Logo
>

Mendadak Masuk, LABA Bisa Jadi 'Common Enemy' Emiten EV?

Ditulis oleh Yunila Wati
Mendadak Masuk, LABA Bisa Jadi 'Common Enemy' Emiten EV?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Green Power Group Tbk (LABA) tiba-tiba saja masuk dan ikut merapaikan emiten electronic vehicle (EV). Di akhir sesi pertama perdagangan 16 Juli 2024, LABA berhasil melambungkan sahamnya hingga 11,54 persen ke Rp232. Ada 29,81 juta saham yang ditransaksikan dengan frekuensi 3.225 kali dan menghasilkan nilai transaksi sebesar Rp6,76 miliar.

    Saham LABA pada perdagangan 15 Juli 2024 stagnan di level Rp208, setelah sebelumnya mencapai puncak Rp266 pada 5 Juli 2024. Kinerja gemilang ini menandai lonjakan impresif saham LABA sebesar 364 persen sepanjang tahun ini, naik dari hanya Rp50 pada awal tahun.

    PT Green Power Group Tbk (LABA), sebelumnya dikenal sebagai PT Ladangbaja Murni Tbk, kini dipimpin oleh PT Nev Stored Energy (NSE) sebagai pengendali baru. NSE memiliki visi yang kuat dalam sektor transportasi dan penyimpanan energi berkelanjutan, khususnya dalam teknologi baterai litium.

    Rencana NSE untuk mengintegrasikan bisnis LABA termasuk penjualan dan manufaktur barang dagangan, serta ekspansi ke kendaraan listrik (EV) di Indonesia. Mereka juga akan menjalin kemitraan dengan perusahaan manufaktur baterai litium terkemuka di Tiongkok, dengan total estimasi investasi mencapai USD3 juta. Kapasitas produksi awal diharapkan mencapai 1 GWh, dengan fokus pada manajemen aplikasi baterai litium dan jaringan pertukaran baterai.

    LABA juga telah mendirikan dua anak perusahaan baru, yaitu PT Green Power Battery dan PT Sustainable Energy Development Trading pada 5 Juli 2024, sebagai bagian dari strategi jangka panjang mereka. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat posisi mereka dalam industri energi terbarukan dan mendukung rencana ekspansi yang ambisius di masa mendatang.

    Tentang LABA

    PT Ladangbaja Murni Tbk (LABA) memproduksi dan memperdagangkan baja dan produk turunannya, seperti cetakan dasar dan cetakan presisi. Pabrik dan kantor berlokasi di Jakarta dan Surabaya.

    Pemegang saham LABA terbesar adalah PT Adyatama Global Investasma sebesar 480.000.000 lembar saham (48 persen), disusul PT Alfa Omega Investindo sebanyak 320.000.000 lembar saham (32 persen), dan public sebanyak 211.320.485 lembar saham atau 21,13 persen.

    LABA melakukan IPO pertama kali pada 10 Juni 2021 dengan saham penawaran sebanyak 200.000.000.

    Harga saham PT Ladangbaja Murni Tbk (LABA) melonjak 31,39 persen pada awal pekan di Mei 2024, setelah libur panjang pekan sebelumnya. Kenaikan yang signifikan ini membawa saham LABA menjadi pemimpin kenaikan harga di pasar modal.

    Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), saham LABA ditutup pada harga Rp180, naik Rp43 dari penutupan pekan sebelumnya di Rp137 per saham. Selama sesi perdagangan, harga saham LABA berkisar antara Rp123 hingga Rp184 per lembar, dengan volume perdagangan mencapai 36,70 juta saham dalam 5.121 kali transaksi senilai Rp6,36 miliar.

    Sentimen positif dari pasar mendorong investor asing untuk mengakumulasi saham LABA, dengan catatan foreign buy mencapai 200, sementara foreign sell nihil.

