Logo
>

Meluas hingga Eropa, Bursa Asia Ikutan Merah

Ditulis oleh KabarBursa.com
Meluas hingga Eropa, Bursa Asia Ikutan Merah

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Gelombang aksi jual yang tidak tertahan telah merontokkan hampir seluruh bursa saham di Asia sejak pagi tadi, dan kini menyebar luas hingga ke pasar saham Eropa.

    Saat pasar Eropa dibuka pukul 14:00 WIB di hari pertama pekan ini, indeks saham di Benua Biru pun turut merosot. Indeks Euro Stoxx anjlok hampir 3 persen dalam setengah jam pertama perdagangan. Bursa saham di Inggris, Jerman, Prancis, Spanyol, serta Swiss dan Italia semuanya 'terbakar' merah.

    FTSE 100, indeks utama Inggris, tergerus 2 persen, diikuti oleh indeks saham Jerman DAX 30 yang merosot 2,4 persen pada pembukaan. Di Prancis, indeks CAC 40 juga turun 2,3 persen pada awal transaksi.

    Kejatuhan bursa saham Eropa ini mengikuti 'Senin berdarah' yang melanda bursa Asia sejak pagi tadi. Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup ambles hingga 12,4 persen, dengan TOPIX dan JPX Nikkei turut tergerus 12,4 persen pada penutupan pasar.

    Indeks saham Taiwan, Taipex, dan Kospi Korea juga mengalami aksi jual berat, menutup hari dengan penurunan masing-masing sebesar 8,35 persen dan 8,77 persen. Hangseng Hong Kong tertekan meski sedikit, hampir 2 persen menjelang penutupan pasar. Indeks Shanghai tergerus 1,54 persen pada akhir transaksi.

    Tak hanya bursa saham di Asia Timur, pasar saham di Asia Tenggara juga terkena dampak aksi jual massif yang seolah tak terjeda. IHSG Indonesia turun hampir 4 persen. Bursa Malaysia tergerus 4,45 persen, SE Thailand turun 2,87 persen, sedangkan bursa Filipina merosot 2,58 persen. Bursa Vietnam mengalami penurunan lebih dalam, ditutup anjlok 3,92 persen.

    Tekanan di bursa saham global dipicu oleh kekhawatiran bahwa ekonomi terbesar di dunia, Amerika Serikat (AS), sedang berada di ambang resesi setelah tingkat pengangguran meroket tajam.

    Di Jepang khususnya, penguatan yen yang tajam terhadap dolar AS hingga 13 persen dari level terendah Juli lalu membuat pasar melepas saham secara besar-besaran. Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang juga anjlok tajam, mencatat penurunan terbesar dalam lebih dari dua dekade.

    Penurunan imbal hasil yang mendalam ini mengancam pendapatan bunga bagi pemberi pinjaman, memicu penurunan signifikan pada saham-saham bank besar seperti Mitsubishi UFJ Financial Group, Mizuho Financial Group, dan Sumitomo Mitsui Financial Group yang telah kehilangan sedikitnya 12 triliun yen dalam dua hari perdagangan terakhir.

    Penguatan yen memicu kekhawatiran karena mengacaukan strategi investasi global yang selama ini bergantung pada pinjaman murah dalam yen.

    Situasi ini sangat rumit bagi para pembuat kebijakan Jepang. Kebijakan moneter yang longgar dapat menghancurkan mata uang, sementara sedikit pengetatan bisa menghancurkan pasar saham, ujar Charu Chanana, Strategist di Saxo Market.

    Yen mungkin akan mencapai level 140 per dolar AS jika kekhawatiran resesi AS terus meningkat, yang selanjutnya akan menekan saham Jepang, jelasnya.

    Tekanan pada pasar saham tampaknya akan berlanjut hingga pembukaan pasar AS malam nanti. Berdasarkan pergerakan saham berjangka, terlihat tekanan kuat di mana Dow Jones tergerus 1,6 persen, sementara S&P 500 juga tertekan 2,4 persen.

    Pemangkasan Bunga Darurat 

    Memantau pergerakan pasar Treasury, tampak bahwa pelaku pasar obligasi kini bertaruh pada pemangkasan bunga acuan darurat oleh The Fed.

    Para trader obligasi memperkirakan bahwa ekonomi AS akan memburuk dengan cepat, sehingga The Fed mungkin akan memangkas bunga acuan secara agresif, mungkin bahkan sebelum jadwal pertemuan September tiba, guna mencegah resesi.

    Kekhawatiran tentang inflasi tinggi cepat memudar dan digantikan oleh spekulasi bahwa ekonomi terbesar di dunia ini akan terhenti kecuali ada pelonggaran moneter segera.

    Harga Treasury mencetak reli dengan yield UST-2Y yang sangat sensitif terhadap arah bunga acuan, turun ke 3,81 persen, sementara tenor 10Y lebih rendah di 3,7 persen.

    Ekspektasi terhadap pelonggaran yang lebih agresif juga menyebar ke pasar obligasi Eropa, di mana surat utang Jerman mencatat imbal hasil terendah dalam tujuh bulan. Kekhawatiran pasar adalah bahwa The Fed tertinggal dan kita mungkin mengalami transisi dari soft landing menjadi hard landing, ujar Tracy Chen, fund manager di Global Brandywine.

    Namun, sebagian pihak menilai reaksi pasar obligasi saat ini mungkin berlebihan dalam menilai besar penurunan bunga acuan The Fed.

    Pasar tampaknya melampaui batas dan bergerak tanpa kendali seperti yang terlihat akhir tahun lalu. Anda memerlukan validasi dari data yang lebih banyak, kata Kevin Flanagan, Head of Fixed Income di WisdomTree. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi