Logo
>

Menakar Biaya Angkutan Truk Listrik VS Konvensional

Ditulis oleh Citra Dara Vresti Trisna
Menakar Biaya Angkutan Truk Listrik VS Konvensional

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pemerintah kian gencar mendorong penggunaan kendaraan listrik di Indonesia. Selain di kendaraan penumpang, pemerintah juga mengupayakan kendaraan listrik juga masuk ke kendaraan komersial seperti truk dan bus.

    Di sisi lain, pabrikan otomotif juga telah memproduksi kendaraan listrik untuk kebutuhan di sektor komersial. Beberapa agen pemegang merek (APM) juga berencana merilis truk listrik pada tahun ini. Mitsubishi Indonesia telah menjadwalkan peluncuran eCanter, truk listrik di segmen light truck.

    Mantan Wakil Ketua II Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia Sugi Purnoto menyambut baik adanya truk listrik di Indonesia. Selain ramah lingkungan, truk listrik di segmen light truck dapat memberi keuntungan lebih ke transporter yang bermain jarak dekat.

    Menurutnya, saat ini truk listrik hanya relevan untuk segmen fleet management atau kegiatan transportasi yang wilayah kerjanya hanya di satu kota. “Truk listrik itu relevan untuk mengerjakan distribusi di Indomaret dan Alfamart. Sangat memungkinkan untuk menggunakan truk listrik,” kata Sugi kepada Kabar Bursa, Kamis, 6 Juni 2024.

    Menurutnya, hal yang perlu dipertimbangkan adalah daya jelajah truk. Jika truk listrik jarak tempuhnya hanya 200 km hanya akan bertahan satu hingga dua hari. Sementara untuk muatan di dalam kota menggunakan light truck konvensional waktu isi solarnya bisa sampai tiga hari sekali.

    Perhitungan Biaya Angkutan

    Sugi menjelaskan, faktor yang harus dipertimbangkan sebelum menggunakan truk listrik adalah biaya investasinya. Truk listrik di kategori light truck tidak boleh terlalu mahal karena tidak akan sebanding dengan biaya pengiriman barang.

    “Kalau secara investasi, merek apapun, itu harga kisaran di Rp350-450 jutaan. Jika ingin jual truk listrik, harga tidak boleh lebih dari itu,” jelasnya.

    Kalau harga di kisaran Rp1 miliar, kata dia, tetap dapat dikonversi ke biaya operasional. Meski begitu, akan berat untuk menjalankan usaha karena masih ada ongkos lain yang harus diperhitungkan seperti biaya sopir, tol, dan biaya lain yang mendesak.

    “Apalagi belinya pakai leasing. Semakin mahal (harga truk) semakin mahal pula bunga dan cicilan. Transporter tidak akan sanggup jika terlalu mahal biaya cicilannya,” jelasnya.

    Sugi menilai, keuntungan menggunakan truk listrik dibandingkan truk konvensional adalah dari segi biaya bahan bakar. Ia menjelaskan, rasio bahan bakar truk konvensional adalah 6-7 km per liter.

    “Kalau sehari jalan 200 km PP dibagi 6, itu sehari menghabiskan 33 liter kali Rp6.800. jadi total biaya uang jalan adalah Rp200-250 ribu,” imbuhnya.

    Sedangkan untuk biaya tol dan sopir tetap sama antara truk konvensional dan truk listrik. Ongkos sopir, kata dia, adalah Rp250 ribu dikalikan 25 hari. Ongkos sopir tersebut sudah sesuai dengan UMR.

    “Jadi ongkos yang bisa disimpan adalah dari biaya solar. Biaya sekali isi daya truk listrik adalah Rp10-20 ribu. Sedangkan ongkos truk konvensional Rp250 ribu. Jadi transporter dapat menyimpan pendapatan hingga Rp180 ribu,” jelasnya.

    Truk Medium dan Heavy Duty

    Sugi mengatakan, saat ini hanya light truck listrik yang masih relevan untuk dipakai di bisnis angkutan. Karena, jarak untuk angkutan fleet tidak terlalu jauh atau di dalam kota.

    “Kalau truk medium dipakai, jarak tempuh rute jauh tidak akan dapat dijangkau truk listrik. Jakarta-Surabaya itu bisa sampai 700 km. Di tengah jalan ada chargingnya, nggak? Kalau ada truk charging, ya, monggo-monggo saja. Itu rasionya 1:3, tinggal jaraknya dihitung dan dibagi tiga kali Rp6.800,” ujarnya.

    Ia menyebut, truk listrik baru dapat digunakan jika infrastruktur truk listrik telah tersedia seperti tempat isi daya. Selain itu, masalah lain yang bakal muncul menggunakan truk untuk jarak jauh adalah waktu tunggu pengisian daya.

    “Kendalanya kalau macet, dan kalau daya habis dan berhenti di tengah jalan itu sulit. Kalau konvensional, misal di tol, di rest area ada solar,” jelasnya.

    Ia menambahkan, waktu tunggu isi daya angkutan barang dan penumpang (bus) itu berbeda. Bus dapat langsung kembali ke kota asal sambil membawa muatan. Sedangkan untuk truk tidak bisa langsung kembali dan membawa muatan. “Kalau truk sampai Surabaya tunggu truk bongkar itu bisa 2-3 hari. Di kota tujuan, di mana truk harus isi daya. Itu harus diperhitungkan kalau untuk truk listrik ukuran medium digunakan di bisnis angkutan,” pungkasnya. (cit/*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Citra Dara Vresti Trisna

    Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.