KABARBURSA.COM - Ibu Kota Nusantara atau IKN yang baru saja ditempati oleh Presiden Joko Widodo membuat sejumlah emiten terpicu pada sentimen tersebut. Kehadiran Jokowi di IKN tidak hanya menandakan kemajuan fisik dari proyek tersebut, tetapi juga menandai fase transisi penting dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kota baru yang dirancang untuk menjadi jantung pemerintahan dan pusat kegiatan ekonomi nasional.
Bagaimana kinerja sejumlah saham terhadap langkah ambisius Presiden? Analis memperkirakan bahwa saham dari emiten terkait IKN memiliki prospek positif. "Sebab, pemerintah memberikan hak guna usaha (HGU) lahan di IKN hingga 190 tahun dalam 2 siklus yang bertujujuan menarik minat investasi sebesar-besarnya," kata tim analis Bareksa dalam risetnya, dikutip Senin, 29 Juli 2029.
Lebih lanjut, hal ini tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 75 Tahun 2024 tentang Percepatan Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) sesuai dengan Undang-Undang IKN. "Dengan beleid tersebut, maka daya tarik IKN semakin berkilau buat investor. Sehingga saham-saham badan usaha milik negara (BUMN) karya ikut prospektif," sambung riset tersebut.
Emiten Konstruksi IKN
Emiten BUMN sektor konstruksi atau BUMN Karya terlibat dalam pembangunan ibu kota cita-cita Jokowi. Namun, kondisi sebagian besar BUMN Karya diliputi rugi yang semakin membengkak. Di sisi lain, pemerintah telah menyetujui penyertaan modal bagi BUMN karya yang mencapai Rp44 triliun, maka hal itu jadi angin segar.
Tim analis Bareksa menilai suntikan modal dari negara tersebut berpeluang membuat kinerja BUMN karya seperti PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), PT PP Tbk (PTPP) dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) jadi lebih sehat lagi dari sisi permodalan. Selain itu Kementerian BUMN juga akan melakukan divestasi jalan tol atau infrastruktur strategis nasional untuk menjaga kesehatan modal dan arus kas BUMN tersebut.
Hal ini mendorong optimisme para pelaku pasar bahwa kinerja emiten-emiten BUMN Karya akan membaik pada periode selanjutnya.
ADHI menangani sejumlah proyek di IKN senilai Rp11,23 triliun, di mana 2 proyek diantaranya sudah rampung. Proyek-proyek itu termasuk pembangunan rumah sakit, masjid hingga infrastruktur air bersih.
Adapun ADHI mencatatkan kontrak baru sebesar Rp10,2 triliun, naik Rp800 miliar dari Mei 2024 sebesar Rp9,4 triliun.
Kontrak baru hingga periode Juni 2024 diperoleh dari pekerjaan Gedung 50 persen, sumber daya air 32 persen, dan sisanya proyek jalan dan jembatan, properti, manufaktur, dan Engineering, Procurement dan Construction (EPC).
Kontrak besar yang diraih ADHI di Juni 2024 yakni proyek Jembatan Pulau Balang Bentang Pendek Tahap II, Hunian Pekerja Konstruksi Tahap II, Gedung Istana Wakil Presiden, gedung dan sarana Pendukung Asrama PSSI.
Secara fundamental, ADHI mengantongi pendapatan usaha sebesar Rp2,63 triliun di kuartal I 2024, turun 1,21 persen yoy dari semula Rp2,66 triliun. ADHI mencatat laba bersih Rp10,15 miliar di kuartal I 2024, naik 20,14 persen dari laba di kuartal I 2023 yang sebesar Rp8,45 miliar.
Untuk laba bersih ADHI di triwulan I yang naik 20,14 persen yoy, dikontribusi dari peningkatan laba ventura bersama dan peningkatan laba di lini usaha manufaktur.
Tidak berbeda, PTPP meraih 14 kontrak proyek di IKN senilai Rp10,06 triliun, salah satunya pembangunan jalan tol. Secara fundamental, PTPP mengantongi pendapatan usaha Rp4,61 triliun di kuartal I 2024, naik 5,6 persen secara tahunan alias year on year (yoy) dari Rp4,36 triliun. PTPP catatkan kenaikan laba 176,4 persen yoy menjadi Rp94,6 miliar di kuartal I 2024, dari Rp34,22 miliar.
