KABARBURSA.COM - PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) tengah memasuki fase ekspansi besar yang dirancang untuk memperkuat posisi strategisnya di sektor energi nasional.
Berdasarkan keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), pada 16 Mei 2025, Presiden Republik Indonesia (RI), Prabowo Subianto, meresmikan produksi perdana dua lapangan migas baru milik Medco, yakni Forel dan Terubuk, yang terletak di Blok B Laut Natuna Selatan, Kepulauan Riau.
Proyek ini dikelola oleh Medco E&P Natuna Ltd., anak usaha MedcoEnergi, dengan total investasi mencapai sekitar USD600 juta. Produksi dari dua lapangan ini diperkirakan akan menyumbang hingga 30.000 BOEPD (barrel of oil equivalent per day), terdiri dari 20.000 BOPD minyak dan 60 MMSCFD gas.
Peresmian ini dilakukan secara hybrid dari Istana Negara dan lokasi FPSO (Floating Production, Storage, and Offloading) Marlin Natuna, serta dihadiri pejabat tinggi seperti Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia dan Kepala SKK Migas Djoko Siswanto. Dalam sambutannya, Prabowo menyatakan bahwa keberhasilan ini adalah "tonggak penting dalam upaya Indonesia untuk mencapai swasembada energi" dan merupakan peresmian pertama lifting migas pada masa pemerintahannya.
Tak lama sebelum proyek Forel–Terubuk diresmikan, MedcoEnergi juga sukses menerbitkan surat utang global sebesar USD400 juta pada 9 Mei 2025. Obligasi senior bertenor lima tahun ini memiliki kupon 8,625 persen dan ditujukan untuk melakukan tender offer atas obligasi sebelumnya yang jatuh tempo pada 2026 dan 2027.
Langkah ini memperpanjang jatuh tempo utang perusahaan hingga tahun 2030 dan mendapat respons positif dari investor global. Obligasi ini juga didukung oleh peringkat kredit B1 dari Moody’s, serta BB- dari S&P dan Fitch, mencerminkan posisi keuangan Medco yang relatif solid.
Jika dikombinasikan, dua langkah besar ini mewakili ekspansi senilai hampir USD1 miliar, sebuah sinyal agresif bahwa MedcoEnergi siap memperbesar pangsa produksinya sekaligus menjaga keberlanjutan struktur keuangannya.
Di tengah kondisi pasar energi yang fluktuatif, terutama karena ketidakpastian harga minyak global, langkah ini menjadi sorotan penting bagi investor, terutama pemegang saham MEDC di pasar ritel, yang terus mencari sinyal pertumbuhan jangka panjang dari emiten energi papan atas.
Langkah Besar MedcoEnergi: Obligasi Global dan Proyek Migas Nasional
Ekspansi MedcoEnergi (MEDC) pada tahun 2025 tidak hanya ditandai oleh peresmian proyek migas baru, tetapi juga oleh langkah strategis dalam pengelolaan keuangan global. Pada 9 Mei 2025, MedcoEnergi mengumumkan keberhasilan penerbitan Surat Utang Senior senilai USD400 juta dalam format 144A/Reg S, dengan tenor lima tahun dan kupon 8,625 persen.
Dana dari penerbitan ini akan digunakan untuk membeli kembali obligasi jatuh tempo pada tahun 2026 dan 2027 melalui tender offer. Langkah ini bertujuan memperpanjang profil jatuh tempo utang perusahaan hingga 2030 dan memperkuat struktur keuangan perusahaan dalam jangka menengah.
CEO MedcoEnergi, Roberto Lorato, menyampaikan bahwa tingginya minat dari investor internasional mencerminkan keyakinan pasar terhadap stabilitas dan kinerja perusahaan. Ia menegaskan:
“Dukungan kuat dari investor global mencerminkan keyakinan terhadap kinerja dan konsistensi MedcoEnergi dalam memenuhi komitmen operasional dan keuangan,” ujar Lorato dalam siaran pers resmi, dikutip Senin, 19 Mei 2025.
“Di tengah tantangan dinamika pasar global saat ini, investor mengapresiasi pendekatan Perseroan yang disiplin dalam pengelolaan modal, pengendalian biaya, inisiatif pertumbuhan, serta manajemen kewajiban secara proaktif,” sambung dia.
Sementara itu, proyek Forel dan Terubuk yang diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto juga menjadi titik penting dalam perluasan produksi energi nasional. Dengan total investasi sekitar USD600 juta, proyek ini dikelola oleh Medco E&P Natuna Ltd., dan memperkuat posisi Medco sebagai produsen utama migas di wilayah perairan Indonesia. Proyek ini diproyeksikan menghasilkan 30.000 BOEPD, sebuah angka yang signifikan untuk menambah pasokan energi nasional.
Presiden Prabowo dalam pidatonya menegaskan pentingnya proyek ini bagi ketahanan energi nasional, “Saya atas nama pemerintah dan rakyat Republik Indonesia menyampaikan ucapan selamat atas berhasilnya saudara-saudara mencapai prestasi ini. Saya juga menyampaikan betapa bangganya kami pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia atas prestasi yang membanggakan ini,” ujar Presiden Prabowo.
