KABARBURSA.COM – Penjualan obligasi hijau global merosot nyaris sepertiga sepanjang tahun ini, seiring mundurnya komitmen negara-negara maju terhadap kebijakan iklim. Pemerintah, bank, dan korporasi yang biasanya giat menerbitkan obligasi berlabel lingkungan kini mulai menahan diri, di tengah ketidakpastian regulasi serta gejolak geopolitik.
Laporan lembaga pemeringkat keberlanjutan Sustainable Fitch yang dikutip Reuters menunjukkan bahwa total penerbitan obligasi berlabel yang mencakup obligasi hijau, sosial, dan berorientasi ESG lainnya, turun 25 persen secara tahunan menjadi USD440 miliar. Kuartal kedua bahkan tercatat sebagai yang terburuk sejak 2019.
Obligasi hijau, yakni instrumen utang yang ditujukan untuk proyek lingkungan atau mitigasi perubahan iklim, mencatat penurunan paling tajam, dengan penyusutan hingga USD100 miliar atau sekitar 32 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Pangsa obligasi berlabel ESG dari total penerbitan global pun ikut menyusut. Jika tahun lalu porsinya 11,7 persen, kini tinggal 10,2 persen saja.
Kemerosotan ini tak lepas dari arah kebijakan yang kini diambil negara-negara besar. Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump memutuskan keluar dari sejumlah inisiatif keberlanjutan global dan mencabut berbagai standar lingkungan yang sebelumnya diberlakukan. Sementara di Eropa, parlemen Uni Eropa tengah membahas pelonggaran aturan pelaporan keberlanjutan korporasi untuk sebagian besar pelaku usaha.
Sustainable Fitch menilai keraguan para penerbit obligasi juga dipicu oleh ketidakpastian pengeluaran modal dan gangguan ekonomi makro. “Ketidakjelasan regulasi terkait ESG—baik karena penundaan implementasi maupun pembatalan kebijakan di AS dan Uni Eropa—mendorong para penerbit menunggu kejelasan lebih lanjut,” tulis lembaga itu dalam laporannya.(*)