Kemudian WIKA juga meraih kontrak proyek di IKN senilai Rp11,05 triliun. WIKA berhasil membukukan kontrak baru sebesar Rp8,86 triliun hingga Mei 2024. Mayoritas kontrak tersebut berasal dari segmen infrastruktur dan gedung, industri, realti properti, dan EPCC.
Pendapatan bersih WIKA menurun 18,75 persen yoy menjadi Rp3,53 triliun per Maret 2024. Alhasil, WIKA harus menanggung rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat menjadi Rp1,13 triliun.
Lantas bagaimana prospek saham PTPP, ADHI dan BIRD? Pada perdagangan sesi I, Senin, 29 Juli 2024, saham ADHI di level Rp244, saham PTPP di Rp388. Dengan begitu, saham ADHI masih ada potensi kenaikan 40 oersen, saham PTPP punya potential upside 24,3 persen
Tercatat pergerakan positif atau reversal trend pada tiga emiten BUMN Karya mulai terlihat pada 20 Juni 2024. ADHI, WIKA, dan PTPP kompak mencatatkan pergerakan saham yang positif selama kurang lebih dua minggu.
Tercatat WIKA mencatatkan return yang paling tinggi sebesar 162,5 persen hanya dalam waktu dua minggu. Sementara ADHI catat kenaikan 46,89 persen dan PTPP sebesar 43,88 persen.
Analis menilai target harga saham PTPP senilai Rp500, ADHI Rp350.
Emiten Kendaraan Listrik
Selain yang berhubungan dengan konstruksi, menurut tim analis Bareksa, emiten lain yang juga kecipratan berkah dari pembangunan IKN ialah yang terkait dengan energi terbarukan dan kendaraan listrik.
Hal ini mengingat IKN mewujudkan misi sebagai kota yang 100 persen energinya merupakan energi terbarukan. Salah satunya PT Blue Bird Tbk (BIRD) yang menyiapkan dana Rp250 miliar untuk penyediaan transportasi ramah lingkungan di IKN.
Namun BIRD mencatatkan laba bersih sebesar Rp117,28 miliar pada kuartal I 2024. Raihan ini menurun 6,8 persen dari laba bersih BIRD di kuartal I 2023 sebesar Rp125,85 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan BIRD, perusahaan mencatatkan kenaikan pendapatan 7,1 persen menjadi Rp1,12 triliun dari sebelumnya R 1,04 triliun pada kuartal I 2023.
Adapun, pendapatan BIRD didorong oleh armada taksi sebesar Rp827,8 miliar, segmen dari sewa armada dan pengemudi sebesar Rp267,4 miliar, penjualan kendaraan Rp8,6 miliar dan sewa gedung Rp868 juta pada kuartal I 2024.
Blue Bird juga mencatatkan total aset sebanyak Rp7,72 triliun atau naik dari sebelumnya Rp7,58 triliun di kuartal I 2023. Total aset terbagi menjadi aset lancar Rp1,69 triliun dan aset tidak lancar Rp6,03 triliun.
Adapun BIRD berada di level Rp1.670 per saham pada perdagangan sesi I hari ini.
Progres IKN
Untuk diketahui, progres pembangunan IKN terus berlanjut. Terakhir, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengumumkan telah menyelesaikan pemasangan bilah sayap burung Garuda Kantor Presiden di Ibu Kota Nusantara (IKN) Kalimantan Timur pada Minggu, 21 Juli 2024.
Hal ini menandai penyelesaian akhir dari gedung tersebut yang ditargetkan rampung dan bisa digunakan untuk peringatan HUT Kemerdekaaan pada 17 Agustus 2024.
Pembangunan ibu kota negara baru itu diproyeksikan butuh biaya Rp466 triliun, dengan rincian pembiayaan dari APBN sekitar Rp89,4 triliun, kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU) dan swasta Rp253,4 triliun, BUMN dan BUMD Rp123,2 triliun. Konstruksi pembangunan IKN tahap I ditargetkan rampung tahun ini. (*)