KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang mengalami technical rebound ke level 7250 seiring berhentinya rally di Wall Street pada penutupan perdagangan Jumat, 15 November 2024 kemarin.
Phintraco Sekuritas, dalam analisanya, memperkuat peluang rebound IHSG berdasarkan indikasi global trade yang membaik.
Mengutip sajian data dalam analisa Phintraco Sekuritas, kinerja ekspor Indonesia menunjukkan pertumbuhan 10.25 persen di bulan Oktober 2024. Di sisi lain, Phintraco juga mengungkap pertumbuhan kinerja impor Indonesia sebesar 17.49 persen. Kinerja keduanya dianggap signifikan dibanding realisasi pada bulan September 2024.
"Terhentinya relly Wall Street dapat membuka peluang technical rebound IHSG di awal pekan ini. Data ekonomi menunjukan pertumbuhan ekspor dan Impor Indonesia yang signifikan di Oktober 2024 dibanding realisasi September 2024. Data ini memperkuat indikasi bahwa global trade mulai membaik, khususnya di ASEAN dan Tiongkok," dikutip dari analisa Phintraco Sekuritas, Minggu, 17 November 2024.
Diketahui, Tiongkok sendiri mencatatkan pertumbuhan penjualan ritel sebesar 4.8 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) di Oktober 2024 dari 3.2 persen yoy di September 2024. Hal ini sejalan dengan penurunan tingkat pengangguran Tiongkok sebesar 10 bps mom ke 5 persen di Oktober 2024. "Kedua data ini memperkuat pandangan di atas," tulis Phintraco Sekuritas.
Akan tetapi, analisa Phintraco Sekuritas tak menampik fokus pasar jelang penetapan suku bunga acuan atau BI Rate yang akan ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada Rabu, 20 November 2024, mendatang.
"Domestik, fokus pasar akan tertuju pada RDG BI pada 20 November 2024," jelasnya.
Diketahui, RDG BI yang digelar pada 15 dan 16 Oktober 2024 lalu, memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan sebesar 6,00 persen. Keputusan ini diambil untuk mempertahankan stabilitas dan memperkuat pertumbuhan ekonomi. Selain itu, BI juga menetapkan suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.
Kendati begitu, Phintraco Sekuritas memandang BI akan menahan suku bunga acuannya di level 6 persen kendati The Fed dalam forum Federal Open Market Committe (FOMC) memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 bps pekan lalu. "Hal ini dinilai merefleksikan keraguan BI terhadap peluang pemangkasan the Fed Rate di Desember 2024," tulis analisa Phintraco Sekuritas.
Sementara di Indeks Wall Street, diketahui melemah pada Jumat kemarin. Analisa Phintraco Sekuritas menyebut, lemahnya Indeks Wall Street terjadi seiring respons pasar terhadap pidato terbaru Kepala The Fed, Jerome Powell, yang mengaku tidak akan terburu-buru untuk memangkas sukubunga acuan.
Kepercayaan ini didasari oleh kondisi ekonomi Amerika Serikat (AS) yang dinilai masih solid. Dalam sajian data Phintraco Sekuritas, menunjukan pertumbuhan penjualan ritel sebesar 2.85 persen yoy di Oktober 2024, jauh lebih tinggi dari 1.98 persen yoy di September 2024.
"Confidence ini didasari oleh kondisi ekonomi AS yang dinilai masih solid. Pernyataan Powell tersebut didukung oleh petinggi the Fed lain, Susan Collins," tutupnya.
IHSG Melemah Sepekan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat pelemahan sepanjang pekan 11-15 November 2024, turun 1,73 persen ke level 7.161,258 dari posisi 7.287,191 pada pekan sebelumnya.
Sekretaris Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Aulia Noviana Utami Putri, menjelaskan penurunan ini juga tercermin dalam rata-rata frekuensi transaksi harian yang melemah 1,77 persen. Rata-rata transaksi turun menjadi 1,28 juta kali per hari dari 1,30 juta kali transaksi pada pekan lalu.
“Pergerakan investor asing hari ini mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp517,12 miliar dan sepanjang tahun 2024 investor asing mencatatkan nilai beli bersih Rp29,11 triliun,” ujar dia dikutip, Sabtu, 16 November 2024.
Pada periode yang sama, data perdagangan saham menunjukkan hasil bervariasi. Aulia mengatakan kenaikan tertinggi terjadi pada rata-rata volume transaksi harian yang melonjak 48,51 persen. Volume transaksi meningkat menjadi 31,99 miliar lembar saham dari 21,54 miliar lembar saham pada pekan sebelumnya.
“Peningkatan terjadi pula pada rata-rata nilai transaksi saham selama sepekan, yaitu mencapai 5,09 persen sebesar Rp12,28 triliun dari Rp11,67 triliun pada pekan sebelumnya,” ungkap dia.
Namun, lanjut Aulia, perubahan dialami oleh kapitalisasi pasar Bursa sebesar 1,46 persen menjadi 12.063 triliun dari Rp12.241 triliun pada pekan sebelumnya.
Berikut ini beberapa pilihan saham yang menarik untuk dicermati:
BBCA Berpotensi Menguat
Bank Central Asia (BBCA) menjadi salah satu saham yang menarik perhatian. Saham ini berhasil rebound dari support Fibonacci retracement di level 9.875.
Jika mampu menembus resistance di 10.225, BBCA diproyeksikan melanjutkan penguatan menuju target di 10.500 hingga 10.950. Indikator PSAR telah mengonfirmasi sinyal beli, memberikan optimisme pada pergerakan saham ini.
ESSA Siap Menguji Level Tertinggi
PT Surya Esa Perkasa (ESSA) juga menunjukkan potensi menarik. Saham ini terkoreksi hingga menyentuh support di 805 namun tetap bertahan dalam pola up channel.
Jika mampu rebound, ESSA memiliki peluang untuk menguji level tertinggi sebelumnya di 885, bahkan berpotensi mencapai target double bottom di 975.
KAEF dan TRIM Berpeluang Naik
Kimia Farma (KAEF) tengah berada dalam kondisi oversold dengan indikator RSI di level 24,3. Koreksi yang tertahan di level 600 memberi peluang bagi saham ini untuk rebound ke level 635, dan selanjutnya 675.
Sementara itu, Trimegah Sekuritas Indonesia (TRIM) berhasil menembus resistance di 302, membuka potensi kenaikan lebih lanjut menuju pola crab pattern di 490.
BRIS dan BMRI: Pilihan di Sektor Perbankan
Bank Syariah Indonesia (BRIS) menunjukkan peluang penguatan dengan rebound dari support di 2.760. Jika mampu menembus level 2.940, saham ini berpotensi melanjutkan rally menuju pola cup with handle di 3.140.
Di sisi lain, Bank Mandiri (BMRI) juga memberikan sinyal positif setelah rebound dari support uptrend line jangka panjang di 6.150. Dengan resistance di level 6.550, BMRI memiliki target kenaikan hingga 6.975.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.