Logo
>

Mencari Sinyal Kuat dan Peluang Emas Dibalik Koreksi TLKM

Salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia ini membukukan laba bersih sebesar Rp23,64 triliun, mengalami penurunan tipis sebesar 3,74 persen.

Ditulis oleh Yunila Wati
Mencari Sinyal Kuat dan Peluang Emas Dibalik Koreksi TLKM
Ilustrasi sebuah menara telekomunikasi (Foto: PxHere)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk atau TLKM, mencatatkan kinerja keuangan yang relatif stabil di sepanjang tahun 2024 meskipun menghadapi sejumlah tantangan operasional. 

    Salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia ini membukukan laba bersih sebesar Rp23,64 triliun, mengalami penurunan tipis sebesar 3,74 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp24,56 triliun. Dampak dari penurunan ini juga terlihat pada laba bersih per saham yang turun dari Rp247,92 menjadi Rp238,73.

    Pendapatan usaha Telkom tercatat sebesar Rp149,96 triliun, hanya naik sedikit 0,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp149,21 triliun. Pertumbuhan pendapatan yang minim ini terjadi di tengah peningkatan sejumlah pos beban, yang menekan efisiensi laba perusahaan. 

    Beban operasi, pemeliharaan, dan jasa telekomunikasi meningkat menjadi Rp41,2 triliun dari Rp39,71 triliun, menandakan tekanan biaya yang signifikan dalam menjaga dan meningkatkan kualitas layanan.

    Di sisi lain, beban penyusutan dan amortisasi justru sedikit menurun menjadi Rp32,64 triliun dari sebelumnya Rp32,66 triliun. Namun, beban karyawan mengalami lonjakan menjadi Rp16,8 triliun dari Rp15,92 triliun. 

    Beban interkoneksi juga naik menjadi Rp6,88 triliun, sementara beban umum dan administrasi serta beban pemasaran masing-masing meningkat menjadi Rp6,22 triliun dan Rp3,82 triliun.

    Meskipun begitu, perusahaan berhasil mencatatkan keuntungan belum direalisasi dari perubahan nilai wajar atas investasi sebesar Rp188 miliar, berbalik positif dari kerugian Rp748 miliar di tahun sebelumnya. 

    Pendapatan lain-lain bersih juga meningkat menjadi Rp281 miliar dari Rp252 miliar, sedangkan laba selisih kurs menunjukkan perbaikan signifikan menjadi Rp136 miliar dari sebelumnya minus Rp36 miliar.

    Laba usaha Telkom menyusut menjadi Rp42,99 triliun dari Rp44,38 triliun. Sementara itu, penghasilan dari pendanaan naik menjadi Rp1,36 triliun, meski harus diimbangi dengan biaya pendanaan yang juga membengkak menjadi Rp5,2 triliun. Kontribusi dari investasi jangka panjang pada entitas asosiasi juga tumbuh, meskipun masih kecil, dari Rp1 miliar menjadi Rp3 miliar.

    Laba sebelum pajak tercatat sebesar Rp39,15 triliun, turun dari Rp40,79 triliun, sementara beban pajak penghasilan sedikit turun menjadi Rp8,41 triliun. Dengan demikian, laba tahun berjalan yang berhasil dibukukan Telkom mencapai Rp30,74 triliun, turun dari Rp32,2 triliun pada tahun sebelumnya.

    Dalam hal neraca keuangan, Telkom menunjukkan penguatan struktur modal. Total ekuitas perusahaan naik menjadi Rp162,49 triliun dari Rp156,56 triliun di akhir 2023. 

    Total liabilitas juga meningkat menjadi Rp137,18 triliun dari sebelumnya Rp130,48 triliun. Secara keseluruhan, total aset perusahaan tumbuh menjadi Rp299,67 triliun dari Rp287,04 triliun.

    Meski menghadapi tekanan dari sisi biaya operasional dan pendanaan, Telkom tetap menunjukkan fundamental keuangan yang solid dengan neraca yang lebih kuat dan pertumbuhan aset yang stabil. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kinerja dan daya saingnya di tengah dinamika industri telekomunikasi yang terus berkembang.

    Rekomendasi Saham TLKM

    Saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) terus menjadi sorotan pelaku pasar seiring dengan laporan keuangan tahun 2024 yang meskipun menunjukkan penurunan laba, tetap mencerminkan fundamental yang kuat. 

    Di tengah tantangan industri dan meningkatnya tekanan biaya operasional, perusahaan tetap mampu mencatatkan laba bersih sebesar Rp23,64 triliun. Angka ini memang turun sekitar 3,74 persen dibandingkan tahun sebelumnya, namun Telkom tetap konsisten sebagai salah satu emiten dengan kontribusi besar terhadap pendapatan negara dan portofolio investor.

    Penurunan laba tersebut didorong oleh pertumbuhan pendapatan yang sangat minimal, hanya 0,5 persen menjadi Rp149,96 triliun, sementara berbagai komponen beban meningkat signifikan, seperti beban operasional dan pemeliharaan, beban karyawan, hingga beban interkoneksi. 

    Namun demikian, terdapat perbaikan dalam aspek non-operasional, seperti keuntungan selisih kurs dan pendapatan dari perubahan nilai wajar investasi yang menunjukkan tren positif. Telkom juga berhasil meningkatkan jumlah aset menjadi hampir Rp300 triliun, dengan pertumbuhan ekuitas dan liabilitas yang menunjukkan kapasitas ekspansi dan struktur modal yang sehat.

    Dari sisi teknikal, saham TLKM tengah menunjukkan momentum yang cukup kuat. Indikator Relative Strength Index (RSI) mendekati area overbought, menandakan antusiasme beli yang tinggi dari pasar. 

    Sinyal beli juga terkonfirmasi dari hampir seluruh moving average harian, baik jangka pendek hingga panjang. Saham ini bergerak dalam tren naik yang stabil dengan kekuatan volume perdagangan yang menopang. 

    Meski begitu, kondisi overbought dalam beberapa indikator seperti stochastic dan stochastic RSI juga mengindikasikan potensi koreksi teknikal jangka pendek, yang bisa menjadi peluang akumulasi lebih lanjut bagi investor yang sabar.

    Melihat ke depan, prospek saham TLKM masih tergolong menjanjikan. Analis dari BRI Danareksa Sekuritas memproyeksikan pemulihan kinerja yang lebih kuat pada 2025, dengan estimasi pendapatan mencapai Rp159 triliun dan laba bersih naik menjadi Rp25,8 triliun. 

    Target harga saham yang diberikan bahkan mencapai Rp4.250, memberi ruang apresiasi yang menarik dari level saat ini. Konsensus analis secara umum juga menaruh kepercayaan tinggi pada TLKM dengan rating mayoritas "buy", serta target harga rata-rata jangka 12 bulan mendatang di atas Rp3.600.

    Bagi investor jangka menengah hingga panjang, saham Telkom masih layak untuk dipertimbangkan sebagai aset strategis dalam portofolio. Stabilitas bisnis, prospek pertumbuhan, serta dominasi di sektor telekomunikasi nasional membuat saham ini tetap relevan di tengah volatilitas pasar. 

    Sementara bagi investor jangka pendek, kehati-hatian tetap dibutuhkan mengingat potensi koreksi teknikal. Namun, koreksi harga yang wajar justru bisa dimanfaatkan sebagai momen akumulasi sebelum saham ini kembali menguat seiring pemulihan kinerja dan sentimen pasar yang positif. 

    Dalam lanskap investasi jangka panjang, TLKM masih merupakan salah satu nama kuat di bursa yang patut untuk diperhatikan.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79