    Di sisi lain, saham PT Alfa Energi Investama Tbk (FIRE) juga mengalami kenaikan yang signifikan, naik 22,73 persen dan menduduki posisi runner up sebagai Top Gainers. Harga saham FIRE naik Rp20 menjadi Rp108 dari harga sebelumnya Rp88 per saham. Harga terendah yang tercatat adalah Rp91 dan tertinggi mencapai Rp108 per lembar.

    Investor juga menunjukkan minat yang tinggi terhadap saham FIRE, dengan volume perdagangan mencapai 70,44 juta saham dalam 6.915 kali transaksi senilai Rp7,29 miliar. Transaksi asing pada saham ini menunjukkan foreign buy sebesar 1,71 juta dan foreign sell 1,2 juta.

    Keseluruhan, awal pekan ini ditandai dengan optimisme yang kuat di pasar modal, dengan LABA dan FIRE menjadi fokus utama dari kenaikan signifikan ini, mencerminkan antusiasme investor terhadap prospek kedua emiten ini dalam waktu dekat.

    Pada kuartal pertama 2024, LABA mampu mengumpulkan penghasilan sebesar Rp1.588 miliar dengan keuntungan bersih -Rp1.168 miliar. Penghasilan ini naik nyaris lima kali lipat dibandingkan kuartal pertama 2023, di mana perusahaan mengumpulkan penghasilan sebesar Rp3.219 miliar dan keuntungan bersih -Rp2.081 miliar.

    Pada kuartal kedua hingga keempat 2023, secara berturut-turut LABA mengumpulkan penghasilam sebesar Rp2.413 miliar, Rp2.471 miliar, dan Rp3.007 miliar. Sedangkan keuntungan bersihnya secara berturut-turut sebesar -Rp1.937 miliar, Rp117 miliar, dan -Rp37 miliar.

    Kabar Akuisisi

    PT Ladangbaja Murni Tbk. (LABA), sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan dan produksi baja serta produk turunannya, berencana untuk melakukan pengambilalihan saham dari pemegang saham pengendali dan utama perseroan.

    Berdasarkan keterbukaan informasi dari Bursa Efek Indonesia (BEI), LABA telah menerima pemberitahuan bahwa PT Adyatama Global Investama (AGI) dan PT Alfa Omega Investindo (AOI) sebagai pemegang saham pengendali dan utama perseroan telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat dengan PT NEV Stored Energy (NSE) dan PT Longping Investasi Indonesia (LII) sebagai pembeli.

    Dalam perjanjian tersebut, AGI dan AOI sepakat untuk menjual sebanyak 800.000.000 lembar saham LABA, yang mewakili sekitar 79,1 persen kepemilikan langsung dalam perseroan.

    PT Adyatama Global Investama (AGI) dan PT Alfa Omega Investindo (AOI) sebagai pemegang saham tersebut telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat dengan PT NEV Stored Energy (NSE) dan PT Longping Investasi Indonesia (LII) sebagai pembeli.

    Rincian dari perjanjian ini menyebutkan bahwa AGI memiliki 480.000.000 lembar saham LABA atau sekitar 47,46 persen dari total modal disetor perseroan, sedangkan AOI memiliki 320.000.000 lembar saham atau sekitar 31,64 persen. Setelah pengambilalihan, NSE akan memiliki 560.000.000 lembar saham dan LII akan memiliki 240.000.000 lembar saham LABA.

    Kenaikan harga saham LABA yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir mencatatkan lonjakan yang mencolok, dengan peningkatan harga mencapai 153,7 persen dalam seminggu dan 174 persen dalam sebulan. Hal ini menyebabkan Bursa Efek Indonesia (BEI) memantau aktivitas perdagangan LABA sebagai tindakan pencegahan untuk melindungi investor, meskipun belum ada indikasi pelanggaran terhadap peraturan pasar modal.

    Manajemen LABA menyatakan bahwa dampak dari pengambilalihan ini terhadap operasional, hukum, keuangan, dan kelangsungan usaha perseroan masih harus dievaluasi lebih lanjut. Perkembangan lebih lanjut mengenai transaksi ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dalam waktu dekat.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79