KABARBURSA.COM - Saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) sedang tertekan jelang pembagian dividen, 1 November 2024. Senin, 14 Oktober 2024, MEDC memasuki masa ex date dividen interim yang rencananya akan dibagikan sebanyak USD25,9 juta atau setara dengan Rp15,75 per saham.
Mengutip data Stockbit, hari ini pergeraham saham MEDC mengalami penurunan sebesar 1,48 persen atau setara dengan 20 poin menjadi Rp1.335. Pergerakan saham ini menunjukkan tekanan jual yang cukup kuat.
Volume perdagangan MEDC menunjukkan minat yang cukup tinggi, yaitu 231 ribu lot dengan nilai transaksi mencapai Rp30,9 miliar. Namun, hal tersebut tidak diiringi dengan aksi beli yang kuat. Hal itulah yang membuat terjadinya penurunan harga. Rata-rata harga transaksi di angka 1.337, sedikit di atas harga penutupan. Ini artinya, sebagian besar transaksi terjadi di level yang lebih tinggi, namun tekanan jual menekan harga ke level penutupan yang lebih rendah.
Melihat batas auto reject atas dan bawah (ARA dan ARB) yang masing-masing di angka 1.690 dan 1.020, memberikan gambaran batas pergerakan maksimal saham MEDC dalam satu hari perdagangan. Dengan harga penutupan 1.335, saham masih jauh dari batas ARA atau ARB, yang menunjukkan volatilitas harian yang moderat.
Jika harga mampu bertahan di atas level support 1.330 dan mendapatkan dorongan beli, ada potensi rebound menuju level resistance di 1.345. Namun, jika tekanan jual berlanjut, ada risiko penurunan lebih lanjut di bawah 1.330, yang bisa membuka jalan untuk uji support berikutnya.
Hari ini, saham MEDC menunjukkan sentimen negatif dengan penurunan harga dan tekanan jual yang kuat. Namun, selama harga mampu bertahan di atas support 1.330, ada kemungkinan rebound dalam jangka pendek. Jika tekanan jual terus berlanjut, perlu diwaspadai kemungkinan penurunan lebih lanjut.
Layak Dikoleksi di Tengah Konflik Timten
Saham MEDC menjadi sorotan tajam saat kondisi Timur Tengah semakib bergejolak. Senior Equity Analyst NH Korindo Sekuritas, Ezaridho Ibnutama mengatakan MEDC kemungkinan besar tidak akan terpengaruh dengan situasi di Timur Tengah dan
“Mereka (MEDC) mungkin tidak terpengaruh dengan harga index untuk brand crude atau WTI oil prices,” ujar dia kepada Kabarbursa.com, Rabu, 9 Oktober 2024.
Pria yang akrab disapa Ezar itu melihat, MEDC saat ini Tengah fokus meningkatkan volume produksi dan sales untuk tahun ini.
Selain itu, lanjut dia, MEDC juga telah ada kontrak pembelian dari tiga atau satu tahun sebelumnya. Hal inilah yang membuat MEDC tidak terpengaruh konflik di Timur Tengah.
“Mereka (MEDC) itu bisa mendapatkan keuntungan yang jauh lebih baik. Fundamental lebih stable dan lebih layak untuk dibeli,” ungkap Ezar.
Di sisi lain, Ezar melihat PGAS juga patut disoroti karena emiten ini mengelola fasilitas di Pertamina. Tak hanya itu, dia juga memandang secara fundamental dan pembagian deviden PGAS juga sangat baik.
“Kami melihat bahwa banyak dari fundamental mereka juga sangat baik. Secara dividend juga sangat menarik untuk PGAS,” jelas dia.
Kinerja MEDC
Kinerja MEDC pada semester pertama 2024 menunjukkan pertumbuhan positif meskipun menghadapi tantangan berupa peningkatan beban pokok pendapatan (BPP). Laba bersih MEDC pada semester pertama 2024 mencapai USD200,99 juta, tumbuh signifikan sebesar 68,24 persen dibandingkan dengan USD119,46 juta pada semester pertama 2023.
Sementara, laba per saham (EPS) juga meningkat menjadi USD0,00803 per saham dari USD0,00477 per saham pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan profitabilitas, meskipun laba kotor menurun.
Pendapatan MEDC juga tercatat tumbuh 4,4 persen menjadi USD1,16 miliar pada semester I 2024, dibandingkan USD1,11 miliar pada semester I 2023. Mayoritas pendapatan MEDC berasal dari kontrak dengan pelanggan yang menyumbang 97,91 persen dari total pendapatan.
Peningkatan pendapatan ini menunjukkan keberhasilan Medco dalam menjaga stabilitas penjualan minyak dan gas, meskipun ada fluktuasi dalam harga komoditas energi.
Beban pokok pendapatan MEDC mengalami peningkatan 10,5 persen menjadi USD714,02 juta dari USD646,14 juta pada semester pertama 2023. Kenaikan BPP yang lebih tinggi dari pertumbuhan pendapatan menyebabkan penurunan laba kotor sebesar 3,98 persen menjadi USD451,34 juta dibandingkan dengan USD470,06 juta pada periode yang sama di 2023.
Peningkatan BPP dapat disebabkan oleh biaya operasional yang lebih tinggi, termasuk biaya produksi dan distribusi yang meningkat, serta mungkin dipengaruhi oleh harga energi dan material yang lebih mahal.
Meskipun ada penurunan laba kotor, MEDC berhasil mencatatkan pertumbuhan laba sebelum pajak sebesar 28,52 persen menjadi USD350,77 juta, dibandingkan USD272,92 juta pada semester pertama 2023. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil mengelola beban operasional lainnya dengan baik, sehingga masih mampu meningkatkan laba bersih.
Liabilitas total MEDC per Juni 2024 sebesar USD5,31 miliar, turun 2,24 persen dari USD5,44 miliar per Desember 2023. Penurunan liabilitas menunjukkan upaya perusahaan dalam mengurangi utang dan memperbaiki struktur keuangan.
Ekuitas MEDC juga tetap kuat pada USD2,18 miliar per Juni 2024, yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan yang sehat dan kemampuannya untuk terus berinvestasi dalam ekspansi dan pengembangan bisnisnya.
Menurut analisis dari Kiwoom Sekuritas, pertumbuhan produktivitas MEDC diperkirakan akan terus melampaui kinerja tahun 2023, terutama didorong oleh potensi kenaikan produksi minyak dan gas di tengah permintaan energi global yang kuat. Namun, tantangan utama yang perlu dihadapi MEDC adalah pengendalian biaya operasional dan volatilitas harga komoditas energi yang dapat mempengaruhi margin keuntungan.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.