak capital gain dari penggabungan Kakao dan situs portal Daum pada tahun 2014.
- Jumlah pajak yang diduga digelapkan: Nilai pajak yang diduga digelapkan mencapai sekitar US$722 juta atau setara dengan Rp 10 triliun. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.