Logo
>

Mencermati Laba Bank Syariah Kuartal I, Siapa Tercuan?

Ditulis oleh Syahrianto
Mencermati Laba Bank Syariah Kuartal I, Siapa Tercuan?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pangsa pasar perbankan syariah masih kecil terhadap perbankan nasional. Aset perbankan syariah hanya 7,27 persen terhadap keseluruhan aset perbankan hingga Februari 2024.

    Sebagai perbandingan, mengacu Statistik Perbankan Syariah OJK, total aset bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS) per akhir Januari 2024 mencapai Rp845,61 triliun, tumbuh 10,48 persen secara tahunan (year on year/yoy).

    Aset tersebut berasal dari 33 perusahaan yang terdiri dari 14 BUS dan 19 UUS. Adapun aset terbesar datang dari  PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), Bank Muamalat, dan Bank BTPN Syariah Tbk.

    Oleh karenanya, pangsa pasar bank syariah di Indonesia juga tergolong kecil dibandingkan negara lain, seperti Malaysia. Berdasarkan data Standard & Poor's Financial Service, pangsa pasar bank syariah di Malaysia malahan telah mencapai 36,6 persen pada 2020, jauh di atas Indonesia.

    OJK pun bergeliat meningkatkan pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia. Misalnya, regulator menuangkan kebijakan strategis dalam Roadmap Pengembangan dan Penguatan Perbankan Syariah 2023-2027 yang memberikan arah kebijakan dari sisi industri dan masyarakat.

    Dalam roadmap tersebut, OJK mendorong akselerasi konsolidasi bank syariah di Indonesia. Adapun, konsolidasi itu dilakukan untuk perbaikan struktur pasar perbankan syariah dengan mendorong hadirnya bank syariah berskala besar lebih banyak lagi. "Ukuran besar buat lembaga intermediasi itu penting," kata Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

    Dengan upaya tersebut, tahun ini pun dinilai sebagai tahun konsolidasi bagi industri perbankan syariah. Di tengah kondisi minimnya pangsa pasar, bank syariah mencatatkan kinerja keuntungan yang menurun, setidaknya pada awal tahun ini.

    Berdasarkan Statistik Perbankan Syariah Indonesia yang dirilis OJK, raupan laba bank syariah telah mencapai Rp10,86 triliun hingga Februari 2024, turun 2,48 persen secara tahunan (yoy) dibandingkan laba pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp11,13 triliun.

    Beberapa bank syariah memang masih mencatatkan pertumbuhan laba pada awal tahun ini, atau kuartal I 2024. PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) alias BSI misalnya mencatatkan pertumbuhan laba 17,07 persen yoy menjadi Rp1,71 triliun pada kuartal I 2024.

    Ade Cahyo Nugroho, Direktur Finance & Strategy BSI mengatakan, BSI menyadari perkembangan ekonomi global maupun kondisi ekonomi makro di Indonesia saat ini memberikan tekanan terhadap bisnis perbankan di Indonesia. "Namun BSI relatif beruntung, masih bisa tumbuh dengan baik," katanya.

    PT Bank BCA Syariah juga telah mencatatkan pertumbuhan laba 24,65 persen yoy menjadi Rp42,07 miliar pada kuartal I 2024. Namun, sederet bank syariah lainnya mencatatkan kinerja penurunan labanya pada awal tahun ini.

    Laba PT Bank Muamalat Indonesia Tbk misalnya, tercatat ambrol 72,7 persen yoy menjadi Rp2,78 miliar pada kuartal I 2024. Raupan laba PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (PNBS) sebesar Rp35,51 miliar pada kuartal I 2024, turun 41 persen yoy. Laba bank syariah milik Chairul Tanjung, PT Bank Mega Syariah (BMS) juga turun 35,98 persen yoy menjadi Rp50,06 miliar pada kuartal I 2024, dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp78,2 miliar.

    Sementara itu, PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS) mencatatkan penurunan laba bersih 37,83 persen yoy menjadi Rp264,02 miliar pada kuartal I 2024. Meski begitu, Direktur BTPN Syariah Fachmy Achmad mengatakan BTPN Syariah tetap menjaga rasio keuangan.

    BTPS mencatat tingkat pengembalian aset (return on asset/RoA) berada pada level 6,3 persen dan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) 47,6 persen. “Ini menunjukkan kesehatan bank untuk terus bertumbuh di masa mendatang,” kata Fachmy dalam pernyataan tertulisnya.

    Wapres Sentil Perbankan Syariah

    Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin sempat berkelakar bahwa pangsa bank syariah di Tanah Air masih mandek karena banyak setannya. Menurut Ma'ruf, pangsa pasar keuangan syariah termasuk bank syariah di dalamnya masih kecil, yakni 10,9 persen per Juli 2023. Padahal, sebanyak 87 persen penduduk Tanah Air mayoritas merupakan muslim.

    “Di bank-bank syariah banyak 'setannya' ini. Makanya, pangsa pasarnya masih 10 (persen) belum naik-naik. Karena, setannya itu membuat ragu (nasabah baru), ‘Ah, sama saja bank syariah dengan bank konvensional, enggak ada bedanya'. Jadinya mereka ragu,” ujarnya.

    Orang nomor dua di Indonesia memang kerap menyinggung terkait minimnya pangsa pasar keuangan syariah di Tanah Air.  Ma'ruf juga sempat mengatakan bahwa pemerintah menginginkan pangsa pasar keuangan syariah di Indonesia bisa mencapai 50 persen. Dia pun mendorong agar berbagai pihak terlibat dalam mendongkrak pangsa pasar keuangan syariah di Indonesia.

    “Indonesia sebagai negara demokrasi dan berpenduduk muslim terbesar di dunia, sudah sewajarnya berada di bangku kemudi dalam pengembangan ekonomi syariah global, dan menjadi model bagi terwujudnya Islam dan kemajuan,” tutur Ma’ruf.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.