Logo
>

MEDC dan PGAS Dinilai Layak Dikoleksi di Tengah Konflik Timteng

Ditulis oleh Hutama Prayoga
MEDC dan PGAS Dinilai Layak Dikoleksi di Tengah Konflik Timteng

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Dua emiten minyak dan gas (migas) yakni Medco Energi Internasional (MEDC) dan Perusahaan Gas Negara (PGAS) dinilai layak dikoleksi di tengah ketegangan di Timur-Tengah (Timteng).

    Tensi geopolitik di Timur Tengah masih menjadi sorotan banyak pihak. Sebab, konflik di wilayah tersebut bisa mempengaruhi harga minyak dunia.

    Dengan naik atau turunnya harga minyak dunia itu, emiten minyak dan gas di Indonesia berpotensi terdampak. Namun, emiten MEDC dan PGAS diklaim bisa bertahan dari sentimen konflik di Timur Tengah.

    Senior Equity Analyst NH Korindo Sekuritas, Ezaridho Ibnutama mengatakan MEDC kemungkinan besar tidak akan terpengaruh dengan situasi di Timur Tengah dan

    "Mereka (MEDC) mungkin tidak terpengaruh dengan harga index untuk brand crude atau WTI oil prices," ujar dia kepada Kabarbursa.com, Rabu, 9 Oktober 2024.

    Pria yang akrab disapa Ezar itu melihat, MEDC saat ini Tengah fokus meningkatkan volume produksi dan sales untuk tahun ini.

    Selain itu, lanjut dia, MEDC juga telah ada kontrak pembelian dari tiga atau satu tahun sebelumnya. Hal inilah yang membuat MEDC tidak terpengaruh konflik di Timur Tengah.

    "Mereka (MEDC) itu bisa mendapatkan keuntungan yang jauh lebih baik. Fundamental   lebih stable dan lebih layak untuk dibeli," ungkap Ezar.

    Di sisi lain, Ezar melihat PGAS juga patut disoroti karena emiten ini mengelola fasilitas di Pertamina. Tak hanya itu, dia juga memandang secara fundamental dan pembagian deviden PGAS juga sangat baik.

    "Kami melihat bahwa banyak dari fundamental mereka juga sangat baik. Secara dividend juga sangat menarik untuk PGAS," jelas dia.

    Kinerja MEDC

    Melansir Stockbit, Rabu, 9 Oktober 2024, MEDC mencatatkan performa 11,11 persen dalam satu bulan, meningkat signifikan dibanding tiga bulan terakhir senilai  0,37 persen.

    Dalam waktu TTM (Trailing Twelve Months) MEDC mencatatkan nilai rasio Return On Equity sebesar 20.37 persen. Catatan ini membuktikan jika perusahaan mampu memanfaatkan modal yang dipunya dalam mendatangkan laba.

    Dari sisi current ratio (quarter),  MEDC mempunyai nilai sebesar 1.30. Hal ini menandakan kalau perusahaan bisa membayar kewajiban jangka pendek menggunakan aset lancar.

    Net income MEDC pada kuartal II 2024 ialah sebesar Rp2,142 miliar melonjak tajam jika dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu sebesar Rp563 miliar.

    Adapun pendapatan bersih MEDC pada 2024 diproyeksikan mencapai Rp6,590 miliar. Angka ini mengalami kenaikan dibanding tahun lalu senilai Rp5,105 miliar.

    Kinerja PGAS

    Berbeda dengan MEDC, performa PGAS dalam satu bulan terakhir terpantau kurang memuaskan dengan -0,66 persen. Kendati begitu, emiten ini mulai bangkit dengan mencatatkan performa 4,17 persen dalam satu minggu terakhir.

    PGAS sendiri mencatatkan rasio Return On Equity sebesar 11,91 persen dalam waktu TTM (Trailing Twelve Months). Untuk current ratio (quarter) MEDC mempunyai nilai sebesar 1,75.

    Adapun pada kuartal II 2024, PGAS mencatatkan net income sebesar Rp1,136 miliar, angka ini naik dibanding tahun lalu periode serupa yaitu Rp891 miliar.

    Sementara pendapatan bersih PGAS di tahun 2024 diproyeksikan senilai Rp6,118 miliar, naik dibanding tahun lalu senilai Rp4,293 miliar.

    Diberitakan sebelumnya, Harga minyak dunia terjun lebih dari 4 persen pada Selasa, 8 Oktober 2024, setelah muncul kabar tentang potensi gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel. Meski demikian, kekhawatiran soal serangan terhadap infrastruktur minyak Iran masih memberikan dukungan bagi harga minyak.