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, juga menambahkan bahwa keberhasilan ini merupakan bukti nyata keseriusan Indonesia dalam membangun ekosistem investasi energi nasional:
“Proyek ini mempunyai nilai strategis karena yang punya adalah anak kandung daripada Republik Indonesia, karena pekerjanya juga semua anak-anak negara Republik Indonesia,” ujarnya.
Apa Dampaknya ke Fundamental dan Valuasi Saham MEDC?
Ekspansi besar yang dilakukan Medco Energi Internasional pada 2025 menunjukkan potensi penguatan fundamental yang signifikan, baik dari sisi operasional maupun struktur keuangan.
Produksi perdana dua lapangan migas strategis, Forel dan Terubuk, yang diproyeksikan menambah total output sebesar 30.000 barel ekuivalen per hari (BOEPD), akan secara langsung meningkatkan kapasitas produksi harian MedcoEnergi. Lonjakan output ini terdiri dari sekitar 20.000 barel minyak per hari (BOPD) dan 60 juta standar kaki kubik gas per hari (MMSCFD), yang bila dimonetisasi secara efisien berpotensi menaikkan pendapatan dan EBITDA perusahaan secara signifikan.
Di sisi keuangan, Medco juga menunjukkan langkah strategis dengan penerbitan obligasi senilai USD400 juta, yang digunakan untuk melakukan tender offer atas surat utang yang jatuh tempo pada 2026 dan 2027. Strategi ini memperpanjang profil utang hingga tahun 2030 dan memberikan fleksibilitas arus kas dalam beberapa tahun ke depan.
Obligasi ini diterbitkan dengan kupon 8,625 persen, dan mendapat respons positif dari investor global serta memperoleh rating B1 (outlook positif) dari Moody’s, serta BB- (outlook stabil) dari S&P dan Fitch, mencerminkan persepsi risiko yang masih dalam batas wajar untuk emiten energi emerging markets.
Kinerja saham MEDC juga mencerminkan peningkatan sentimen investor. Pada perdagangan hari Senin, 19 Mei 2025 pukul 11:29 WIB, saham MEDC diperdagangkan pada level Rp1.155, naik 2,21 persen dari hari sebelumnya. Dalam sepekan, saham ini menguat 5,48 persen, naik 11,06 persen dalam satu bulan, dan tumbuh 7,94 persen dalam tiga bulan terakhir.
Secara tahunan, saham ini masih mencatat penurunan 15,69 persen, tetapi dalam tiga tahun terakhir telah mencetak return akumulatif sebesar 106,25 persen, menandakan tren pemulihan jangka menengah yang cukup solid.
Dari sisi valuasi, sejumlah rasio penting menunjukkan bahwa saham MEDC saat ini berada di zona undervalued. Price to Earnings Ratio (PER) saat ini tercatat di angka 4,99, jauh di bawah median IHSG yang berada di 8,12.
Selain itu, rasio Price to Book Value sebesar 0,85 dan Price to Sales sebesar 0,76 mengindikasikan bahwa harga saham masih berada di bawah nilai fundamentalnya.
Rasio EV/EBITDA berada di level 4,00, yang tergolong rendah untuk sektor energi, sementara rasio Price to Free Cashflow hanya 2,14, menunjukkan efisiensi arus kas yang tinggi.
Tingkat imbal hasil laba (earnings yield) MEDC pun mencapai 20,06 persen, menandakan potensi pendapatan yang besar bagi investor jika laba tetap stabil atau meningkat. Dengan EPS (laba per saham) sebesar Rp231,64 dan Free Cashflow per saham sebesar Rp539,82, saham MEDC memiliki daya tarik kuat dari sisi arus kas dan profitabilitas.
Namun, investor ritel tetap perlu memperhatikan bahwa obligasi berkupon tinggi menandakan adanya premi risiko yang harus dibayar oleh emiten, dan keberhasilan ekspansi ini sangat bergantung pada eksekusi proyek serta fluktuasi harga energi global.
Risiko dan Refleksi untuk Investor Ritel
Meskipun langkah ekspansi MedcoEnergi menunjukkan prospek pertumbuhan yang menjanjikan, investor ritel perlu mempertimbangkan sejumlah risiko eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja saham MEDC dan sektor energi secara keseluruhan.
Pertama, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 tercatat sebesar 4,87 persen (year-on-year/yoy), sedikit melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Perlambatan ini dipengaruhi oleh kontraksi belanja pemerintah dan pertumbuhan investasi yang moderat.
Kedua, meskipun inflasi tahunan pada April 2025 meningkat menjadi 1,95 persen, Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75 persen untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mengendalikan inflasi.
Ketiga, risiko eksternal seperti ketegangan perdagangan global dan potensi tarif ekspor dari negara mitra dagang utama dapat mempengaruhi permintaan energi dan harga komoditas. Fitch Ratings telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2025 menjadi 4,9 persen, menyoroti tantangan dari melemahnya konsumsi domestik dan tekanan eksternal.
Dalam konteks ini, meskipun fundamental MedcoEnergi menunjukkan kekuatan, investor ritel disarankan untuk tetap waspada terhadap dinamika makroekonomi dan geopolitik yang dapat mempengaruhi kinerja saham. Diversifikasi portofolio dan pemantauan berkala terhadap indikator ekonomi makro menjadi langkah bijak dalam menghadapi ketidakpastian pasar. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.