KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Senin 25 Maret 2024, dibuka dengan kecenderungan melemah. Pada pukul 9.06, IHSG turun sebesar 7,99 poin atau setara dengan 0,11persen, mencapai level 7.342.
Menurut data dari Bursa Efek Indonesia, volume perdagangan mencapai 668 juta saham dengan nilai transaksi sebesar Rp455 miliar. Sedangkan, frekuensi perdagangan mencapai 58.252 kali.
Dari sisi pergerakan harga saham, terdapat 198 saham yang mengalami kenaikan dan 139 saham yang mengalami penurunan. Sementara itu, 199 saham lainnya stagnan.
Sentimen pada perdagangan hari ini mayoritas dipengaruhi oleh faktor global. Investor tertuju pada data inflasi yang menjadi indikator penting bagi Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed).
Data inflasi yang dijadikan dasar bagi kebijakan The Fed dijadwalkan akan dirilis pada Jumat mendatang. Diperkirakan data tersebut akan menunjukkan kenaikan harga yang cukup signifikan pada bulan Februari. Indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi Inti, yang tidak termasuk biaya makanan dan energi, diperkirakan akan menguat sebesar 0,3persen menyusul kenaikan bulanan terbesar dalam satu tahun.
Prediksi ini juga disokong oleh pernyataan hawkish dari Gubernur Federal Reserve Atlanta, Raphael Bostic. Bostic mengungkapkan proyeksinya bahwa pemangkasan suku bunga acuan The Fed hanya akan dilakukan satu kali dalam tahun ini.
Sebagaimana dilaporkan oleh Bloomberg News, pernyataan terbaru ini mengikuti pernyataannya sebelumnya yang memperkirakan kemungkinan dua kali pemangkasan suku bunga acuan, dengan yang pertama diperkirakan akan terjadi pada bulan Juni mendatang.
"Ini adalah keputusan terdekat. Kami harus melihat lagi bagaimana data ekonomi akan bicara beberapa pekan ke depan," katanya.
Perubahan proyeksi Bostic itu dilatarbelakangi oleh data inflasi terakhir yang lebih kuat yang akan mempengaruhi inflasi, acuan yang dilihat oleh The Fed, diprediksi akan memperlihatkan kenaikan.
"Ekonomi terus memberikan kejutan dan terus menjadi lebih tangguh dan lebih ‘Berenergi’ daripada yang saya perkirakan atau proyeksikan," kata Bostic. "Dan sebagai konsekuensinya, saya semacam mengkalibrasi ulang ketika saya pikir itu tepat untuk bergerak."
Menyadari bahwa kondisi ekonomi sedang baik, Bostic mengungkapkan, "Itu memberi kita ruang untuk bersabar," dan menekankan pentingnya kesabaran.
Tim Research Phillip Sekuritas menyoroti bahwa investor masih merespons positif terhadap sinyal yang diterima dari Bank Sentral AS (Federal Reserve), yang menunjukkan kecenderungan untuk menunda pemangkasan suku bunga, bukan memperlambatnya.
Di Eropa, langkah mengejutkan dari Bank Sentral Swiss atau Swiss National Bank (SNB) untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 1,5persen merupakan peristiwa pertama sejak dimulainya pandemi. Investor menafsirkan tindakan tersebut sebagai indikator bahwa kebijakan moneter yang ketat di negara-negara maju, khususnya G10, telah mencapai puncaknya dan bisa menjadi awal dari kebijakan pelonggaran di negara-negara seperti Inggris, Eropa, dan Amerika Serikat, demikian disampaikan dalam riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.