    Mengutip Reuters, Rabu, 9 Oktober 2024, harga minyak Brent turun sebesar USD3,75 atau 4,63 persen, ditutup di level USD77,18 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di Amerika Serikat (AS) anjlok USD3,57 atau 4,63 persen, berakhir di USD73,57 per barel. Kedua jenis minyak ini sempat jatuh lebih dari USD 4 per barel pada titik terendahnya dalam sesi perdagangan tersebut.

    “Kita masih sangat bergantung pada berita-berita utama. Ada kabar tentang kemungkinan gencatan senjata, tapi kemudian muncul informasi bahwa beberapa target energi masih dipertimbangkan,” ujar mitra di Again Capital LLC, John Kilduff.

    Analis senior di Price Futures Group, Phil Flynn, mengatakan berita mengenai kesiapan Hizbullah untuk gencatan senjata langsung mempengaruhi pasar. “Konflik ini pasti akan memicu volatilitas harga,” ujarnya.

    Pada hari sebelumnya, harga minyak Brent sempat menembus level USD80 per barel untuk pertama kalinya sejak Agustus, dengan kenaikan harian lebih dari 3 persen. Lonjakan tersebut terjadi setelah kenaikan mingguan terbesar dalam lebih dari setahun, mencapai 8 persen, dipicu oleh kekhawatiran eskalasi konflik di Timur Tengah.

    Isu gencatan senjata muncul setelah Israel meningkatkan serangan terhadap Hizbullah dengan serangan baru di Lebanon selatan. Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, juga mengonfirmasi pengganti pemimpin Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah, yang tewas, telah dieliminasi. Pada Selasa malam, militer Israel memperingatkan warga untuk menjauhi beberapa bangunan di pinggiran selatan Beirut.

    Ketegangan Serangan Rudal Iran

    Kenaikan harga minyak sebelumnya dimulai sejak Iran meluncurkan serangan rudal ke Israel pada 1 Oktober. Israel berjanji akan membalas dengan mempertimbangkan sejumlah opsi.

    Meski demikian, beberapa analis berpendapat bahwa serangan terhadap infrastruktur minyak Iran mungkin tidak akan terjadi. Mereka memperingatkan, jika Israel memfokuskan serangan ke target lain, harga minyak bisa mengalami penurunan tajam.

    Di sisi lain, di AS, Badai Milton telah meningkat menjadi badai Kategori 5 mendekati Florida, setelah menyebabkan penutupan setidaknya satu platform minyak dan gas di Teluk Meksiko.

    Para pelaku pasar kini menantikan data terbaru mengenai persediaan minyak mentah AS. Analis memprediksi stok minyak akan meningkat sebesar 1,9 juta barel pada pekan yang berakhir 4 Oktober, berdasarkan jajak pendapat awal Reuters.

    Naik Lebih Tiga Persen

    Harga minyak mentah dunia sebelumnya melompat lebih dari 3 persen. Tingginya risiko perang di Timur Tengah memicu kenaikan harga tersebut setelah sebelumnya berada pada posisi bearish.

    Dilansir Reuters, harga minyak mentah Brent pada Senin, 7 Oktober 2024, naik USD2,88 atau 3,7 persen untuk menetap di level USD80,93 per barel. Sementara itu, minyak mentah Amerika Serikat (AS) West Texas Intermediate (WTI) naik USD2,76 atau 3,7 persen menjadi USD77,14 per barel.

    Pekan lalu, Brent naik lebih dari 8 persen dan WTI melonjak lebih dari 9 persen dari minggu sebelumnya. Ini merupakan kenaikan terbesar dalam lebih dari satu tahun. Penyebabnya ialah serangan misil Iran pada 1 Oktober 2024 lalu terhadap Israel sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa respons Israel akan menargetkan infrastruktur minyak Teheran.

    Jika hal itu terjadi, harga minyak bisa naik lagi sebesar USD3 hingga USD5 per barel, menurut Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates.

    Selain itu, roket yang ditembakkan oleh Hezbollah yang didukung Iran menghantam kota terbesar ketiga di Israel, Haifa, pada Senin pagi. Sementara itu, Israel tampaknya siap memperluas serangan darat ke Lebanon selatan pada peringatan pertama perang Gaza yang telah menyebarkan konflik ke seluruh Timur Tengah.

    “Ada kekhawatiran yang meningkat bahwa konflik ini mungkin terus bereskalasi, tidak hanya mengancam produksi minyak Iran sebesar 3,4 juta barel per hari, tetapi juga menciptakan gangguan lebih lanjut pada pasokan regional,” tulis analis di Tudor, Pickering, Holt & Co.

    Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.