KABARBURSA.COM - Masyarakat sangat tertarik menggunakan kendaraan listrik sebagaimana program yang dicanangkan pemerintah. Namun, beberapa dari mereka memiliki alasan belum memiliki kendaraan tersebut hingga kini.
Salah satunya adalah Raymond Syahrizal, ia mengaku sangat tertarik menggunakan kendaraan listrik, dalam hal ini adalah motor. Karena menurutnya penggunaan motor listrik dapat mengurangi polusi udara.
"Untuk menggunakan Motor listrik sebenarnya sangat tertarik sih. Karena kan juga bisa membantu mengurangi polusi udara," ujar dia kepada Kabar Bursa, Jumat 10 Mei 2024.
Raymond kemudian membeberkan alasan dirinya saat ini belum memiliki motor listrik. Dia mengatakan, masih bingung untuk mencari tempat pengisian daya baterai jika mempunyai motor listrik.
"Masih mikir-mikir sih, selain daya listriknya cukup besar, terus tempat pengisian dayanya masih minim. Sekalinya ada, posisinya kurang strategis (jauh)," katanya.
Hal senada juga diungkapkan Heri Firmansyah. Sebagai anak komunitas motor, ia sangat berminat menggunakan sepeda motor listrik.
Alasan Heri tertarik memiliki kendaraan tersebut, karena ia melihat perawatan motor listrik tidak jauh berbeda dengan motor konvensional.
"Kalau perawatan kayanya si sama aja dengan motor biasa (konvensional), gak terlalu susah," tutur dia.
Heri kemudian melihat program Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), terkait konversi motor bahan bakar minyak (BBM) menjadi motor listrik.
Ia mengaku ingin mengikuti program ESDM itu. Akan tetapi, Heri masih bingung tentang cara proses pengajuan konversi motor tersebut.
Menurutnya, dia butuh sosialisasi lebih dari pihak terkait agar mengetahui tentang pengajuan proses konversi motor BBM ke listrik.
"Ya saya butuh sosialisasi. Saya harap pemerintah harus turun langsung agar masyarakat yang minat, mengatahui program konversi itu," tutur dia.
Beberapa waktu lalu, ESDM mengundang pemilik kendaraan motor beroda dua yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM) untuk mengkonversi kendaraan mereka menjadi motor listrik secara gratis.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi mengatakan bahwa biaya konversi motor bensin menjadi motor listrik biasanya sekitar Rp17–15 juta.
Saat ini, pemerintah memberikan subsidi atau bantuan sebesar Rp10 juta. Sisanya, masyarakat dapat mengajukan bantuan dari program Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan agar proses konversi tersebut dapat dilakukan secara gratis.
Eniya juga menegaskan bahwa kendaraan listrik lebih hemat energi dibandingkan dengan kendaraan konvensional yang menggunakan BBM. Dalam hal biaya, listrik jauh lebih murah, dengan harga sekitar sepertiga hingga seperlima dari harga BBM untuk menempuh jarak yang sama.
Namun program ESDM tersebut masih sepi peminat. Roni, seorang kepala sales Elders Garage, salah satu bengkel yang terverifikasi oleh Kementerian ESDM mengatakan, masyarakat yang menggunakan motor produksi massal belum begitu ramai untuk mengkonversi kendaraannya ke listrik.
“Untuk motor yang produksi massal, kurang begitu banyak,” kata dia kepada Kabar Bursa di bengkelnya, Kamis, 25 April 2024.
Roni membeberkan setiap bulannya hanya ada dua atau tiga motor BBM yang konversi ke listrik.
Menanggapi hal itu, pengamat otomotif, Yannes Martinus Pasaribu menuturkan sepinya peminat dalam mengonversi motor jenis bahan bakar minyak (BBM) ke listrik disebabkan beberapa faktor.
Yannes menyatakan, salah satu penyebabnya adalah banyak masyarakat yang kurang informasi dan edukasi tentang manfaat serta proses konversi motor listrik.
“Sehingga timbul keraguan dan kekhawatiran untuk melakukannya,” ujar dia saat dihubungi Kabar Bursa, Senin, 29 April 2024.
Mengurangi Emisi Karbon
Apakah benar kendaraan listrik menguransi Emisi karbon? Mengutip studi International Council on Clean Transportation (ICCT) pada 2023 yang membuktikan emisi kendaraan listrik sebesar 108-127 gram setara CO2 per km (g CO2-eq/km). Jumlah emisi itu berkisar 47-56 persen lebih rendah dari kendaraan BBM (246 gCO2-eq/km).
Menurut laporan, emisi ini bahkan berpotensi terus menurun jika Indonesia terus mengurangi produksi listrik dari energi batu bara. Per 2021, sekitar 62 persen dari total produksi listrik Indonesia masih diproduksi dari energi batu bara.
Peralihan sumber listrik ke energi terbarukan berperan penting menurunkan emisi kendaraan listrik. Di Eropa, emisi kendaraan listrik berukuran sedang diperkirakan sebesar 76-83 g CO2-eq/km. Angka tersebut berkisar 63-69 persen lebih rendah dibandingkan kendaraan BBM (245-246 gCO2-eq/km).
Emisi yang rendah tersebut juga ditopang oleh rendahnya pemakaian batu bara di Eropa. Per 2021, Eropa hanya mengandalkan sekitar 15,9 persen listriknya dari batu bara.
Jika Indonesia menggunakan 100 persen listrik terbarukan, penurunan emisi kendaraan listrik bisa meningkat hingga 85-89 persen dari emisi kendaraan BBM.