KABARBURSA.COM - Sejumlah saham kembali menjadi sorotan para trader teknikal seiring peluang yang terbuka saat harga menyentuh titik-titik support strategis.
Dalam lanskap pasar yang masih dipenuhi volatilitas, strategi buy on weakness kini menjadi pendekatan yang banyak digunakan untuk menangkap potensi rebound teknikal jangka pendek.
Di antara saham yang mendapat perhatian analis RHB Sekuritas Indonesia adalah Merdeka Battery Materials (MBMA). Saham ini berada dalam fase konsolidasi dengan kecenderungan teknikal yang menarik.
Area beli ideal berada di kisaran Rp550 per saham. Jika tren pemulihan terkonfirmasi, harga diperkirakan dapat menuju level Rp600 dalam waktu dekat, dan bahkan menyentuh Rp635 dalam skenario penguatan lebih lanjut.
Namun, jika tekanan jual mendorong harga turun ke bawah Rp510, investor disarankan untuk berhati-hati dan mempertimbangkan batas risiko secara disiplin.
Saham berikutnya adalah Japfa Comfeed Indonesia (JPFA). Emiten sektor konsumer ini memang sempat bergerak melemah, namun justru menciptakan peluang masuk yang layak diperhitungkan. Level Rp1.690 menjadi area akumulasi menarik.
Target terdekat berada di level Rp1.805, sementara proyeksi yang lebih optimistis mengarah ke Rp1.875. Namun, jika harga menyentuh level support kritis di bawah Rp1.560, posisi sebaiknya ditinjau kembali guna menghindari potensi kerugian lebih dalam.
Sementara itu, Aneka Tambang (ANTM) juga masuk dalam radar para analis. Dengan harga bergerak mendekati area beli di Rp3.130, saham ini dipandang memiliki ruang penguatan apabila tren komoditas kembali menguat.
Target teknikal terdekat berada di Rp3.360 dan potensi lanjutan ke Rp3.560, selama tidak ada tekanan jual signifikan yang mendorong harga menembus Rp2.880 sebagai titik batas risiko.
Muhammad analis teknikal RHB Sekuritas Fatah Al Falah, menekankan bahwa ketiga saham tersebut menawarkan peluang jangka pendek berbasis indikator teknikal, bukan berdasarkan fundamental jangka panjang.
Strategi buy on weakness menuntut kesabaran serta kedisiplinan dalam mengelola batas risiko, khususnya di tengah sentimen pasar yang cepat berubah.
Meski prospek teknikalnya menjanjikan, perlu dicatat bahwa analisis ini bukan instruksi jual atau beli yang mengikat. Investor tetap dianjurkan mempertimbangkan profil risiko masing-masing, serta memantau pergerakan harga secara berkala.
Fluktuasi pasar tidak bisa dihindari, namun dengan pendekatan yang terukur, peluang selalu ada, bahkan saat harga terlihat menurun.
MBMA dan ANTM Terkoreksi Dalam, JPFA Turun Tipis
Pasar saham kembali menunjukkan sisi fluktuatifnya. Beberapa saham unggulan mengalami koreksi harga, namun bukan berarti kehilangan daya tarik.
Dalam strategi perdagangan, momen seperti ini justru bisa membuka ruang akumulasi baru, selama investor memahami konteks dan mengelola risiko dengan cermat.
Strategi buy on weakness, atau membeli saat harga melemah mendekati support, menjadi pendekatan yang kini kembali relevan. Tiga saham, yaitu MBMA, JPFA, dan ANTM, tampaknya sedang menguji wilayah tersebut.
MBMA ditutup melemah ke level Rp560, turun 3,45 persen dari hari sebelumnya. Koreksi ini menempatkan harga mendekati zona beli ideal di kisaran Rp550 seperti yang direkomendasikan sejumlah analis teknikal.
Selama sesi perdagangan siang, Selasa, 22 Juli 2025, saham ini sempat menyentuh level terendah di Rp555 sebelum kembali ditutup sedikit lebih tinggi. Nilai transaksi tercatat Rp82,6 miliar, cukup aktif untuk ukuran saham pertambangan baterai yang masih relatif baru.
Meski tekanan harga tampak signifikan, belum ada indikasi distribusi besar-besaran. Support teknikal masih bertahan, dan selama tidak ditembus ke bawah Rp510, potensi pembalikan arah tetap terbuka.
Ini menjadi area yang layak diamati oleh investor yang sudah menyiapkan strategi jangka pendek berbasis teknikal.
JPFA, emiten sektor konsumer berbasis agribisnis, ditutup sedikit lebih lemah di Rp1.710—turun 10 poin atau 0,58 persen. Harga ini masih berada dalam kisaran wajar dan relatif stabil dibanding dua saham lainnya.
Rentang harga harian bergerak di antara Rp1.705 hingga Rp1.740, memperlihatkan kecenderungan konsolidasi.
Dari sisi teknikal, kisaran Rp1.690 masih menjadi titik yang menarik untuk akumulasi, sementara risiko baru akan muncul bila harga tertekan hingga ke bawah Rp1.560.
Selama bertahan di atas batas tersebut, JPFA dinilai masih menyimpan peluang penguatan, terutama jika sentimen sektor pangan dan konsumer kembali membaik dalam waktu dekat.
Sementara itu, ANTM mencatat penurunan paling tajam hari ini. Saham tambang logam milik negara ini melemah 3,76 persen ke Rp3.070.
Koreksi cukup dalam terjadi setelah harga sempat dibuka di Rp3.250 dan menyentuh level tertinggi di Rp3.270, sebelum akhirnya jatuh mendekati support kuat di kisaran Rp3.050.
Nilai transaksi harian ANTM mencapai Rp780,7 miliar, tertinggi di antara ketiga saham, yang menunjukkan bahwa minat pasar masih tinggi meski tekanan jual muncul. Level support psikologis di Rp3.030–3.050 kini menjadi titik krusial.
Jika mampu bertahan, bukan tak mungkin saham ini akan kembali menarik perhatian investor yang mencari pantulan teknikal dari titik jenuh jual.
Melihat kondisi ketiga saham hari ini, koreksi yang terjadi tidak serta-merta menjadi sinyal negatif. Justru, dalam konteks strategi buy on weakness, harga yang melemah mendekati titik support bisa menjadi peluang masuk, selama dilakukan dengan pertimbangan teknikal dan batas risiko yang disiplin.
Perlu diingat bahwa pendekatan semacam ini tidak lepas dari risiko. Investor tetap disarankan untuk memperhatikan sentimen pasar secara keseluruhan dan tidak hanya bergantung pada satu indikator.
Tapi bagi mereka yang memahami pola pergerakan teknikal, hari ini bisa menjadi awal dari pergerakan baru.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.